Ingin menulis novel silat dengan judul “Masih Ada Cinta Berfatwa”
atau “Ketika Silat Bertasbih” atau “Perang Tanding di Rumah Mertua”.
Itu muncul ketika ada yang mengatakan, “podo upload poto ng mantenan tapi aku ra diketokne.. sakjane salahmu iku opo?”
Lalu ramai orang bersuara dengan berbagai jawaban.
“Salahku kon isah isah nang mburi.”
“Pawang hujan harus dibelakang layar.”
“Baper kok pengen rabi!”
Namun, nyatalah memang benar Ketika Silat Bertasbih maka Masih ada Cinta yang Berfatwa seperti gaung Asmara si Asmari di Puncak Kembar. Jika demikian, Pendekar Cinta Kelana pun tersesat di Bukit Berbunga ketika Menjaring Matahari.
Tidak ada yang lebih menggetarkan dibandingkan Banjir Lidah di Rumah Mertua. Memang, kebanyakan dari kita telah menjadi Bento pada saat berjemur seperti Bunga di Trotoar. Kita juga yang sering menjadi pemburu Rondo Kempling Penunggu Pos Kamling meski tidak pernah menyatakan itu di depan umum.
Baiklah, Kawan. Hari sudah malam. Terlihat samar-samar lambai Bulu Perindu.
Kita pulang.