Padepokan Witasem
Motivasi

Jangan Meminta Orang Lain Untuk Berkhianat

sumber gambar ; http://www.balimediainfo.com/
sumber gambar ; http://www.balimediainfo.com/

 

Sebuah pesan diterima Mbudur dari simbok. Ah ya, sebelumnya, perkenalkan Tiwul Raharjo, atau biasa dipanggil Mbudur. Asal muasal nama Mbudur ini karena dulu Kyai Sogol sering gemas karena remaja ini suka ngeyel jika wak yai kasih penjelasan. Saking keponya, sampai wak yai sering bilang “Embuh, dul  (tak tahu, Dul)!” Hahaha kemudian para senior di padepokan memangginya Mbudur, alasannya Mbudul itu berarti mengelupas karena usia. Dengan Mbudur kan jadi mirip-mirip terdengar seperti Gus Dur. Maksa nih hahahaha….

Kembali ke kisah, simbok ini mengingatkan Mbudur perihal sawah di desa mereka. Yaitu Desa Sukolegok di Sidoarjo. Kemudian lepas sholat Isya, seperti biasa sambil nunggu jam malam berlaku (kayak jadi suasana genting) berbincanglah antara Kriwul, Mbudur, Sudrun dan Badrun.

“Dur, sawahmu itu gimana simbok punya cerita?” tanya Sudrun.

loading...

“Oh, itu begini cak. Maksud simbok itu nglakoni urip koyo pari ( jalani hidup seperti padi). Tapi bukan makin berisi makin merunduk. Kata simbok padi merunduk itu bukan karena kerelaan tetapi karena terpaksa. Struktur batangnya memang bukan seperti kayu. Wajarlah kalau merunduk” jelas si Mbudur.

Lha terus piye maksud simbok, cah?” Sudrun penasaran.

Lha embuh cak (Lha tak tahu, Mas). Wong yang bilang seperti itu kan simbok, dudu aku (bukan saya)” sahut Mbudur sambil tersenyum lebar.

” Owalah, dasar bocah gemblung (ujaran yang juga berarti dasar anak konyol,nakal,bandel) hahaha..” serempak para senior tergelak.

“Betul kata simbok” pendekar Kriwul berkata tegas. JEDER BLAAAR jreng jreng. Ketiga yuniornya kaget seperti disambar petir.

“Begini, siapapun orangnya, dari suku manapun, dengan agama apapun sebenarnya sudah dipaksa untuk merunduk. Dipaksa tunduk. Pohon apapun tidak ada ceritanya bisa bertahan kokoh berdiri. Pasti akan tumbang. Entah karena usia atau faktor lain. Dan padi itu mengerti jika dengan merunduk sekalipun terpaksa maka hidupnya akan memberi manfaat dengan maksimal”.

“Lho, cak Kriwul, sampeyan tahu darimana kalau padi itu mengerti?” Mbudur bertanya.

Embuh,Dul (Gak tahu,dul) wkwkwkwk” Badrun terkekeh.

Sik to Dul ( sebentar Dul). Kamu lihat proses padi. Setelah panen, apakah ada sisa dari tumbuhan padi yang terbuang? Perhatikan, kulit padi bisa jadi makan ternak atau katul atau dedak. Batang padi pun jadi pakan buat sapi. Setelah padi terkelupas kulitnya maka dia sudah berganti nama, menjadi beras. Itu berarti begini, dengan terpaksa sekali, padi menerima ketentuan bahwa dia harus hidup merunduk. Selalu melihat ke bawah untuk mencapai tujuan tertinggi. Semakin mempelajari siapa dirinya untuk mengenali Penciptanya. Dan beras adalah hasil dari proses panjang yang berhasil. Dengan menjadi beras, maka padi sukses memindahkan dirinya dari lumpur ke meja yang bersih. Ilmu padi bukan hanya makin berisi makin merunduk. Tetapi, makin berilmu makin mulia moralnya. Padi yang akan dipanen adalah padi yang sungguh indah dipandang. Orang berilmu adalah orang yang menentramkan meskipun hanya mendengar namanya. Jangan karena kamu sudah bergelar profesor dan telah menjadi doktor lalu seenaknya menyalahkan pendapat orang lain. Padi tak pernah menyalahkan mangga kan? Ikan juga tak pernah bilang “GOBLOK” pada burung hanya karena burung tak bisa menyelam. Semua makhluk hidup tumbuh dalam ekosistem masing-masing dan saling melengkapi agar alam menjadi harmonis”.

” Bukan dikatakan orang berilmu jika hanya mempunyai gelar akdemis yang tinggi. Ilmu itu banyak macamnya. Ilmu gendam, ilmu pelet, ilmu fisika bahkan berbohong pun juga ada ilmunya. Mencopet juga ada ilmunya. Jadi, ilmu ini berarti tahu dan mengetahui. Tahu bagaimana menyusun konsep, langkah-langkahnya, metode-metodenya dan sebagainya. Hanya saja, yang dikatakan orang berilmu itu bila dia berakhlak mulia. Coba bayangkan, sekolah sampai S3 tetapi begitu ada kabar hoax langsung disambar. Gak kebagian proyek eh langsung gelap mata lalu main fitnah. Berarti kan orang ini gagal menerapkan metode ilmu atau diagnosa untuk menata perasaannya. Menata hatinya sudah gagal. Karena emosi lebih dahulu berkembang dibandingkan logikanya. Harusnya kan seimbang. Emosi boleh, tapi tetap berpikir. Kata orang hati boleh panas, tapi kepala harus tetap dingin. Tirulah Kasino kalau lagi emosi”.

“Piye kang?”

” Kasino sambil senyum cuman bilang santai : Jangkrik,bos! Hahahaha……” jawab Kriwul dengan mantap.

“Padi tak pernah berkhianat tentang takdirnya. Artinya, padi ditakdirkan untuk tunduk pada kebenaran. Seperti jika kita menyuruh orang untuk mencuri, nah sedangkan mencuri itu bukan bagian kebenaran. Karena Tuhan tak pernah suruh kita mencuri. Kita berdoa memohon kebaikan dunia dan akhirat tetapi kita ajarkan orang lain untuk menolak perbedaan. Nah ini sama saja dengan mengingkari nikmat Tuhan. Berarti doa yang kita panjatkan itu sama dengan menghina kehendak Tuhan. Kan Tuhan menciptakan manusia dalam kondisi yang berbeda satu sama lain. Sedangkan dalam perbedaan itu selalu ada nikmat Tuhan.”.

Hoaaaammmm..ngantuk !” Kriwul mengakhiri penjelasannya.

Dan kelas pun bubar.
Salam hangat

Wedaran Terkait

Soto Ayam Bergincu Merah

kibanjarasman

Sepatu Kaca Rara Jonggrang

kibanjarasman

Sendratari Sambal Terasi

Ki Banjar Asman

Rembulan Tak Bilang Dia Sudah Tua

kibanjarasman

Prasangka Buruk Sebagai Ibu dari Kebohongan

kibanjarasman

Ortuku itu Ortumu,Ortumu ya Urus Aja Sendiri

kibanjarasman

2 comments

roni risdianto 08/03/2017 at 05:48

Hahaha..terima kasih jedernya itu yang mana tahan, bu.

Reply
roni risdianto 08/03/2017 at 05:48

Hahaha..terima kasih jedernya itu yang mana tahan, bu.

Reply

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.