“Patuhi nasihat Bapak! Bukan tanpa alasan jika Bapak tidak bisa menerimanya. Harusnya kau tahu, Senggani. Namun kau sering berpura-pura tidak tahu, bahkan mungkin kau memang tidak mau tahu. Hanya kau tumpuan harapan Bapak, Senggani, ingat itu. Jangan biarkan cinta membutakan mata hatimu!”
Bertolak belakang denganku. Karena usiaku masih muda, aku masih suka mengumbar hasrat duniawi. Aku belum sudi bersusah payah mengurangi dhahar dan nendra. Buat apa hidup dibikin sengsara. Segala rupa makanan aku santap tidak ada pantangan. Akibatnya badanku menjadi melar karena timbunan lemak. Cuplikan Novel "Meraih Hatimu dalam Badai bab 2"
Jika sebilah keris memancarkan kharisma melalui pamor yang dimilikinya, tetapi bagiku justru sebaliknya. Aku memilih bersembunyi di dalam lorong gelap, demi sebuah kesalahan yang aku lakukan dengan sadar dan berusaha aku simpan rapat-rapat. Aku melupakan satu hal, bahwa yang namanya bangkai akan tetap tercium meski aku sudah membungkusnya begitu rapat.
“Senggani, masih ingatkah kamu alasan Bapak memilih nama itu untukmu?” tanya Bapak memecah lamunanku.
“Nggih Pak, agar saya bisa seperti kembang senggani. Tetap berbunga dalam segala cuaca, tetap tumbuh tangguh walau di lereng berbatu.”
“Nah, seharusnya kamu tidak perlu merasa ragu ataupun takut, Nduk. Seperti kembang senggani, kamu akan tetap bertahan walau hidupmu penuh cobaan. Tetap indah berbunga meski ditempa badai dan prahara. Teruslah melangkah dan ikuti kata hatimu, maka seperti pesan mbah Kung, sapa kang temen bakal tinemu.”
Rombongan tanya berderap menghentak hatiku. Kata hatiku ingin aku bersama Rendra dan sudah aku ikuti, tapi kenapa yang aku temui hanya nelangsa?
Atau mungkin sebenarnya aku yang bodoh karena tidak sanggup membedakan antara nafsu dan kata hati?
Mungkinkah keris itu sanggup menuntunku menuju jalan cahaya?
Lalu bagaimana dengan Rendra?
Sampai kapan bapak menampik keinginanku untuk membangun mahligai bahagia bersamanya?
“Duh Gusti kula nyuwun pangapura”
Kalimat yang menghempaskan sesak dalam dada. Mengalirkan kesejukan dalam relung jiwa. Ya semua hanya karena-Nya dan akan kembali pada-Nya.
Aku menghembuskan napas lega.
1 comment
[…] Senggani – Bab 2 […]