Padepokan Witasem
Umum dan Sejarah

Sunan Muria dan Sumbangsihnya dalam Budaya

Dalam mendakwahkan Islam, Sunan Muria memilih tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota. Dia memilih bukit di utara Kudus yang sekarang dikenal dengan Gunung Muria. Berada membaur dengan alam membuat Sunan Muria sangat perhatian terhadap kelestarian lingkungan.

Maka tak heran jika kemudian Sunan Muria dikenal sebagai wali yang mengajarkan untuk meruwat bumi atau merawat bumi. Terkait hal ini, Maryono Widi (2014) bahkan menulis buku khusus yang menjelaskan terkait kepedulian Sunan Muria terhadap isu lingkungan.

Buku itu bernama Napak Jejak Pemikiran Sunan Muria: Dari Ekoreliji hingga Akidah Muttahidah. Upaya Sunan Muria dalam melestarikan lingkungan dapat dilihat dari simbol-simbol yang ada di sekitar lokasi makamnya. Simbol-simbol ini dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.

Beberapa ajaran Sunan Muria dalam meruwat bumi antara lain melalui tradisi Guyang Cekathak, buah Parijoto, hingga tembang macapat Sinom Parijoto.

loading...

1. Guyang Cekathak : Guyang Cekathak merupakan tradisi meminta hujan. Tradisi ini dikenal dengan mencuci (guyang) pelana kuda milik Sunan Muria. Ritual ini biasa dilakukan pada hari Jumat Wage di musim kemarau, sekitar bulan Agustus-September. Guyang Cekathak digelar di dekat Sendang Rejoso. Hujan yang diminta dalam ritual ini bertujuan agar air dari Sendang Rejoso ini tidak kering. Benar saja, hingga saat ini Sendang Rejoso selalu mengalirkan air dan tidak pernah kering meski pada musim kemarau panjang.

2. Buah Parijoto : Buah Parijoto menjadi salah satu oleh-oleh khas jika berziarah ke makam Sunan Muria. Konon, buah ini sudah dikonsumsi sejak Sunan Muria masih hidup. Bahkan Sunan Muria menganjurkan agar wanita hamil memakan buah Parijoto.
Dengan memakan buah itu, diharapkan bayi yang lahir jika laki-laki akan berparas tampan, dan jika perempuan berparas cantik. Seiring perkembangan zaman, semakin terungkap bahwa buah Parijoto memiliki khasiat yang luar biasa untuk kesehatan.

3. Tembang Macapat Sinom Parijotho : Tembang macapat merupakan salah satu bentuk kesusastraan Jawa yang syair atau lagu. Tembang macapat biasanya melambangkan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga menghembuskan napas terakhir.

Tembang Macapat Sinom Parijotho ini merupakan tembang ciptaan Sunan Muria yang memiliki makna yang sangat mendalam. Sama seperti buah Parijoto, tembang macapat ini juga dianjurkan untuk diperdengarkan kepada wanita yang sedang hamil, dan yang sulit mendapat momongan.
Tembang macapat Sinom Parijotho berisi pengingat bagi masyarakat Jawa agar menjadi sosok yang mampu meredam hawa nafsu dan membangun cinta kasih kepada sesama. (dk/akha)

 

Wedaran Terkait

Taman Sriwedari dalam Cerita Wayang

kibanjarasman

Sekilas Keris yang Kita Kenal

kibanjarasman

Rahwana Pun Memuliakan Wanita

admin

Pandangan Negatif pada Kelompok Miskin Tidak Hanya Salah, Namun …

kibanjarasman

Klepon Tak Pernah Berdusta

admin

Keringat Ken Arok Tak Berbau Ikan Pindang

admin

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.