Padepokan Witasem
Api di Bukit Menoreh, Agung Sedayu, Kiai Gringsing, cerita silat
Bab 1 Agung Sedayu Terperdaya

Agung Sedayu Terperdaya 18

Satu demi satu pengikut Ki Garu Wesi pun roboh, namun para pengawal Menoreh meskipun menderita luka-luka akibat girensan senjata masih berusaha keras memberikan perlawanan. Bantuan pun datang untuk mereka. Orang-orang Menoreh yang mampu memegang senjata pun berdatangan memberikan keseimbangan dari segi jumlah walaupun mereka tidak mempunyai pengalaman tempur. Bantuan itu segera dirasakan Sukra yang merasa lebih leluasa dalam bergerak. Pedang di tangan Sukra berkelebat cepat membungkus tubuhnya sehingaa sulit ditembus oleh senjata lawan.

“Mereka bukan lawanmu, petani sial!” umpat seorang pengikut Ki Garu Wesi yang berusia sedikit lebih banyak dari Sukra. Ia menerobos memasuki gelanggang dan segera mengikat Sukra dalam perkelahian yang seru.

Sukra benar-benar terkejut menerima serangan yang tiba-tiba itu. Ia tidak dapat mengelaknya. Dengan cepat ia menyilangkan batang pedangnya di depan dada. Sukra benar-benar mempergunakan seluruh tenaganya untuk membendung seranga yang datang mematikan. Kemudian yang terjadi adalah benturan yang dahsyat antara keduanya. Kekuatan tenaga Sukra yang ingin menjaga ketenangan daerahnya dengan serangan lawan yang ingin mengeruk keuntungan dari Tanah perdikan. Meskipun kemudian mereka jatuh terguling, namun kedua anak muda itu segera melocat dan bangkit bersiap melepaskan serangan sepenuh kekuatan.

Sukra kini bertarung dengan perasaan yang lebih lepas. Ia telah mendengar dari orang-orang disekitarnya yang mengatakan bahwa kebakaran telah berada dalam kendali. Sementara seorang pengawal yang baru datang pun berkata lantang padanya bahwa Ki Gede dan Prastawa telah mengatur alur pengungsian. Ia juga menambahkan jika kerusuhan di pedukuhan induk mulai menyusut. Meskipun ia ingin bertanya tentang keadaan Agung Sedayu, namun Sukra sedang menghadapi lawan yang seimbang. Ia sama sekali tidak ingin membiarkan lawannya dapat lepas dan pergi tanpa tanggung jawab.

loading...

Maka Sukra kemudian tidak membatasi dirinya untuk bertempur. Ia melepaskan serangan bergelombang. Setiap ujung pedangnya langsung menggapai bagian-bagian berbahaya pada tubuh lawannya. Pedang Sukra berkelebat dan serangannya pun membadai. Beberapa kawannya pun heran dengan perkembangan yang terjadi padanya.

“Sukra? Benarkah kau bernama Sukra?” bertanya lawannya ketika berkelit dari kaki Sukra yang menebas lututnya.

“Diamlah! Kau sedang bertemu dengan pengawal Menoreh yang kokoh seperti batu hitam!” tukas Sukra.

Lawan Sukra mendengus lantas ia mencoba keluar dari tekanan Sukra. Meskipun Sukra berada dibawah tuntunan Ki Jayaraga dan Agung Sedayu, namun lawan Sukra mempunyai kelebihan selapis diatasnya. Maka kemudian yang terjadi adalah lawan Sukra dapat melepaskan diri dari tekanan Sukra yang mengalir tanpa henti. Ketahanan jasmani Sukra sepertinya mempunyai kelebihan tersendiri. Untuk beberapa malam terakhir, Sukra memang kurang mendapat kesempatan untuk beristirahat. Tetapi ia telah mendapat gemblengan khusus dari Agung Sedayu untuk menambah daya tahan tubuhnya. Sehingga dengan demikian, kelebihan lawan Sukra pun tidak begitu terasa manfaatnya karena Sukra ternyata mampu mengimbanginya dengan banyak berlari memutari lawannya.

Karena itu, lawan Sukra semakin marah dengan Sukra yang kini lebih banyak menghindar. Meskipun ia mengalirkan serangan seperti banjir, tetapi Sukra sangat lincah berkelit, menghindar dan sekali-kali menjauhinya. Namun Sukra sesekali melepaskan serangan saat ia melihat lubang pada pertahanan lawannya. Bahkan tak jarang Sukra membenturkan kekuatannya dan keputusan Sukra semacam ini telah menjadikan tenaga lawannya mulai terkuras. Tubuh keduanya telah basah oleh darah, ujung-ujung senjata telah merobek kulit di sekujur tubuh mereka berdua.

Sukra pada dasarnya adalah pemberani. Apalagi sejak ia belajar dasar-dasar olah kanuragan pada Glagah Putih, maka keberanian makin menancap lebih dalam di jantungnya. Sehingga ketika Sukra melihat lawannya mulai mengendor, Sukra merubah tata geraknya. Ia kemudian bertempur dengan garang dan keras. Yang terjadi kemudian adalah keduanya jarang menghindari setiap serangan lawannya. Keduanya selalu membenturkan kekuatan, tak jarang justru Sukra dengan sengaja membenturkan tenaga meskipun lawannya mencoba untuk berkelit.

Wedaran Terkait

Agung Sedayu Terperdaya 9

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 8

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 7

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 6

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 5

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 40

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.