Aku tapaki lagi tangga-tangga stasiun. Aroma bermacam-macam terendus indra penciuman. Bau keringat para budak korporat bercampur pengharum badan pun silih berganti melintasi hidungku. Ditambah aroma masakan para pedagang makanan sekitar stasiun yang menggelitik perut. Suara sutil beradu dengan wajah milik tukang nasi goreng gerobakan nyaring terdengar. Harum bawang putih campur kemiri dan kawan-kawannya menggoda para calon penumpang untuk singgah mengisi perut.
Dan aku, masih terus melukis cerita lewat lakon hidup yang telah ditorehkan Sang Empunya Jiwa. Deru suara kereta melambungkan ingatanku pada masa yang telah lewat. Masa-masa ketika lakon hidup terasa perih untuk diperankan. Yang membuat aku sering kali ingin bertukar peran dengan mereka yang tengah pamer kebahagiaan.
“Apakah salah jika aku ingin bertukar peran? Bertukar takdir jika bisa, wahai, Sutradara Kehidupan.”
oleh penulis kisah berjudul Meysarrow
sumber gambar : Tukar Peran