Menerima kenyataan adalah cara sederhana untuk mengamalkan satu sifat yang mulia,tawakal.
Lantas bagaimana untuk mengerti tentang apa tawakal itu?
Sering kali diantara kita berpikir bahwa tawakal adalah menyerahkan sepenuhnya hasil akhir pada keputusan Allah. Sering juga kita melupakan arti sebuah proses dalam meraih hasil.
Kawan, seperti halnya klepon, kehidupan adalah sebuah proses panjang untuk suatu hasil tertentu. Ya, kita mengukur hasil itu dari materi, karir atau yang lain. Namun orientasi hasil adalah sebuah kepuasan. Sensasi kue klepon yang didalamnya ada gula yang dicairkan tentu berbeda dengan kue apem. Bayangkan ketika mengunyah klepon sambil berbicara atau tertawa, niscaya cairan didalamnya akan berhamburan keluar dari mulut. Ini sebuah bingkai. Ketika kita melakukan kesalahan dalam menjalankan proses maka biasanya dan sewajarnya juga akan menimbulkan gundah gulana galau gelisah (sinyal 4G hahaha..).
Bila taburan kelapa karena klepon yang asal digulirkan saja bisa dirasakan kenikmatannya, lantas mengapa kita masih menggerutu sedangkan manusia itu lebih diperhatikan dan dipersiapkan? Kenikmatan klepon itu tak lebih karena klepon sabar dalam berproses dan menerima apapun bentuk perlakuan padanya. Kenikmatan puncak sebagai manusia adalah ketika kita diseru sebagai jiwa yang tenang.
Kita mungkin berkata klepon hanya benda mati, namun yang tak boleh dilupakan adalah dahulu kita pun tak ada.
Salam hangat