“Aku terima tantanganmu!” Lantang aku berkata sambil menepuk dada. Pendekar Rajawali melambaikan tangan, hingga hanya punggung yang terlihat olehku.
Tak seorang pun boleh meremehkan aku. Dilahirkan sebagai anak dari Edward Teague, aku menyandang nama Jack Sparrow. Kalian tak mengenal nama itu? Keterlaluan!
“Mas Jack, ke mana kita akan menetapkan tujuan pertama untuk mencari pedang Cortes?” tanya si kera di sampingku. Mata kecilnya penuh selidik.
“Ssst! Jika aku mengatakannya, bisakah kau dipercaya?”
Sun Go Kong mundur beberapa jengkal ketika melihat aku mulai memelintir kumis tipis. Garukan di kepalanya pertanda dia berpikir keras. Gerakan berputar lalu melompat ke kanan dan ke kiri, diikuti ekor yang selalu mengibas.
“Heiiii, aku bertanya padamu!” seruku pada kera yang terkenal sakti itu.
“Kalau kau meragukan kesetiaanku, tak pantas rasanya. Aku makhluk paling setia yang pernah ada!” ucapnya tegas.
“Bagus. Aku senang mendengarnya. Kemarilah, akan aku tunjukkan sebuah rencana gemilang dari otak yang cemerlang ini.”
Sun Go Kong terlihat membelalak, melompat, menggaruk kepala, lalu kembali memusatkan perhatian pada setiap rencana yang aku ceritakan. Menemukan pedang Cortes yang dibawa kabur oleh Elsa, lalu diberi mantra kutukan es.
Bah!
Mereka pikir seorang Jack Sparrow akan mundur ketika mendengar benteng tinggi dari benda keras dan dingin itu. Salah! Kalian terlalu meremehkan aku!
Ah, ya! Satu lagi kehebatanku. Aku ini selalu berhasil lolos dari setiap himpit masalah, meski harus dengan cara berbicara ini dan itu. Tak apa, ‘kan? Itu juga sebuah cara. Buktinya Davy Jones juga tak berhasil menjeratku.
Jack Sparrow yang tampan dan cemerlang! Ya, itu aku.
“Hati-hati, Mas Jack!” Sun Go Kong tiba-tiba telah menopang sebagian badanku dengan kekuatan saktinya. Rupanya aku terlalu banyak terkenang masa lalu, hingga batu licin di depanku tak terlihat, nyaris terpeleset.
“Ehm, terima kasih. Tidurlah, besok akan jadi hari yang panjang. Atlantik akan mengenangku!”
“Atlantik tidak akan mengenangku, Mas Jack?” Si Kera Sakti terdengar tak setuju.
“Ah, ya. Tentunya mengenangmu juga, Kong.”
Sejujurnya aku tak tahu harus memanggilnya apa. Sun atau Go atau Kong. Untunglah, wajah kera itu tak menunjukkan kekecewaan atau amarah ketika aku menyapanya dengan ‘Kong’.
***
Perjalanan mencari pedang Cortes bisa dibilang tak mudah. Kabut laut mulai menampakkan seringainya. Kejam dan tak mudah luluh. Aku melihatnya sebagai ancaman, tetapi terkadang juga sebagai teman, tergantung kepentingan.
Sun Go Kong terlihat menggigil di pojok buritan. Salah sendiri bepergian mengarungi samudera paling dingin ini, hanya dengan beberapa helai benang di badan. Rasakan. Aku terbahak sendiri.
“Kau memanggilku, Mas Jack?”
“Hah! Siapa yang memanggilmu? Aku sedang tertawa menyambut hawa kemenangan.” Kuping si kera ini rupanya tajam juga. Padahal tadi ia menutup mata sambil mendekap lututnya erat. Ternyata dia mendengarku suaraku.
“Mas Jack, kau merasa hawa semakin dingin tidak?”
“Ehm, ya. Sedikit.”
Aku mengedarkan pandangan, menyapu sekeliling Black Pearl. Air laut sudah mulai tenang. Kabut juga sudah mulai enggan berlama-lama denganku. Apa aku tak cukup tampan berada dalam balutannya? Ah, padahal aku akan terlihat lebih memesona berdiri dengan pedang Cortes berlatar belakang kabut laut Karibia.
“Mas Jack, gunung es di depan kita,” bisik Sun Go Kong.
“Artinya kita sudah dekat dengan istana Elsa.”
Aku berlari menuju haluan Black Pearl. Mengambil napas dalam, menikmati udara dingin. Perlahan merayapi kulit, lalu mengisi paru, dan menabuh lonceng gairahku. Cortes, sebentar lagi kau akan ada dalam genggamanku. Kekuasaan. Kemenangan.
“Berhenti, Perompak!”
Suara seseorang, lembut tapi begitu tegas. Elsa berdiri di ambang jurang gunung itu. Kokoh sekaligus anggun. Ah, kenapa gadis secantik dia membawa kabur pedang keramat itu? Bukankah sebaiknya dia menjadi kekasihku saja?
“Oh, boleh aku mencium tanganmu, Nona? Sebagai tanda perkenalan, mungkin?” kataku begitu berhadapan dengan pemilik rambut berwarna itu.
Mataku mulai melirik keberadaan Sun Go Kong, dan mencoba memetakan daerah pertahanan Elsa. Aku yakin Si Kera Sakti berada tak jauh dariku.
Kerajaan wanita itu benar-benar seperti gugusan puing es. Tajam di sana-sini. Dingin dan runcing. Mataku memicing, mencari dan merasakan keberadaan Cortes. Auranya menguar, seolah mencari majikannya.
“Jangan jumawa! Kau tak pantas memilikinya!” Mata Elsa membeliak marah, tetapi justru menampakkan kecantikan tanpa cela.
“Oh, tidak … tidak. Kau sepertinya belum mengerti juga. Cortes seolah mempunyai napas yang seirama denganku. Rasakan detak jantungku. Di sini, letakkan tanganmu di–”
“Jangan coba-coba mengelabuiku, Jack Sparrow. Hanya ada satu cara mengambil Cortes. Kau harus mengambil hatiku!”
“Ouw, itu terdengar sangat menarik, Nona Elsa,”-aku membungkuk-“apa bisa aku ambil hatimu sekarang?”
Bukan sebuah sambutan hangat yang aku terima, melainkan sabetan rambut Elsa. Terasa dingin di pipiku. Aku jatuh tersungkur pada lantai mengkilap, hingga pantulannya menampilkan wajah seorang Jack Sparrow yang tampan.
“Mas Jack!” Sun Go Kong menghambur. Rupanya ia mengkhawatirkanku.
“Wah, wah. Rupanya kau membawa sekutu, Jack. Seekor kera dan tidak setampan kau. Cerdas!” Elsa mendekat, bertepuk tangan, lalu mengamati wajahku.
Aku menangkap kilat Cortes. Di bawah anak tangga kelima dari bawah.
Aku berpura-pura kesulitan untuk bangkit. Merangkak pada dinginnya lantai es pun, akan aku lakukan demi Cortes. Perlahan, mulai bergeser mendekat ke arah tangga. Sun Go Kong sepertinya memahami usahaku ini.
“Kesulitan untuk bangkit, Jack? Hanya satu sabetan saja, dan kau tak bisa bangun?” Suara Elsa membahana, memenuhi rongga-rongga bangunan bening itu. Sepatu berhak runcingnya menimbulkan suara detak tak biasa.
Aku benar-benar masih berusaha untuk mengelabuinya, ketika satu sabetan rambutnya mengenai paha kiriku. Kali ini terasa ngilu. Sialan!
“Kau kira hanya aku yang ingin mengambil Cortes? Ada Pendekar Rajawali yang diam-diam juga akan merebutnya darimu.”
Elsa tampak mengernyitkan dahi. Entah apa yang dipikirkannya. “Maksudmu Yoko?”
Aku mengerling, berharap ia lengah.
Namun, kedua tanganku terkunci oleh lilitan rambut putihnya, sementara pedang terhunus pada pangkal leherku. Wanita berkulit sepucat mayat itu berhasil membaca rencanaku.
Aku berdiri terhuyung, sambil mengangkat kedua alis, mencoba menebar pesona. Elsa hanya memicingkan kedua matanya. Sialan, usahaku tak berhasil!
“Kau mencoba mengelabuiku lagi, Jack? Yokolah yang memberikan Cortes kepadaku. Dia lelaki baik. Tak secerdas dirimu, tetapi dua tulus,” ucap Elsa, “terkejut?”
“Ah, ya … sedikit. Kukira dia mengincar Cortes juga. Tapi … hmm, begini saja. Kita akan jadi sekutu yang hebat. Si cantik Elsa dan si tampan Jack Sparrow. Kita bisa membasmi kejahatan bersama. Bagaimana menurutmu?” Aku melayangkan senyuman termanis, walaupun beberapa gigi tampak tak lagi putih.
“Ah, Jack. Kenapa tak sedari tadi kau menawarkan gagasan itu? Aku kini lega.”
Mataku mengerjap beberapa kali. Rasanya tak mungkin semudah ini. Ah, mungkinkah ini hanya taktiknya belaka? Apa pun itu, aku harus tetap waspada.
Sedetik kemudian, terompet dibunyikan, dan beberapa wajah yang tak asing muncul dari balik tembok-tembok dingin dan kaku itu. Yoko, Davy Jones, bahkan Optimus Prime.
“Selamat ulang tahun, Mas Jack! Kau benar-benar bajak laut sejati. Demi pedang keramat itu, harga dirimu kau bawa hingga ke kerajaan es ini! Panjang umur untukmu, Mas!” Yoko menepuk bahuku, lalu menyunggingkan senyum lebar. Selebar daun kelor. Ah!
“Jadi …?” Aku memandang satu per satu wajah itu.
“Panjang umur untukmu, Mas Jack!” Sun Go Kong menari, melompat, menggaruk. Diiringi lagu berjudul Senorita, dia meliuk kesetanan.
Sialan! Jack Sparrow dipermainkan!
Tak apalah, aku pasrah. Lebih baik berjalan anggun menyalami mereka, sambil menebarkan pesona ketampananku. Bagaimana pun, aku adalah Jack Sparrow! Perompak tampan dengan otak cemerlang.
Tamat
#belajarprosaliris
#prosaliris
#kepaksayapangsa
Oleh : DuTa
1 comment
[…] Liris : Kong, Aku Jack Sparrow! […]