Para peronda yang tumbang dan Sarja yang terlentang menjadi batas kemampuan mereka. Bahwa lawan mereka, Ki Garu Wesi, benar-benar berada di luar jangkauan kepandaian mereka,...
“Cukup!” Gelegar suara Ki Garu Wesi memukul tulang dada peronda. Meski terkejut, bahkan langkah Sabungsari sempat terhenti, ia menduga bahwa lawannya akan mengeluarkan tandang lebih...
Yang kemudian dilakukan Sabungsari adalah memberi tanda kepada pasukannya untuk menyerang Ki Garu Wesi. Ia sudah tidak melihat kemungkinan selain bertempur. Melepaskan diri dari cengkeram...
Ki Garu Wesi tidak menunjukkan perubahan pada air muka tetapi ia mengakui yang tergelar di depanya adalah bentuk baru dari gelar-gelar perang yang diketahuinya. Ia...
Sarja memandang kepadanya dengan marah.Ia telah melihat kedahsyatan ilmu Ki Garu Wesi, tetapi nada Ki Garu Wesi ketika menyebut nama-nama orang yang dihormatinya telah mengurai...
Sejenak kemudian sunyi mendatangi mereka. Dua jalur tidak dapat dilewati, sementara mereka terlalu mudah untuk dijangkau oleh orang-orang Raden Atmandaru. Sabungsari termangu. Diedarkannya pandangan mata...
Mereka pun berpisah. Kedua orang itu, masing-masing, tengah memecah pikiran di tengah derap langkah menuju pencarian kitab Kiai Gringsing. Bila Agung Sedayu sibuk mengurai kalut...
Agung Sedayu tidak menanggapinya. Ia tidak mempunyai pendapat tentang ucapan Ki Tunggul Pitu. Pilihan yang dihadapinya dan keputusan yang telah dibuatnya, sungguh, menjadikan Agung Sedayu...
“Berteman,” gumam Agung Sedayu. Sebagai seorang teman, renungnya. Tentu saja ada kepentingan yang menempel padanya. Ia tidak mungkin menghendaki Swandaru. Apa yang ia harapkan dari...
“Benar,” kata Ki Tunggul Pitu, “engkau benar bahwa segala hal esok hari akan menjadi bagian masa lalu, meskipun belum kita kerjakan namun masa lalu adalah...
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.