Sendratari Sambel Terasi
Apa mungkin sambal terasi menari? Jawabnya adalah tidak mungkin. Kehidupan selalu memberi sudut pandang yang menarik untuk dikaji.
Dengan tampilan berwarna merah membara, sambal ini selalu mengundang selera, tanpa henti memberikan tantangan pada para lomboker (fans lombok). Dari masa ke masa, setiap orang hampir tanpa bosan memberi pujian bagi sambal ini.
Sambal ini terbuat dari banyak bahan. Selain lombok, tentu ada terasi, garam, gula dan lainnya. Sambal ini bisa dianggap sebagai suatu simbol kesatuan yang lahir dari banyak perbedaan. Berbeda rasa bahkan berlawanan. Gula dengan garam, dua benda yang bertolak belakang untuk masalah rasa. Tidak ada kemiripan sama sekali, hanya wujudnya saja yang sama-sama berwarna putih dan lembut. Dan perbedaan itu ternyata tak menjadi alasan antar gula dan garam untuj berkolaborasi dalam menghasilkan sambal terasi.
Gula tak pernah berkata jika dia lebih baik dari garam. Begitu juga sebaliknya. Tiap bahan, dengan komposisi yang tepat dan dikelola oleh seorang koki yang mumpuni tentu akan menghasilkan kualitas dan rasa yang amboi sedapnyaaaaa.. Dan dari sisi yang berbeda, seorang muslim pun tak pantas bila merasa lebih baik dari muslim yang lain. Seorang Kristen juga tak pantas merasa lebih baik dari yang lain. Seorang Hindu juga tak pantas merasa lebih tinggi dari yang lain. Di depan Tuhan, kita semua adalah sama dalam kehidupan sosial. Saya tidak bicara tentang keimanan, saya bicara tentang kehidupan.
Kawan, itulah kita dalam kehidupan sosial. Sekalipun ayat suci menyatakan bahwa para pemeluknya itu lebih baik, namun patut dicatat bahwa kelebihan itu bukan berarti tanpa ada usaha. Apalah arti kita memeluk satu agama jika perilaku kita lebih buruk dari iblis?
Seringkali kita merasa paling benar. Kadang juga merasa paling tak peduli. Kadang juga merasa paling bersalah. Dengan filosofi sambal terasi, hidup kita akan terasa lebih indah dan penuh warna jika mampu mengendalikan diri. Bila kita meyakini bahwa apa yang kita yakini itu yang terbaik, maka berikanlah kebaikan itu untuk sekitar kita. Tetangga, kerabat, teman dan makhluk hidup lainnya.
Ada orang yang berkata hidup bahagia adalah dengan bersyukur. Ada pula yang berkata bahagia adalah jika kita dekat dengan Tuhan. Dan juga ada yang berkata bahwa bahagia adalah bila tidak mempunyai hutang sama sekali. Dan setiap pendapat itu berasal dari pengalaman masing-masing. Selama kita tidak merasa paling dekat dengan Tuhan, selama kita merasa bukan yang paling pandai bersyukur, disitulah letak keindahan yang sesungguhnya.
Demikianlah.
Salam hangat