Tiba-tiba listrik padam.
“Hai Geng.”
Suara parau yang telah aku kenal semenjak.kecil tiba-tiba bergetar dari balik punggungku. Semerbak harum melati dan bunga kamboja mendadak memenuhi udara dalam kamar temaram.
“Apes cuk!” kataku dalam hati.
Bayangan itu terlihat dari sudut mata kala membayang dari balik cermin.
“Telek cuk!” terbayang wajah seram hantu penunggu pasar. Konon, hantu ini telah menjadi sebab kematian beberapa orang.
“Kenapa kau gemetar, Geng?” suara parau itu seperti semakin dekat. Ia serasa berkata dari balik.telingaku.
“Geng, ojo medeni ta lah nek dadi demit!” pintaku dengan suara bergetar.
“Aku dudu demit, cuk! Iki Bakat!!!” serunya dari belakang.
Aku tak ingin terkecoh. Aku berlari keluar dan membanting pintu keras-keras.
“He, melek Geng! Wis isuk! Raup disik trus budal sekolah,” kata emak.
-komunitas sugeng-
Hemmmm….lucu, tapiiiiii ……
Tapi knp mbak?
Kritik kritik..
Bunyi hujan diatas lentik..
Airnya turun
Detik per detik
Tengoklah nakal kecil si itik
Apakah kau tergelitik?