Di sisi lain, perkelahian ini adalah pertarungan yang sangat menentukan bagi seorang Ki Cendhala Geni. Kehadiran Ken Banawa menjadi sebab peluang baginya untuk kembali ke Kahuripan sebagai pejabat tinggi kian menipis. Ia tahu betul akibatnya.
“Keledai dungu! Pragola yang seharusnya datang ke tempat ini, bukan anjing tua peliharaan Majapahit ini! Mustahil Pang Randu menyimpang dari perjanjian. Tetapi yang pasti adalah tidak mungkin bagiku untuk menduduki kembali kepatihan Kahuripan, aku harus mengulang segalanya dari awal. Tetapi, selamat adalah langkah awal untuk memulainya lagi.” Ia menggeram murka. Orang bertubuh besar dan juga digelari sebagai Banaspati ini marah pada keadaan yang dianggap telah membodohinya!
Ki Cendhala Geni telah mengetahui ketangguhan Bondan, mereka pernah berkelahi sebelumnya, maka sedikit banyak mempengaruhi perhitungannya untuk lolos dari orang-orang yang akan menangkapnya. Oleh karena itu, Ki Cendhala Geni bertarung dengan sepenuh tenaga. Kapak panjangnya tiada henti mengeluarkan suara mendengung yang menggetarkan dada setiap orang yang mendengar. Getaran tenaga yang keluar dari kapaknya terasa menusuk bagian dalam telinga.
Sangat mengerikan!
Percik-percik api kerap terlihat ketika terjadi benturan antara kapaknya dengan pedang Ken Banawa.
Nyaris tiada celah dapat dilihat dari pertarungan kedua orang yang kenyang dalam pertarungan ini. Kematangan bertarung dan keragaman unsur gerak yang diperoleh dari sekian banyak pertarungan, lalu dikembangkan oleh keduanya telah menjadikan mereka seperti yang tidak terkalahkan.
Ki Cendhala Geni telah menempuh jalan panjang untuk menuntaskan hasratnya yang besar. Ia ingin ambil bagian dalam menumbangkan Majapahit yang didirikan oleh Ra Dyan Wijaya. Seperti pendapat orang lain, ia beranggapan bahwa runtuhnya tahta Prabu Jayakatwang adalah buah pengkhianatan pendiri Majapahit itu. Kekuatan yang terbit dari hatinya kian membesar. Ia bertekad kuat lolos dari bidikan Ken Banawa. Ia tak akan segan membunuh Ken Banawa meski itu sebenarnya dapat membawa akibat buruk bagi cita-citanya.
Ki Cendhala Geni memiringkan tubuh lalu berputar sangat cepat untuk menghantamkan kapaknya ke tubuh dan kepala Ken Banawa. Perputaran ini sebenarnya menjadi celah bagi Ken Banawa untuk menusukkan pedangnya, namun, ternyata, kapak Ki Cendhala Geni telah berpindah tangan.
Ketika tangan kanannya yang memegang kapak ini menghantam pedang musuhnya, dalam keadaan tubuh masih berputar, Ki Cendhala Geni segera memindah senjata ke tangan kirinya. Secara beruntun dan semakin cepat ia bergerak sambil memutar senjata, maka tidak ada pilihan bagi Ken Banawa untuk membendung serangan kapak ini selain bergeser jauh..
Ken Banawa meraung lalu mengubah tata geraknya menjadi lebih berdaya guna. Ia membangun cara bertahan yang jitu. Kini ia membiarkan pedangnya terbentur, kemudian dengan luwes ia menggerakkan pedang menyusur cepat, menuju pergelangan tangan Ki Cendhala Geni. Terkejut dengan perubahan mendadak itu, Ki Cendhala Geni meloncat surut, tubuhnya melayang jungkir balik agar nadinya dapat terhindar dari ujung pedang Ken Banawa.
Walau ia dapat mengelak serangan, tetapi ujung pedang sempat menggores lengan dan menimbulkan luka panjang namun tak begitu dalam.
Ki Cendhala Geni tidak menghentikan serangan walaupun lengan kanannya tergores pedang. Ketika ujung jari kakinya menyentuh tanah, ia menerjang maju lebih hebat. Dalam perkiraannya, Ki Cendhala Geni paham jika ia seharusnya menitikberatkan pada pertahanan, tetapi serangan yang kuat adalah pertahanan terbaik, pikirnya.
Ia menyabetkan kapaknya mengarah bagian pinggang Ken Banawa, kemudian memutar kapaknya dengan tangan kanan, namun segera berpindah ke tangan kiri mengikuti ayunan bagian terberat dari kapaknya, lantas mendadak memotong silang dari pangkal paha ke arah kepala.
Ken Banawa melontarkan tubuh ke bagian samping searah dengan garis silang senjata lawannya.
Susunan gerak Ki Cendhala Geni senantiasa melahirkan kejutan-kejutan berbahaya. Ini menjadikan Ken Banawa terkesima betapa lawannya mempunyai kekuatan yang sama antara tangan kiri dan kanan. Ken Banawa tampak lebih berhati-hati dan menjaga jarak dari Ki Cendhala Geni.
Melihat perubahan sikap Ken Banawa, Ki Cendhala Geni merasa mendapat kesempatan baik karena pertarungan dalam jarak yang sedikit lebih jauh akan menguntungkan dirinya. Gagang panjang kapak akan memberinya keuntungan dengan menutup tendangan Ken Banawa dari arah tidak terduga.
Kedudukan mulai tidak seimbang.