Padepokan Witasem
Api di Bukit Menoreh, Agung Sedayu, Kiai Gringsing, cerita silat
Bab 2 Jati Anom Obong

Jati Anom Obong 12

Sebenarnya Ki Panuju memang mengulur waktu untuk sebuah harapan. Ia mengetahui bahwa serombongan penggembala akan melintasi tempat mereka berkerumun. Ia mengenal sangat baik para penggembala. Bahkan ia mengetahui cara memantik amarah kerbau jantan dan lembu. Ki Panuju yakin bahwa para penggembala akan percaya yang ia ucapkan. Dan dengan suara keras, Ki Panuju berharap para penggembala segera menghampiri mereka.

Harapan Ki Panuju terwujud.

Sorak sorai penggembala terdengar.  Mereka mendekat lebih cepat. Keputusan telah dibuat dengan cepat oleh Ki Panuju. Ia menerjang Ki Garu Wesi dengan kekuatan penuh, sementara anak buahnya berbagi jumlah menggelontorkan serangan pada dua lawan yang berdiri bebas. Seru.

Ki Garu Wesi semula menyangka kepandaian lurah prajurit Mataram berada jauh di bawahnya. Namun yang terjadi adalah Ki Panuju mengirim serangan demi serangan dengan kuat. Ia cepat meningkatkan tataran kemampuannya. “Tidak mungkin seorang lurah mampu berkelahi dengan tingkatan seperti ini!” kata Ki Garu Wesi dalam hatinya.Memang  benar bisik hati Ki Garu Wesi. Ki Panuju mempunyai kemampuan di atas rata-rata lurah prajurit di Mataram. Beberapa bagian tata geraknya telah bercampur dengan unsur kanuragan dari Perguruan Orang Bercambuk. Dalam perkelahian itu,  Ki Garu Wesi tangkas mengimbangi Ki Panuju  yang dengan mantap meningkatkan lapis kemampuannya.Sementara keributan yang lain adalah empat orang anak buahnya telah mengepung kawanan Raden Atmandaru. Meskipun para peronda ini adalah prajurit berpangkat rendah tetapi kemampuan mereka ternyata mengejutkan Ki Tunggul Pitu dan Ki Hariman. Unsur gerak mereka masih banyak dipenuhi dengan dasar-dasar kanuragan  keprajuritan, tetapi empat orang peronda ini selalu saja membuat kejutan baik saat menyerang maupun bertahan. Keterampilan yang luar biasa itu tak lebih dari usaha lurah mereka yang ingin meningkatkan kemampuan pribadi prajurit yang berada di bawah lingkungannya. Ki Panuju tak segan untuk mengajari dan berlatih bersama mereka di setiap tempat yang dianggap cocok sambil melakukan tugas perondaan.

loading...

Kesulitan Ki Hariman dan Ki Tunggul Pitu makin bertambah saat kawanan ternak mulai memasuki lingkungan mereka berkelahi. Tanpa rasa takut, kawanan lembu dan kerbau jantan berjalan mendekati dua lingkaran yang terjadi di atas batang sungai. Para penggembala mampu mengarahkan hewan-hewan jinak itu menjadi pembawa gangguan bagi dua orang yang menjadi lawan peronda Mataram.  Mereka memahami perintah yang diteriakkan oleh Ki Panuju.

“Gembala! Lakukan seperti aku melatih kalian bertempur!” seru Ki Panuju tiap kali menghindari serangan Ki Garu Wesi. Bahwa Ki Panuju acapkali berlatih dengan para gembala di pedukuhan Jati Anom adalah kegiatan yang biasa terlihat. Mereka berlatih di persawahan atau sungai-sungai tempat mereka memandikan ternak. “Mereka yang sedang menggembala kambing, kerbau dan lembu bukanlah sekelompok orang yang lemah. Tanpa kita sadar, mereka sebenarnya memiliki senjata yang mempunyai kekuatan besar dan mengagumkan. Tangan mereka terbiasa memegang cambuk, parang, seruling bahkan ranting kering. Mereka hanya membutuhkan sentuhan untuk mengubah segala kelemahan menjadi satu kekuatan yang luar biasa,” kata Ki Panuju pada suatu ketika pada salah seorang anak buahnya.

“Lalu, apa yang akan Ki Lurah lakukan?”

“Melatih mereka di dalam barak prajurit tentu akan menjadi perbuatan yang melanggar paugeran,” jawab Ki Panuju, ”dan Ki Untara akan menolak rencana ini meski bertujuan sebagai pembelaan dari dan untuk orang pedukuhan sendiri.” Ki Panuju menerawang langit yang cerah dan tampak Merapi gagah menjulang tanpa awan mengitarinya. Ia menarik napas panjang lalu katanya, “Aku akan melatih mereka dengan caraku sendiri dan di setiap tempat bila kita bertemu mereka.” Sorot mata penuh semangat menyambar dari dua bola mata Ki Panuju. “Kita harus berbagi waktu dengan mereka.”

Maka sejak pembicaraan itu, Ki Panuju berusaha meluangkan waktu untuk melatih para gembala di tanah-tanah lapang, sungai dangkal, pategalan kering dan sawah yang sedang dibajak. Ia mengenalkan gelar perang yang telah disederhanakan. Ia membimbing mereka dalam menyerang dan bertahan seperti prajurit.

Wedaran Terkait

Jati Anom Obong 9

kibanjarasman

Jati Anom Obong 8

kibanjarasman

Jati Anom Obong 70

kibanjarasman

Jati Anom Obong 7

kibanjarasman

Jati Anom Obong 69

kibanjarasman

Jati Anom Obong 68

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.