Bab 7 - Bara di Bukit Menoreh

Bara di Bukit Menoreh 37 – Hukuman Mati yang Mengguncang Nalar Agung Sedayu

Ki Sangayudan cerdik mengambil nama Pangeran Selarong, bukan Pangeran Purbaya. Dia paham bila menyebut nama Pangeran Purbaya bersanding dengan Ki Patih, maka Agung Sedayu pasti merasa tidak nyaman. Namun penyebutan Pangeran Selarong akan membuat pemimpin pasukan khusus itu akan tenang dalam menjatuhkan perintah baginya. Perbedaan pendapat antara Ki Patih Mandaraka dengan Pangeran Purbaya sudah tersiar luas di kalangan pemimpin prajurit. Setiap lurah sampai panji pun tahu bahwa Agung Sedayu adalah orang yang setia pada Ki Patih Mandaraka. Bahkan muncul semacam anggapan bahwa hanya Ki Patih seorang yang dapat memerintahkan Agung Sedayu melakukan tugas khusus, bukan raja Mataram. Meski demikian, Raden Mas Rangsang serta adik-adiknya dan juga keluarga raja menganggap itu sebagai gurauan belaka. Segenap keluarga raja bercermin pada sikap Panembahan Hanykrawati yang lurus terhadap Ki Patih Mandaraka maupun Agung Sedayu.

Dengan alasan yang tidak diutarakannya pada Ki Sangayudan, Agung Sedayu berkata, “Ki Lurah dapat segera menemui Pangeran Purbaya. Meski hari masih gelap, tapi beliau terbuka jika Ki Lurah benar membawa berita dari Sangkal Putung.”

“Saya, Ki Rangga.”

“Baiklah, kita berpisah sekarang,” ucap Agung Sedayu sambil menghentak kuda pada arah Sangkal Putung. Dua pengunggang lainnya segera mengikuti dari jarak yang cukup dekat.

Ki Sangayudan tidak punya pilihan lain. Meski ada kecenderungan untuk menghadap Pangeran Purbaya di Kraton terlebih dulu, tapi dia telah menyatakan untuk mematuhi saran Agung Sedayu. Sambil berusaha menegarkan hati dan memantapkan perasaan, bawahan Ki Tumenggung Untara itu pun mengarahkan perhatiannya pada Kepatihan.

Yang terhormat para penggemar kisah silat.

Padepokan Witasem kerap melakukan kegiatan sedekah pada hari Jumat. Untuk itu, kami sering menggalang dana dan berharap dukungan Panjenengan untuk kegiatan tersebut. Donasi bisa dikirimkan ke rekening BCA 8220522297 atau BRI 3135 0102 1624530 atas nama Roni Dwi Risdianto atau dengan membeli karya yang sudah selesai. Konfirmasi tangkapan layar pengiriman sumbangan dapat dikirim melalui

“Pertama, sebagian wilayah Sangkal Putung sudah dikuasai penuh oleh Ki Garu Wesi. Kedua, persiapan Raden Atmandaru di sekitar Menoreh atau Gunung Kendil. Ketiga, kerusuhan terakhir di Sangkal Putung,” jawab Agung Sedayu.

“Adakah sesuatu yang enggan kau katakan karena alasan tertentu?” tanya Ki Patih setelah merenung sejenak.

Agung Sedayu tidak ingin mengatakan sesuatu yang berakibat muncul dugaan buruk dalam pikiran Ki Patih Mandaraka. Dia saat itu seperti membutuhkan waktu tambahan sebelum menjawab. “Pandan Wangi ingin menarik perhatian penuh dari kotaraja, dalam hal ini adalah Kraton,” kata Agung Sedayu.

Kisah Terkait

Bara di Bukit Menoreh 60 – Cambuk Agung Sedayu Belum Berhenti Berdentum

kibanjarasman

Bara di Bukit Menoreh 64 – Jebakan Gelar Perang Agung Sedayu

kibanjarasman

Bara di Bukit Menoreh 20 – Kemesraan, Janganlah Kau Cepat Berlalu

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.