Kita dilahirkan ini bukanlah sebgai manusia yang terbaik. Dan kita juga bukan berasal dari sebuah kebaikan. Akan tetapi juga tidak berasal dari sebuah kejahatan. Apabila kita berpikir bahwa kita berasal dari sebuah kebaikan, maka dibalik kebaikan itu ada sebuah kesalahan. Dan juga bila kita berpikir bahwa kita berasal dari sebuah kesalahan, maka setiap kesalahan itu berasal dari usaha berbuat baik.
Namun karena kita orang yang beragama tentu akan berkata bahwa setiap kehendak Tuhan harus selalu diyakini sebagai kebaikan.
Hanya saja sebaiknya kita mencoba berdiri di dimensi pemikiran yang berbeda. Bahwa tidak setiap yang berasal atau tidak setiap kehendak Tuhan itu selalu membawa kebaikan. Karena kebaikan dan keburukan itu sendiri saling melengkapi.
Sesekali kita coba berpikir bahwa iblis yang terkutuk secara abadi itu memberi manfaat kepada siapa? Jika kutukan terhadap iblis itu membawa keburukan, siapakah diantara manusia yang kira-kira akan mendapat keburukan itu? Tapi jangan lantas kita berpikir bahwa kita wajib berterima kasih kepada iblis. Kalau ada pemikiran semacam itu yah berarti kita nyaris tersesat atau bahkan mungkin sudah tersesat.
Kembali lagi bahwa sesungguhnya kebaikan dan kesalahan itu saling melengkapi. Kesalahan yang kita lakukan terkadang dan seringkali justru membawa kebaikan bagi orng lain, dan sebaliknya, kesalahan yang dilakukan orang lain bisa membawa kebaikan bagi kita. Akan tetapi tak jarang juga kesalahan yang dilakukan orang lain malah membawa petaka bagi yang lainnya. Contohnya mengemudi dalam keadaan mabuk atau mengantuk, ugal-ugalan di jalan dan sebagainya.
Dan diatas itu semua ada sesuatu yang penting bagi kita untuk direnungkan dalam keseharian. Bahwa hidup kita itu hanya berjalan detik demi detik. Syukurilah apa yang ada, bersabarlah dengan apa yang terjadi.
Seorang kawan pernah mengatakan kepada saya bahwa ikhlas itu tidak penting dalam kehidupan. Yah jelas, beberapa orang bingung dengan ucapannya kala itu. Kemudian kawan itu tadi menjelaskan bahwa dalam kehidupan yang penting adalah nriman, Dengan nriman, tentu ikhlas atau tidak ikhlas tetap saja kita dipaksa untuk ikhlas. Kawan tadi memberi sebuah contoh yang sederhana bahwa ketika kita dilahirkan, tentu kita tak dapat memilih kondisi yang sesuai dengan harapan kita. Maka sebenarnya ikhlas tak ikhlas itu sudah harus dipaksa untuk diamalkan.
Kita mau tidak ikhlas ya silahkan, toh kehidupan tetap berjalan sesuai ketentuanNya. Kita mau ikhlas ya silahkan karena tidak akan mengubah alur kehidupan itu sendiri.
Akhir kata.
Hidup akan menjadi kesalahan ketika kita menempatkan diri pada posisi yang salah.
Demikianlah. Wassalam
4 comments
Saya suka gaya tulisannya.
Saya suka gaya tulisannya.
terima kasih kunjungannya mbak. Sya juga masih belajar banyak.
terima kasih kunjungannya mbak. Sya juga masih belajar banyak.