Aku tersungkur, terpuruk dan tiada mampu angkat kepala. Terasa jauh, sebuah fatamorgana terhampar sejauh pandang. Palsu.
Dalam angan aku peluk mimpi
meraihnya adalah semu. Jejak kaki terhapus, gontai melangkah. Berusaha tegak meski langkah terseret, lemah.
Lelah, tapi tak boleh mengeluh. Memilih bungkam, walau nyatanya gemuruh melanda. Aku luluh lantak.
Tetapi pada hari ini
Dadaku berdebar bahagia. Salju telah mencair. Bergairah! Membayang masa depan yang selalu merah jambu. Bersamamu.
Bibirku membentuk lengkung, mataku berkaca gembira. Aku melayang dalam riang, dalam kebohongan angan sepersekian waktu.
“Siapa yang membangunkan aku?!”
Sadar, bahwa harapan hanya lah mimpi.
Aku duduk termangu. Menanti kelam berubah terang.
Hanya satu kata. “Pasrah!”
Karena bertahan hanya membuat diri tersakiti
Maka kembali aku ayun langkah, berlari. Mengejar karena aku tidak mau tertinggal!
“Siapa yang meninggalkan siapa? Tetapkan hati sebelum kau ayun kakimu, agar bukan sesal yang kau temui di ujung pencarian!”
Menyerah karena keadaan membuat jiwa tersiksa. Teruslah melangkah dengan perasangka baik, karena lelah pasti menemui bahagianya.
Karya keroyokan oleh kelas KSA