Padepokan Witasem
kepak sayap angsa, padepokan witasem, prosa liris
Kepak Sayap Angsa

Belantara Maisaroh

Belantara Maisaroh

Namaku Maisaroh. Wanita tunggal yang berjalan bersama kelam. Mungkin kamu bertanya tentang sebab, tapi aku enggan menjawab.

Engkau hanya akan menemukan lelah jika bertanya alasanku, sebab beban di dalam dada sudah terlalu berat menggelayuti lidahku. Aku enggan berkisah.

Aku menginginkan dalam diamku. Engkau dapat membaca keresahan dengan mata hatimu.

loading...

Engkau yang menjatuhkan cinta padaku, yang memedulikanku di atas ketulusan. Meski di ujung malam, aku tak berharap lagi.

Kamu, kekasihku.
Kamu, saudaraku.
Kamu, sahabatku.
Kamu, anakku.

Aku berbalik arah, menyusuri jejak-jejak yang samar tersaput waktu. Aku tak rela mereka hilang tak berbekas, Aku kembali menelusuri tapak-tapak itu dengan gamang.

Aku tatap satu per satu, aku coba menguak kenangan di setiap langkah terdahulu. Dan aku dapat melihat satu jejak yang bersinar. Dan aku akan menjadikan itu sebagai lentera.

Sekarang biarkan aku menertawai diriku. Atau mungkin mengasihani diriku. Bukan sebab aku Ratu Drama, tapi saat ini aku hanya ingin berbicara kepada diriku.

Temani aku dari kejauhan. Sampai kelam berganti terang. Dan pada masa itu, aku akan berbagi benderang denganmu. Sambil berkisah tentang belantara badai yang aku lalui. Bersama secangkir kopi dan potongan singkong kegemaran kita.

Wedaran Terkait

Urung

Yekti Sulistyorini

Tungku

kibanjarasman

Tenggelam

wimala

Sudah Berakhir!

kibanjarasman

Sobekan Roti Perawan

kibanjarasman

Sepenggal Kisah Tentang Kita

wimala

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.