Pada saat Ki Kebo Aran enggan melakukan perubahan pakem, Agung Sedayu justru lebih terbuka. Kadang-kadang dia menjauh lalu memutari lawan dengan gerakan kilat, kemudian merangsek maju dengan tata gerak yang dikembangkan menjadi lebih rumit. Agung Sedayu tak segan menggunakan dua lututnya sebagai pemecah pertahanan lawan. Unsur dasar tata gerak dengan sandaran jalur ilmu Ki Sadewa cukup sederhana. Tapi ketika seseorang mampu menguasai dengan nyaris sempurna, maka kembangan itu nyaris tidak tampak sepeti berasal dari akar yang sama. Maka tak heran, sekali lagi, Ki Kebo Aran makin kuat menduga bahwa musuhnya mulai merambah bagian sulit pada tingkat tinggi yang terpahat pada lembaran kitab Kyai Gringsing.
Baik Agung Sedayu maupun Ki Kebo Aran sekalipun tidak pernah tampak mengelak! Mereka saling berbalas serangan. Bila Agung Sedayu melompat jauh, itu bukan bertujuan mengelak serangan lawannya. Tapi senapati Mataram itu sedang memadukan antara kecepatan gerak dengan hunjaman tenaga cadangan yang disalurkan pada sepasang kaki untuk memperkuat kuda-kuda. Sejauh ini, Agung Sedayu yang bertangan kosong sepertinya berhasil melapisi tubuhnya dengan ilmu kebal yang mampu menolak tikaman maupun sabetan lawannya.
Pemesanan dapat menghubungi klik admin blog
Ketika Agung Sedayu meningkatkan lagi kecepatannya, dia berhasil merobek gulungan tebal akibat putaran lengan Ki Kebo Aran yang luar biasa. Kebuntuan pun pecah! Serangan Agung Sedayu dari salah satu lututnya sanggup menerobos lapis tebal benteng lawan, menggaprak pangkal lengan Ki Kebo Aran. Ketelatenan Agung Sedayu tampaknya membuahkan hasil tapi tak patut baginya berpuas diri setelah menjebol benteng lawan.
Ki Kebo Aran cepat membenahi kedudukan sambil menyalurkan hawa murni dari pusar ke bagian yang terhantam. Sakit tapi hanya sekejap saja! Raut wajah Ki Kebo Aran sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan. Dia masih tenang. Itu karena sejak awal dia tidak menganggap Agung Sedayu adalah lawan ringan. Kesungguhan itu pula yang mendorongnya kembali pada kesadaran diri bahwa menerima pukulan bukan tanda besar untuk suatu kekalahan.
Tiba-tiba dengan gerakan secepat kilat membelah angkasa, Ki Kebo Aran melompat surut, lalu menggebrak Agung Sedayu dari samping!
Dahsyat! Pergerakan itu mengejutkan Agung Sedayu karena lompatan yang cukup pendek lalu mengambil dua langkah ke samping sebelum menyerangnya! Meski tersentak tapi murid Kyai Gringsing itu tidak menghindar. Agung Sedayu justru menyambut serangan dengan pertahanan yang sangat rapat.
Benturan hebat kembali terjadi!
Ki Kebo Aran mengerahkan segenap ilmu dan tenaga cadangan. Boleh jadi dia sudah mencapai puncak ilmunya, demikian pula Agung Sedayu yang akhirnya mengubah juga rencananya. Semula, senapati mataram itu tidak ingin ada korban terbunuh dalam perkelahiannya. “Bagaimanapun, aku perlu mengetahui alasan orang ini bergabung dengan pemberontak,” ucap Agung Sedayu dalam hati sebelum pertarungan dimulai.
Akibat benturan itu yang terjadi kemudian bukanlah ledakan atau hamburan tanah yang terkuak, tapi perkelahian jarak dekat dengan pergeseran tempat dengan cara yang tidak biasa. Tangan mereka berdua sudah tidak tampak sebagaimana wajarnya, melainkan putaran cahaya dengan balut warna yang sesuai dengan kain yang mereka kenakan. yang hebat sekali. Udara terus menerus berhembus dan semakin kencang setiap kali mereka membenturkan tenaga. Belum ada satu pun dari mereka yang tampak terhuyung atau terdorong surut. Bila terjadi semacam itu, maka sebenarnya mereka sama-sama tersapu gelombang tenaga dengan kekuatan seperti air pasang.
Dari sisi Ki Kebo Aran, Agung Sedayu adalah lawan yang selalu mampu lolos dari tekanan dengan cara yang luar biasa. Keadaan yang sangat jarang dijumpainya sepanjang hidup mengarungi dunia kanuragan. Selain itu, kemampuan yang keluar dari mata Agung Sedayu sudah didengarnya pula. Maka salah satu alasan dia tidak mengubah cara bertempur adalah kemampuan menggiriskan yang tersimpan dalam diri musuhnya itu. Meski tidak mempunyai ilmu kebal seperti Agung Sedayu, pertahanan Ki Kebo Aran terlapisi hawa tenaga cadangan yang sangat tebal. Sebatang panah dapat berbelok arah saat berjarak kurang dari sejengkal.

Pemesanan bisa dari aplikasi Blibli . Gambar di aplikasi berbeda dengan gambar blog.
Dengan kemampuan luar biasa seperti itu, maka tak heran sepanjang waktu pertarungan, murid utama Perguruan Orang Bercambuk itu tidak mendapatkan kesempatan untuk melepaskan ilmu pamungkasnya. Kemampuan ilmu Agung Sedayu yang memancar dari sorot mata benar-benar terhalang. Dalam kesempatan itu, Ki Kebo Aran mampu memaksa pertarungan jarak dekat dengan gerak kaki yang tidak wajar serta tenaga cadangan yang sangat hebat. Hingga kemudian Agung Sedayu beralih secara utuh pada jalur ilmu Ki Sadewa.
Satu keberuntungan yang didapatkan Agung Sedayu adalah pembicaraan empat mata dengan Nyi Banyak Patra ketika berada di luar lingkungan Kepatihan. Dalam waktu singkat, Nyi Banyak Patra memberi sedikit petunjuk untuk menggeser kekuatan itu ke bagian lain yang diperlukan. Oleh karena Agung Sedayu berwawasan luas dan sering menganggap dirinya sebagai ruang kosong, maka petunjuk itu adalah secangkir air yang cepat mengisi kekosongan itu.
Mungkin waktu yang dibutuhkan Agung Sedayu memang tidak lama. Sesaat kemudian, Ki Kebo Aran dapat merasakan lonjakan hebat tenaga cadangan lawannya. Tenaga berkekuatan sangat besar seperti sedang menghimpitnya dari segala penjuru hingga dadanya terasa sesak.
Mengetahui lawannya mengalami sedikit penurunan yang membuat dunia terasa sempit, Agung Sedayu semakin kuat menggedor Ki Kebo Aran dengan serangan yang mengalir lebih cepat dari air terjun. Hanya saja, kali ini, dia tidak memusatkan sasaran pada bagian atas tubuh Ki Kebo Aran. Agung Sedayu menempuh cara yang tidak biasa dengan sedikit bergulingan lalu menyambar kaki lawannya.
Seketika Ki Kebo Aran melompat surut dengan perasaan terkejut luar biasa.
Agung Sedayu tidak berhenti. Percobaan kedua dilakukan, kali ini, sepasang kakinya yang berada di atas tiba-tiba membuat putaran mengarah kepala lawan dengan sapuan tajam!
Ki Kebo Aran masih dapat mengelak dengan memiringkan tubuh ke belakang tapi tumit Agung Sedayu mendarat sangat keras di atas dadanya. Dia terdorong tenaga cadangan Agung Sedayu yang sangat kuat menghantam hingga serasa meremukkan seisi dada. Seketika jantung Ki Kebo Aran berhenti berdetak.
Yang terhormat Pembaca Setia Blog Padepokan Witasem.
Kami mengajak Panjenengan utk menjadi pelanggan yang lebih dulu dapat membaca wedaran Kitab Kyai Gringsing serta kisah silat lainnya dari Padepokan Witasem. Untuk mendapatkan kelebihan itu, Panjenengan akan mendapatkan bonus tambahan ;
Langit hitam Majapahit dan Bara di Borobudur Jilid 1 (PDF). Caranya? Berkenan secara sukarela memberi kontribusi dengan nilai minimal Rp 25 rb/bulan melalui transfer ke BCA 822 05 22297 atau BRI 31350 102162 4530 atas nama Roni Dwi Risdianto. Konfirmasi transfer mohon dikirimkan ke WA 081357609831
Demikian pemberitahuan. Terima kasih.
Ki Garu Wesi dan Ki Sonokeling hampir bersamaan menarik napas panjang. Sejak awal keterlibatan Ki Kebo Aran, mereka berdua tidak menaruh harapan besar bahwa orang itu dapat keluar sebagai pemenang. Sewaktu Ki Kebo Aran tumbang, mereka sudah menduga kekalahan itu hanya masalah waktu. Sejenak kemudian, pemimpin gerombolan yang mendapat kepercayaan penuh dari Raden Atmandaru itu memandang Watu Sumping secara keseluruhan. Di beberapa tempat, dia menilai segalanya masih dalam keadaan seimbang.
“Kematian Ki Kebo Aran ternyata belum atau tidak memengaruhi peperangan’” kata Ki Garu Wesi.
“Orang-orang tidak mengenalnya. Mereka pun baru melihat orang itu di medan perang. Jadi, aku kira itulah yang menjadi satu-satunya alasan semangat mereka masih terjaga,” sahut Ki Sonokeling. “Orang itu adalah tamu Kyai. Dia datang dengan tujuan. Apakah Kyai tidak ingin melakukan sesuatu untuknya?”
Ki Garu Wesi menarik napas tapi dia tidak mengatakan sesuatu. Hanya sorot mata saja yang mungkin dapat menggambarkan yang sedang dipikirkan olehnya.
Tumbangnya Ki Kebo Aran seolah mengundang pasukan Ki Garu Wesi yang mengitari gelanggang tempur Agung Sedayu berhamburan menyerbu senapati pasukan khusus itu.

