Padepokan Witasem
Langit Hitam majapahit, silat Bondan, Padepokan Witasem, Gajah Mada, Majapahit
Bab 12 Persiapan

Persiapan 9

“Dengan demikian, Ki Rangga, kita akan bertemu di padang rumput ini. Selamat malam,” katanya sambil melambaikan tangan Ki Jayanti memutar kudanya dan diikuti pengiringnya kembali menuju perkemahan.

“Selamat malam,”  balas Ken Banawa dengan rasa hormat pada orang yang mungkin saja besok pagi akan menjadi pembunuh baginya.

Demikianlah Ken Banawa diikuti Ra Caksana kembali ke gardu pengawas dan bersama Bondan serta Gumilang, mereka berempat kembali ke pendapa padukuhan induk Sumur Welut.

*****

loading...

Ki Sentot lantas bangkit dan kembali ke kemahnya setelah mendengarkan laporan Ki Jayanti beserta para utusan yang dikirimnya menemui pihak Sumur Welut. Jawaban Ken Banawa telah menutup usahanya untuk dapat menduduki Sumur Welut tanpa ada korban. Kemudian  Ki Sentot memerintahkan penjaga kemahnya untuk mengundang para senapati untuk datang ke kemahnya. Mereka akan berbicara untuk siasat perang yang bakal dijalankan. Usai pertemuan itu, tatap mata Ki Sentot Tohjaya menerawang jauh menembus batas alam semesta.

Dalam hati Ki Sentot sebenarnya tidak ingin lagi ada penderitaan yang berulang karena peperangan. Tetapi Ki Sentot merasa bahwa ia sedang mengemban tugas untuk menyingkap banyak hal.

Menurutnya, Sri Jayanegara begitu lemah dalam mengambil kebijakan dan dengan demikian, hal itu berakibat seringkali menempatkan bawahan dan rakyatnya dalam keadaan yang sulit dimengerti. Banyak kemunduran yang dialami oleh rakyat Majapahit semenjak tahta diserahkan kepadanya.

Terbaca jelas bahwa Ki Sentot melandaskan penyerbuan ini untuk mengakhiri pemerintahan Sri Jayanegara. Ia mempunyai keinginan untuk memulai kehidupan baru yang sesuai dengan rencananya.

Bagi Ki Sentot, waktu adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk memperbaiki sebuah keadaan, namun perbaikan itu tidak akan terwujud ketika seorang raja bersandar pada pohon kebutaan. Dan perbaikan itu juga tidak akan muncul ketika cara atau bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak nyata.

“Ini seperti meniupkan angin di dalam riak sungai,” gumamnya dalam hati, ”dan bagaimanapun juga, jalan perang harus ditempuh demi sebuah harapan dan kejayaan di masa mendatang. Meski aku tidak menginginkan satu pemerintahan berdiri dari darah yang menggenang dan tanah yang basah oleh tangisan, tapi tidak ada kemungkinan lain. Tidak ada!”

Malam itu, pada sebuah kemah yang terletak agak jauh dari tenda Ki Sentot, Ki Cendhala Geni berbincang perlahan dengan beberapa senapati.

“Aku tahu sejumlah orang di antara kalian mempunyai tujuan yang berbeda dengan Ki Sentot. Aku minta kalian dapat menahan diri. Pasti akan datang saatnya untuk membalaskan dendam Jayakatwang,” bisik Ki Cendhala Geni perlahan. ”Kemenangan ini sudah terlihat di depan mata. Selangkah lagi kita pasti meraihnya. Pada saat ia mulai mengarahkan senjatanya ke istana, maka pada saat itulah tugas kalian untuk memburu Jayanegara dapat dimulai.”

”Tentu saja kami akan menahan diri karena tujuan kami dan Ki Sentot tidak berbeda. Menumbangkan Jayanegara.” Seorang senapati muda berdiri lalu berkata seperti itu.

“Jangan bodoh!” sergah Ki Cendhala Geni. ”Tujuan dan jalan tempuh itu berbeda. Kalian telah merasa puas dan cukup dengan kematian Jayanegara atau mungkin kalian akan mengasingkannya jauh dari tanah ini. Lalu?”

Orang-orang di lingkaran itu tidak memberikan jawaban untuk pertanyaan Ki Cendhala Geni. Mereka saling bertukar pandang. Para pemimpin itu memang tidak mempunyai rencana lebih jauh dari sekedar mematikan gerak Jayanegara. Keributan dan kekacauan telah disulut di banyak sudut negeri tetapi Majapahit belum dapat digoyang dengan keributan-keributan itu. Dalam pandangan dan perhitungan mereka, perhatian Majapahit telah teralihkan. Beberapa kesatuan telah disebar untuk mengamankan wilayah-wilayah yang agak jauh dari ibukota.

Dan menurut pendapat yang telah bulat disepakati, penumpukan seluruh prajurit dan orang-orang yang setia pada mereka akan mengguncang  Majapahit dengan keras. Tetapi pemikiran mereka berhenti. Hanya sampai di situ, tidak lebih.

Wedaran Terkait

Persiapan 8

kibanjarasman

Persiapan 7

kibanjarasman

Persiapan 6

kibanjarasman

Persiapan 5

kibanjarasman

Persiapan 4

kibanjarasman

Persiapan 3

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.