Aku merogoh tas punggung, mengambil secarik kertas yang siap dibaca. Semburat matahari telah condong ke barat, penanda sarasehan tentang budi pekerti harus diakhiri. Jarum
Tombak pendek itu tiba-tiba menjadi benda rahasia. Raden Atmandaru sama sekali tidak menyebutkan namanya ketika duduk berhadapan dengan Ki Sekar Tawang di pendapa rumah Ki
“Panarukan tidak akan menyambut kedatangan angkatan perang Demak Bintara. Kita tidak akan melalukan pertempuran di tengah laut,” tegas Mpu Badandan di dalam sebuah bangunan yang
Bahwa pengawal pedukuhan akan memberikan perlawanan hebat sudah menjadi dugaan pengikut Raden Atmandaru, tetapi kegigihan orang-orang Gondang Wates adalah keadaan yang berbeda. Maka dari itu,
Tanah yang menjadi alas pertempuran Bondan dan Ki Cendhala Geni terlihat banyak berlubang memanjang, ada yang sebagian berbentuk lingkaran dan berlubang sedalam lutut. Pohon yang
Sedikit gugup tetapi dengan kecakapan hebat dan kelenturan tubuh yang luar biasa, Sayoga mengelak serangan dengan gerakan yang sulit dinalar. Sayoga dan Ki Sarjuma yang
Terpisah jarak sejauh lima langkah, Sabungsari lekat memandang Ki Dirgasana dengan sorot mata menukik. Semakin terang baginya bahwa kemampuan Ki Dirgasana sungguh hebat. Getaran yang
Menyadari sejak awal Aku bukan tempatmu pulang Pun kau, bukan rusuk tempatku tinggal Aku tersesat Terjebak sesak dalam pusaran permainan rasa Mengapa? Entah! Hati karang
Adipati Hadiwijaya tidak mengucap sepatah atau dua patah kata. Ia berkedudukan diam. Meski mem-punyai pendapat yang berbeda tetapi keputusan seorang pemimpin merupakan kewajiban yang harus
Tak jauh dari laga Sayoga, Sabungsari begitu ketat menekan Ki Dirgasana dengan serangan-serangan yang tajam dan menggentarkan. Meski pada mulanya perkelahian mereka sangat sulit diikuti
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.