Padepokan Witasem
geger, alas krapyak, api di bukit menoreh, mataram, kiai gringsing, kiai plered, panembahan hanykrawati, agung sedayu
Bab 6 Geger Alas Krapyak

Geger Alas Krapyak 80

Dalam pikiran Ki Sekar Tawang, Mataram memang sudah berada di dalam jangkauan. Rintangan berat yang mengelilingi Panembahan Hanykrawati tidak tampak lagi. “Meski Mas Rangsang menjadi orang yang paling bertanggung jawab terhadap keselamatan ayahnya, dan penjagaan berlapis sudah terpasang mengitarinya, tapi selalu ada celah untuk menggunting dalam lipatan,” ucap Ki Sekar Tawang dalam hati. Walau demikian, ia tidak ingin gegabah dengan menepuk dada karena telah menempatkan sejumlah orang yang hanya berjarak beberapa langkah dari Panembahan Hanykrawati.

Dengan telapak tangan bertumpuk di bawah dagu, Ki Sekar Tawang berkata pada Raden Atmandaru, “Hari-hari semakin dekat, Pangeran.”

Raden Atmandaru terkejut dengan perubahan sebutan yang diucapkan Ki Sekar Tawang. Setelah merenung sejenak, ia tersenyum lantas berucap, “Untuk itulah, saya tidak memberati Ki Hariman dengan berbagai pendapat. Bagaimanapun, kita tetap membutuhkannya pada waktu-waktu yang akan datang.”

“Benar, Pangeran,” sahut Ki Sekar Tawang.

loading...

Dalam setiap perkembangan dari waktu ke waktu, pertarungan siasat antara Raden Mas Jolang dengan Raden Atmandaru benar-benar menyita waktu dan memeras pikiran, sungguh! Mereka cukup tangguh memainkan perasaan orang-orang yang menaruh perhatian pada keselamatan dan keamanan Panembahan Hanykrawati. Sepintas, mereka tampak seperti bermain-main dengan gagasan menarik atau mengusulkan seseorang pada sebuah kedudukan. Namun bila dirunut ke belakang serta membuat gambar dalam pikiran, maka mereka akan terlihat dalam kedudukan sebenarnya. Baik Raden Mas Rangsang maupun Raden Atmandaru adalah panglima yang berada di pusat lingkaran pasukan. Bila Raden Mas Rangsang memunculkan seorang perwira, Raden Atmandaru akan melihatnya sebagai perubahan gelar dari Supit Urang menjadi Jurang Grawah. Jika demikian yang terjadi, maka Raden Atmandaru akan menggunakan pengaruh pengikutnya yang menjabat sebagai tumenggung untuk menghadang perpindahan jabatan dan seterusnya.

Raden Atmandaru mempelajari kembali rancang bangun siasatnya. Ia menengok jauh ke dalam untuk menguji bagian-bagian yang mungkin dapat menjadi kelemahan. Pada waktu itu, Raden Atmandaru berhasil menempatkan orang-orang pada wilayah dan kedudukan yang dinilai baik untuk menghubungkan antar pengikut yang bergerak di dalam kraton Panembahan Hanykrawati. Untuk perjalanan waktu yang cukup, Raden Atmandaru begitu yakin bahwa jalur hubungan mereka tidak diketahui oleh bawahan Raden Mas Rangsang.  Meski demikian, ia tetap menuntut pengikutnya tetap bergerak dengan kewaspadaan tinggi. Raden Atmandaru tetap menyisakan ruang untuk berjaga-jaga karena yang menjadi lawannya adalah putra Penembahan Hanykrawati yang terkenal berpikiran tajam dan sangat cerdas. Oleh sebab itu, dalam pembicaraannya dengan Ki Sekar Tawang, ia berkata, “Mas Jolang mungkin sengaja menyembunyikan hari perburuan dari orang-orang yang berada di dekatnya. Tersiar kabar burung bahwa senapati dan pengawal perburuan sudah mencapai titik gelisah karena Mas Jolang belum menetapkan waktu.”

Ki Sekar Tawang bergumam, lalu ucapnya, “Namun bisa juga itu adalah bagian dari akal bulus Mas Rangsang untuk memancing kita keluar. Pangeran, mereka sudah barang tentu mempunyai laporan penilaian mengenai segala yang terjadi di Tanah Perdikan dan Sangkal Putung. Mas Rangsang, meski berusia muda dan tidak begitu banyak mempunyai pengalaman tempur, tapi…nyaris selalu tepat dalam membuat perkiraan. Kita tidak bisa abaikan kemampuannya itu.”

“Kiai benar, Kiai benar,” kata Raden Atmandaru. Ia mengingat bahwa dirinya pernah berpapasan dengan Raden Mas Rangsang yang melintasi di sisi sebuah pedukuhan tanpa pengawalan. Seorang pengikutnya – yang bertugas di dalam istana Panembahan Hanykrawati – yang berjalan mengiringinya memberitahu tampak rupa pangeran Mataram itu. Lantas Raden Atmandaru menambahkan kata, “Mas Rangsang mempunyai keberanian menunjukkan wajah pada saat kotaraja sedang mengalami udara panas dan wajah-wajah berurat tegang. Ia berjalan, berkeliling dan berkisar dengan sikap seolah Mataram dalam keadaan tenang. Aku tidak tahu, apakah harus memuji keberaniannya atau mengumpat karena kebodohannya ketika ia melintasi tempat yang menjadi permukiman laskar kita? Pada waktu itu, siapa saja yang sedang menjadi pimpinan jaga sudah pasti dapat menyerang lalu menghabisinya.” Sejenak Raden Atmandaru menahan ucapan, lalu berkata pelan, “Tapi, pada waktu itu, siapa yang dapat mengenali bentuk tubuh dan wajahnya?”

“Ya,” ucap ki Sekar Tawang, “beruntung kita masih dapat menahan diri waktu itu.”

Raden Atmandaru menarik napas panjang. Kegeraman dan keganasan tampak memancar dari sorot matanya. “Mas Jolang adalah buruan terbaik yang pernah dilahirkan oleh Mataram,” desisnya. “Kemudian yang harus kita pikirkan adalah kelanjutan dari perburuan ini. Kita belum menentukan tempat singgah terakhir seandainya kita gagal di Alas Krapyak.”

Dapatkan Bumbu Kacang Terbaik di sini

Ki Sekar Tawang memandang lekat wajah Raden Atmandaru. Ia dapat merasakan pengaruh dari kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Panembahan Tanpa Bayangan itu. Batinnya saat itu, gerakan mereka tetap dibayangi oleh kegagalan meski telah menempatkan orang-orang pada kedudukan tertentu. Raden Mas Jolang yang senyap menjalankan siasat tandingan serta orang-orang di Kepatihan yang dingin  adalah keadaan yang tidak diinginkan oleh mereka. Petugas sandi yang disebar Raden Atmandaru seperti kesulitan mengendus keberadaan lawan mereka. Prajurit sandi Mataram seperti merayap di atas permukaan batu gelap pada malam hari. Mereka pun bertanya-tanya pada diri sendiri, di mana mereka bertemu? Apa yang mereka bicarakan? Apa pesan yang mereka dapatkan?

Dalam pada itu, Raden Atmandaru melanjutkan ucapannya, “Kiai, Alas Krapyak harus dapat menembus dua kegagalan sebelumnya. Namun seandainya kita gagal membunuh Mas Jolang, kita harus segera membubarkan diri. Kita tidak dapat lagi bersikap saling mengenal. Untuk waktu yang cukup panjang, kita harus menyembunyikan diri di antara orang-orang yang mencintai Mataram.”

“Seperti itulah, Pangeran, kita harus mampu melihat jalan-jalan yang dapat dilalui sebelum hari perburuan dinyatakan oleh mereka,” kata Ki Sekar Tawang. Lantas ia menambahkan, “Saya kira kita harus cepat bergerak menuju Gunung Kendil. Seperti yang Anda katakan bahwa lereng panjang yang terletak pada sisi selatan dapat menjadi tempat untuk bertahan bila mereka mengejar lalu mengadakan serangan di sana. Namun, apabila mereka dapat menerima Pangeran sebagai pemimpin baru Mataram, maka tempat itu akan menjadi pusat pemerintahan yang baru.”

“Benar, ada keuntungan yang tersimpan untuk kita karena jalanan yang sempit itu diapit rumput-rumput yang tinggi dan berada di bawah kaki bukit kecil, Apabila gerakan ini berhasil, Gunung Kendil dapat mengubah diri menjadi tempat yang lebih baik dari kotaraja yang sekarang,” ucap Raden Atmandaru. “Saya berharap orang-orang yang sudah mencapai tempat itu dapat segera mendirikan benteng atau bangunan yang dapat digunakan untuk mengamati keadaan.”

Wedaran Terkait

Geger Alas Krapyak 92

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 91

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 90

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 9

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 89

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 88

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.