Padepokan Witasem
Umum dan Sejarah

Keringat Ken Arok Tak Berbau Ikan Pindang

sumber gambar ; www.ennysrentcar.com

Sosok Ken Arok ini memang tak tertulis dalam sejarah tentang kisah cintanya dengan Ken Dedes. Apa yang kita tahu tentang romantika cinta Ken Arok dan Ken Dedes pun hanya sebatas keterangan dari kitab Pararaton. Dan memang sebaiknya kita tidak menduga-duga tentang cinta diantara keduanya. Apakah termasuk cinta monyet atau cinta kepentingan alias konspirasi. Lho memang ada cinta kepentingan? Hahaha..meneketehe lah bray..

Sejarah tak menulis tentang kisah cinta Ken Arok dengan Ken Dedes. Sejarah memberikan keterangan yang tidak sepenuhnya utuh kalau Ken Arok itu mirip kucing garong. Berikut kekucingan Ken Arok, kata sejarah :
1. Membunuh pembuat keris yaitu Mpu Gandring
2. Membunuh camat Tumapel, Tunggul Ametung.
Masih menurut sejarah, konon Ken Arok menikahinya karena melihat sesuatu dalam diri Ken Dedes.

Benarkah itu semua?

Seluruh isi tulisan ini berdiri di atas sebuah kemungkinan. Sebuah tulisan yang mencoba mengkaji dari sisi wacana kepentingan. Hanya sebuah pendapat yang bisa saja salah sepenuhnya.

loading...

Karena penasaran dengan watak Ken Arok yang mirip kucing garong, kok jadi penasaran melihat tragedi berdarah Tumapel ini dari sudut yang berbeda. Kita tinggalkan dulu informasi dari Serat Pararaton yang banyak dipenuhi dengan kisah yang susah diterima akal sehat oleh orang jaman sekarang. Kitab Pararaton menjelaskan jika Ken Arok adalah titisan dewa dan tentu kita di jaman sekarang ini sulit menerima penjelasan itu.

Sudutnya itu begini, Ken Arok terlepas seandainya dari kasta Sudra, yang pasti adalah dia hidup di lingkungan kediaman atau kantor Tunggul Ametung. Ken Arok mungkin awalnya tidak berambisi menjadi orang nomor satu di Tumapel namun ketika dia mengetahui Kebo Ijo bermain dua kaki maka nalurinya pun bergerak. Ini bukan memancing ikan di kolam keruh ya, tetapi dia mengetahui jika Kebo Ijo akan terlibat dalam penumpasan Tumapel oleh Kerajaan Kediri. Raja Kediri saat itu, Kertajaya, memaksa para brahmana untuk mengakui bahwa dia (Kertajaya) adalah tuhan. Nah, tentu dan pasti jika ada penolakan dari para bhramana. Kemudian para bramana secara otomatis pasti mencari perlindungan. (Toh Kuning – Sang Penyelamat mengambil masa sejarah ini, akhir pemerintahan Kertajaya)

Tunggul Ametung mungkin merupakan tokoh yang dianggap mampu memberi rasa aman serta perlindungan bagi brahmana. Lantas, gayungpun bersambut. Tunggul Ametung pun mulai merasa tak nyaman di bawah tekanan Kertajaya. Kebo Ijo melihat satu kesempatan untuk menjadi orang nomor satu di Tumapel atau mungkin juga Kebo Ijo lebih loyal pada raja Kediri.

Ringkasnya, Kebo Ijo melihat bahaya jika Tumapel melepaskan diri dari Kediri. Menurut saya, Kebo Ijo ini tak ubahnya seperti Kumbakarna yang berpendirian salah benar seorang pimpinan/raja, negaralah yang harus dibela. Sebagai orang yang dipercaya Tunggul Ametung, tentu Kebo Ijo paham betul mengenai kelebihan dan kelemahan sang akuwu ini. Lantas dipesanlah sebuah keris pada Empu Gandring. Dalam rencana Kebo Ijo itu tidak boleh ada saksi mata. Maka pembunuhan Empu Gandring adalah sebuah langkah yang harus dilakukan untuk melenyapkan saksi mata.

candi-kidal

Ken Arok, pastilah akan menyelamatkan Tunggul Ametung bila dirasakan bahaya mengancam. Hanya saja sejarah menuliskan jika Ken Arok adalah pelaku pembunuhan itu. Benarkah?

Saya hanya berpendapat bahwa Ken Arok mendapatkan bukti bahwa Tunggul Ametung dibunuh oleh Kebo Ijo. Kemudian Ken Arok menghukum mati Kebo Ijo dengan keris Empu Gandring. Ken Arok mendapatkan pengakuan dari rakyat Tumapel dan dukungan brahmana. Sejarah tidak menuliskan ada pemberontakan atau penolakan dari rakyat, pejabat dan brahmana terhadap kekuasaan Ken Arok. Dan bisa saja saat itu rakyat dan brahmana mendukung Ken Arok untuk lepas dari kekuasaan Kediri karena tekanan Kertajaya terhadap para brahmana di Kediri. Mereka melihat jika Tumapel dipimpin oleh Kebo Ijo maka yang terjadi adalah Tumapel tak pernah menjadi wilayah merdeka.

Sekali lagi, tulisan ini hanya sekedar pendapat pribadi yang bisa saja salah total dan tidak dapat dibuktikan. Dari kisah Ken Arok ini pula ada sebuah pesan moral yang ingin saya sampaikan ;

Dalam kehidupan politik, ideologi adalah benda paling berharga dan ideologi lebih sering ditukar dengan kepentingan. Dalam berpolitik, jangan pernah mempercayakan segalanya kepada seseorang karena orang yang paling kita percaya selalu berpotensi untuk berkhianat. Kita sebaiknya tidak tertipu dengan tampilan luar seseorang yang bisa saja terlihat lemah lembut dan bermoral mulia. Karena siapa tahu jika dia adalah seekor serigala berbulu domba. Selalu dengarkanlah hati nurani.

Salam hangat

Telah dipublikasikan https://seword.com/politik/keringat-ken-arok-tak-berbau-ikan-pindang/

©roni risdianto

Wedaran Terkait

Taman Sriwedari dalam Cerita Wayang

kibanjarasman

Sunan Muria dan Sumbangsihnya dalam Budaya

kibanjarasman

Sekilas Keris yang Kita Kenal

kibanjarasman

Rahwana Pun Memuliakan Wanita

admin

Pandangan Negatif pada Kelompok Miskin Tidak Hanya Salah, Namun …

kibanjarasman

Klepon Tak Pernah Berdusta

admin

2 comments

Sabun Mandi untuk Panu Ken Dedes | 25/03/2017 at 19:28

[…] sama saja dengan meminta hukuman mati dari Tunggul Ametung. Dan seperti yang saya tulis di bagian Keringat Ken Arok Tak Berbau Ikan Pindang akhirnya terjadi kompromi politik. Lalu karena Ken Arok mampu menempatkan diri dan memahami […]

Reply
Sabun Mandi Untuk Panu Ken Dedes – Republik Wit Asem 10/04/2017 at 15:26

[…] sama saja dengan meminta hukuman mati dari Tunggul Ametung. Dan seperti yang saya tulis di bagian Keringat Ken Arok Tak Berbau Ikan Pindang akhirnya terjadi kompromi politik. Lalu karena Ken Arok mampu menempatkan diri dan memahami […]

Reply

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.