Gajah Mada menghampiri Bondan kemudian berjongkok di sebelah lelaki muda yang berasal dari Pajang itu. Lalu dengan lirih ia berkata, ”Sepintas aku mendengar kabar yang
“Kembalilah, Raden, Saya minta Anda untuk kembali!” seru Ki Tunggul Pitu dengan suara lirih. Ia dapat melihat perubahan dengan membaca air muka Panembahan Tanpa Bayangan
Lantas Ki Tumenggung Kayumas pun memalingkan wajah, lekat menatap wajah tenang Mpu Badandan, kemudian katanya, ”Lalu apa yang akan kita tempuh, Mpu? Petugas sandi telah
Mereka masih duduk berdekatan. Bertiga tetapi hanya dua orang yang menggetarkan tenaga cadangan yang terpendam di balik tubuh wadag. Ki Sekar Tawang dan Raden Atmandaru
“Aku belum berkata apa-apa dengannya,” jawab Ken Banawa. “Tetapi ia adalah saudara Gumilang,” kata Gajah Mada, ”boleh jadi Bondan pernah membicarakan itu dengan saudara-saudaranya.” “Kemungkinan
Kebekuan merambat pelan secepat bekicot menyusur dahan basah di permukaan tanah. Sekilas rencana itu terdengar begitu gagah dan berani, tetapi Ki Sekar Tawang mengingatkan lelaki
Kemudian mereka berbicara tentang banyak hal. Mereka lakukan itu untuk mengalihkan penat yang membelit pikiran dalam waktu cukup lama. Bertalu-talu suara kentongan membelah malam, bersahutan
Gumilang merasa cemas sewaktu melihat Bondan seperti orang yang benar-benar buta. Langkah Bondan tidak menentu dan ia berjalan setapak demi setapak. “Bondan!” Rasa khawatir menyergap
“Saat ini kita sibuk melakukan usaha mengambil alih Mataram. Raden, apakah belum terlihat jalan untuk membicarakan hal penting ini dengan Panembahan Hanykrawati?” “Sebenarnya saya memandang
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.