Sawung Telo adalah namaku. Mengenal perempuan ketika aku belum dilahirkan. Aku menyusu pada awan yang melayang. Ketika aku berbaring dengan tatap mata senja, seorang perempuan datang padaku.
Tidak pernah senja merasa enggan mendekati malam, bahkan ketika perempuan itu berkata, “Aku bukan istri nabi. Bukan istri raja. Aku seorang perempuan bertudung remang. Biarkan aku berjalan, meniti jalan ke haribaan.”
Aku tak ingin mendengarnya. Aku tahu meski tidak semua percaya padaku.
Aku tahu karena hanya itu yang aku tahu.
Aku ingin mendesah lalu menari bersama ribuan bidadari.
Aku ingin mengukir di ujung Bima Sakti. Ia akan baik. Begitu harapanku untuknya, selamanya. Tetapi aku adalah Sawung Telo. Lelaki gembel yang mengaku keturunan Sang Prabu Airlangga. Hari ini ingin bermimpi tentang bidadari yang melenggang di selatan Prambanan.