Padepokan Witasem
arya penangsang, pangeran benawa, silat pajang, demak
Bab 10 Lamun Parastra Ing Pungkasan

Lamun Parastra Ing Pungkasan 6

Dalam waktu itu, Semambung berenang dengan kecepatan penuh. Hentak kaki dan ayun lengannya terlambari tenaga inti sehingga kecepatan menyelam Semambung melebihi ikan lumba-lumba. Tubuh Semambung semakin mendekati dasar laut, dan saat ia meningkatkan kecepatan maka butir pasir serta lumpur  dasar laut seperti diaduk oleh kekuatan raksasa. Dengan demikian, Ki Jala Sayuta menemui kesulitan untuk melihat pergerakan Semambung karena terhalang oleh benda-benda padat yang terserak oleh sebab hempasan tenaga inti Semambung. Meski begitu, ia masih dapat merasakan pancaran tenaga dari orang yang dikejarnya.

Dan Semambung yang makin dekat dengan dasar laut mendadak memutar tubuh dan berbalik arah. Kedua lengan ia kibaskan ke arah Ki Jala Sayuta, lalu dengan gerakan itu tubuh Semambung kian cepat terdorong menuju dasar laut. Sekejap kemudian ia telah menjejak kakinya di atas tanah berpasir di dasar laut.

Semambung yang percaya penuh pada kemampuan dan pengetahuannya tentang perairan Panarukan  tidak menunggu lama untuk melakukan gebrakan dahsyat. Kedua lengan Semambung berputar-putar bagai kitiran dengan kekuatan yang sangat besar. Ketika itu, Ki Jala Sayuta benar-benar merasakan bahwa kekuatan Semambung seperti berlipat ganda. Lawan Semambung dapat merasakan bahwa kecepatannya menjadi berkurang lalu tubuh Ki Jala Sayuta sedikit limbung oleh hempasan kekuatan Semambung yang datang bergelombang.

“Satu-satunya cara menghadapinya adalah bertarung sebagaimana pertarungan lelaki sejati di daratan!” Ki Jala Sayuta benar-benar dihadang oleh kesulitan besar. Terpa gelombang bawah laut yang menggetar dari kedua lengan Semambung mampu mengangkat bebatuan kecil serta lumpur laut kemudian menghantamnya tanpa henti. Maka tidak ada cara lain bagi senapati kebanggaan Demak itu selain menyambut serangan orang kepercayaan Gagak Panji.

loading...

Pusaran air di bawah permukaan semakin kuat mengitari Ki Jala Sayuta. Seperti angin topan di atas daratan, seperti itu pula kemampuan Semambung yang terungkap. Dahsyat! Ki Jala Sayuta terbelit lalu hanyut dalam pusaran air. Tentu ia tidak berharap peristiwa buruk menimpanya, tetapi kemampuan Semambung berada di luar nalar. Karib Gagak Panji ini mengarahkan tenaga inti untuk membuat lubang tepat di bawah kaki musuhnya. Bila seharusnya yang terjadi adalah Ki Jala Sayuta terangkat hingga permukaan, tetapi Semambung membuktikan diri bahwa ia memang pantas menjadi orang yang disegani. Semambung, lelaki yang mempunyai cara aneh ketika mengarungi lautan itu, membalikkan arah! Ia justru mengarahkan pusaran sesuai kehendaknya : membenamkan musuh lalu menguburnya di dasar laut!

Sementara itu.

Perkelahian Gagak Panji meningkat tajam. Tiang-tiang penyanggah bentangan layar mulai patah satu demi satu. Benturan tenaga dan dua bayangan yang berkelabat sangat cepat di atas geladak kapal seolah membutuhkan ruang yang semakin luas. Gagak Panji dan Gending Pamungkas tidak lagi saling menyerang dengan senjata di tangan, tetapi mereka juga menggunakan kayu yang patah, kain yang terurai dan segala benda di atas geladak sebagai senjata.

Sekali waktu mereka bertarung di atas permukaan air. Mereka menjadikan puing-puing perahu yang mengapung sebagai tempat berpijak.

Sejumlah waktu telah berlalu, dan Gagak Panji masih berusaha menahan diri untuk tidak membunuh lawannya. Pikirnya, di atas segala yang terjadi pada hati itu, Gending Pamungkas adalah tunas yang dapat membantu Demak menjulang tinggi. Sesekali Gagak Panji memang menyerang tetapi ia tidak bertujuan buruk. Namun demikian, Gending Pamungkas dapat memanfaatkan segala perkembangan yang terjadi. Keengganan Gagak Panji untuk mengerahkan segenap kekuatan untuk menekan lawan telah berubah menjadi serangan balik. Tanpa meninggalkan jeda atau memberi kesempatan untuk menghela napas, Gending Pamungkas terus-menerus memburu Gagak Panji.

Gagak Panji membalas. Segenap daya dikerahkannya, lantas gelanggang perkelahian mereka seolah menjadi neraka yang sebenarnya! Setiap ayunan tangan Gagak Panji selalu diikuti oleh serangkum angin yang mengandung tenaga inti yang berkekuatan tinggi. Permukaan laut berkecipak, gelombang terbelah lalu prahara muncul melibas Gending Pamungkas.

Gagak Panji begitu garang dan itu terlihat dari kemampuan yang terungkap darinya. Beberapa kapal berguncang keras ketika lidah tenaga Gagak Panji membentur bagian lambung. Meski tidak ada kapal perang Demak yang pecah terhantam badai Gagak Panji, namun yang berlangsung di depan mata mereka benar-benar menggetarkan hati.

Wedaran Terkait

Lamun Parastra Ing Pungkasan 9

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 8

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 7

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 5

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 4

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 36 (Telah Terbit Bentuk PDF)

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.