Sorak sorai gembira para prajurit segera memenuhi angkasa. Mereka merasa bahagia dengan pengangkatan Gubah Baleman menjadi tumenggung. Pengangkatan itu membawa akibat yang baik karena pasukan khusus akan berkembang dan maju selangkah.
Ki Tumenggung Gubah Baleman mengangkat kedua tangannya dan suasana riuh itu pun menyusut. Ia melanjutkan, ”Sri Baginda sengaja tidak mengundangku ke istana untuk menerima wisuda karena perkembangan yang berhubungan dengan Tumapel semakin tidak menentu. Melalui tulisan ini, Sri Baginda memberiku perintah untuk bersiap menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan.”
Wajah tegang terlihat jelas pada prajurit Kediri di barak Selakurung. Gubah Baleman kemudian menjelaskan langkah-langkah yang akan diambil untuk menghadapi perkembangan yang terjadi secara mendadak. Lalu ia memerintahkan para perwira agar berkumpul dalam biliknya untuk menyusun rencana.
Raut muka tegang para perwira pasukan khusus menggambarkan keadaan gawat yang sedang berkembang. Mereka saling bertukar pikiran, mengajukan alasan-alasan untuk sebuah siasat yang tepat dan seringkali Gubah Baleman menengahi mereka ketika suasana menjadi panas. Pertemuan itu menjadi genting tatkala keputusan telah dijatuhkan Ki Tumenggung Gubah Baleman.
“Toh Kuning dan pasukannya tetap berada di barak. Mereka tidak mendapat izin untuk melakukan pertempuran di desa Ganter. Mereka mempunyai kewajiban yang lebih penting dari sekedar memenangkan pertempuran melawan Tumapel,” tegas Gubah Baleman.
Seketika suasana menjadi ribut. Sejumlah perwira mengajukan keberatan dengan alasan-alasan yang dapat dinalar.
“Kita tidak mungkin membiarkan Sri Baginda untuk turun di medan perang. Sementara ketinggian ilmu Ken Arok telah sama-sama kita saksikan dan dalam hati kita tentu sepakat bahwa hanya Toh Kuning yang sanggup menghadangnya,” Ki Lurah Trowani berkata lantang.
“Betul yang diucapkan oleh Ki Trowani. Ki Tumenggung Mahesa Wunelang akan mengawasi medan secara keseluruhan. Ia bertanggung jawab atas siasat yang dijalankan di setiap sayap. Saya pikir Toh Kuning akan menebar ketakutan tersendiri bagi kubu Ken Arok. Kekuatan besar yang dimiliki oleh pasukannya akan membuat gentar hati lawan,” seorang pewira lainnya menimpali.
“Justru itulah tujuan Toh Kuning tetap berada di barak. Ia adalah senjata simpanan. Kita tidak tahu pasti. Apakah Ken Arok akan datang sebagai panglima tertinggi atau ia akan menyusup masuk kotaraja dan mengambil alih Kediri tanpa perlawanan?” bantah perwira yang bertubuh ramping.
Perdebatan itu semakin seru dan menjadi panas saat Ki Trowani beradu muka dengan seorang perwira yang berbeda pendapat dengannya.
Lalu, ”Diamlah kalian! Dengarkan kata-kataku,” perintah Ki Tumenggung Gubah Baleman.
Ia berjalan di antara meja para perwira. Pamor yang keluar darinya yang belum terlihat digerogoti usia memancarkan kegagahan dan kebijaksanaan layaknya seorang resi. Dengan tegas ia berbicara, ”Toh Kuning akan berada di dalam barak dan akan dibantu satuan dari pasukan Loh Kuningan.” Gubah Baleman berpaling pada Toh Kuning lalu bertanya dengan paras wajah tegang, ”Apa katamu?”
Toh Kuning menggelengkan kepala sambil lurus memandang Gubah Baleman. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan berkata, ” Saya menerima keputusan Ki Tumenggung.”
Toh Kuning yang berdiri tegak lalu mengedarkan pandangan pada para perwira yang menatap tajam kepadanya. Toh Kuning lalu meneruskan kata-katanya, ”Mungkin Ken Arok akan turun di medan perang. Dan mungkin juga ia tidak akan pergi ke sana. Kemungkinan terburuk adalah Tumapel mengirim satu pasukan yang dipimpin Ken Arok sendiri dengan tugas khusus yaitu melumpuhkan kotaraja.”
“Aku mempunyai keyakinan kau akan dapat membawa keluar Sri Baginda jika Tumapel pada akhirnya mampu melumpuhkan kotaraja. Saat ini tidak ada orang yang dapat menandingi ketinggian ilmu Ken Arok,” kata Gubah Baleman meyakinkan. “Mungkin nama Ki Tumenggung Mahesa Wunelang akan melintas di benak kalian sebagai orang yang dapat membendung gerak Ken Arok. Tetapi apakah kalian pernah melihat Ki Tumenggung bertempur seperti yang kalian dengar tentang Toh Kuning? Aku tidak menyangsikan kehebatan beliau tetapi tidak mungkin beliau dapat berada di dua tempat yang berbeda!
“Ki Arumpaka adalah satu-satunya orang yang diyakini dapat mengimbangi Ken Arok. Dan ia telah mendatangkan bahaya bila saja kita tidak dini mengetahuinya. Di sini, maksudku adalah kita akan membawa nasib buruk bagi Kediri jika semua orang datang memasuki desa Ganter. Ken Arok adalah orang berbahaya. Ia sangat teliti dan cermat dalam menyusun rencana. Apakah kita akan berharap bahwa Ken Arok tidak akan menyusup ke kotaraja?”
Ki Tumenggung Gubah Baleman menggugah kesadaran para perwira bawahannya.