Ubandhana merasakan kekuatan serta kecepatan Bondan semakin meningkat dalam penyerangan. Pada saat itu Ubandhana masih percaya diri mampu mengimbangi lonjakan kekuatan Bondan. Keduanya semakin dalam
Sama sekali tidak ada ketimpangan dalam serangan gencar dan garang dari Gumilang. Ia mampu menutup celah yang muncul dari setiap perkembangan unsur geraknya. Kemampuannya meningkat
“Ki Wasana,” kata Agung Sedayu. Ia tidak segera meneruskan ucapannya, tetapi pandang matanya mengitari halaman sebelah kanan rumah Ki Demang. Sejenak Agung Sedayu terlihat menggigit
“Masuklah kalian ke dalam bilik!” perlahan Agung Sedayu memberi perintah. Jejak kaki Agung Sedayu ketika menghampiri pintu begitu ringan. Sebuah tanda bahwa ia tengah mengetrapkan
Penjelasan Ki Gubah Baleman memang menunjukkan ada sesuatu yang menarik perhatian tetapi para perwira itu tidak mempunyai gambaran pasti tentang tujuan kalimatnya. Oleh karena itulah
Bayangan hitam itu melesat dengan kecepatan yang sulit diterima akal sehat, sejenak kemudian ia tiba di gerbang kota Pajang. Kiai Rontek tidak dapat melupakan Mas
“Ini adalah benih keyakinan tentang arti kebahagiaan.” Kata-kata itu berulang seperti mantra puja pada dewa-dewa. Seolah menjadi kalimat suci yang terus menggaung di dalam rongga
“Aku mencemaskan dua orang tua kita, Kakang. Begitu pula keadaan Sekar Mirah yang kelihatannya sedikit mengalami kepayahan sejak tiba di pedukuhan ini.” Mendengar ucapan Pandan
Semoga memang seperti yang ia katakan tentang perasaannya, meski masih ada kejanggaan di baik sorot matanya, demikian pikiran Ki Demang Sangkal Putung. Lalu dengan suara
Demikianlah kemudian ketegangan yang terjadi keadaan dalam barak berangsur-angsur mulai mencair. Ternyata Gubah Baleman telah memberi perintah adanya percampuran antara prajurit lama dan prajurit baru
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.