Sejumlah orang menapakkan kaki sedikit keras sehingga ada kesan buru-buru pada langkah mereka, tapi tidak ada seorang pun yang mendekati ruang pertemuan. Sejauh itu, pembicaraan
Hujan mereda dan gemuruh angin surut dari pendengaran orang-orang yang berkumpul di dalam ruangan itu. Sejenak perhatian mereka teralihkan pada Agung Sedayu yang belum sempat
Dalam penilaian Feng Kong Li, lawannya itu cukup tangguh untuk melayaninya hingga terik matahari sanggup membuat kulit kepala. Namun, dia benar-benar tidak menduga sama sekali
Perempuan itu telah melewati perjalanan panjang. Berbulir peluh mengendap di tubuh legam nan lebam. Noda hitam melukis wajah, tak lagi nampak ayu kemerahan. Dipanggul sejuta
Aku tidak melihat kesibukan berkemas pada keluarga kami. Baik ibu maupun bapak tidak menyuruh kami untuk membungkus pakaian dan yang lainnya. Aku kira bapak memilih
Menanggapi pendapat Ki Patih Mandaraka, pada sudut lain, Nyi Ageng Banyak Patra bergeming. Bibirnya mengatup rapat dengan wajah menunduk. Selang beberapa lama, katanya, “Dan seandainya
Tempat ini, dulu aku menyebutnya rumah, tapi sejak hampir setahun yang lalu aku tak yakin lagi bahwa bangunan ini adalah rumah. Pintu dan jendela tertutup
“Kalian lihat rumah itu? Agaknya rumah dengan kayu penyanggah dan berukiran burung rajawali itulah rumah Ki Juru Manyuran,” berkata orang ketiga dengan jari menunjuk ke
Ki Sekar Tawang menyadari perubahan yang terjadi pada gerakan mereka. Sejumlah orang tidak dapat memasuki Kepatihan sejak Ki Patih Mandaraka mengubah tata kelola penjagaan atas
Setelah menunggu beberapa waktu dan tidak memperoleh tanggapan, Arya Penangsang mengulang seruannya yang merambat di bawah getar suara wajar. Lembu Jati kembali mendengar suara Arya
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.