Padepokan Witasem
KBA

Satu Kata Saja

Aku berselisih dengannya. Kami adalah dua muka yang bertolak belakang. Ia berjalan ke barat, aku ke timur. Manakala ia menuju utara, aku mengikutinya lalu memukul tulang punggungnya. Aku lakukan itu karena ia bukan bayanganku. Aku pun bukan bagian dirinya.
Kadang kala sewaktu aku pergi ke selatan, ia menjulurkan ujung belati. Menembus tulang dadaku. Ia melihat itu dengan mata yang enggan terbuka. Aku marah dan memakinya.
Ia tersenyum. “Sebangsat hewan tiada pernah mengucap itu pada induknya.”
Ia adalah inang lalu aku bersuara.
“Bangsat!”

Wedaran Terkait

Wong Edan

admin

Terbit ; Novel Penaklukan Panarukan

kibanjarasman

Tanpa Tudung

admin

Rengkuh Ombak Panarukan

admin

Rahwana dan Wanita

kibanjarasman

Puisi : Ruas Malam

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.