Padepokan Witasem
Api di Bukit Menoreh, Agung Sedayu, Kiai Gringsing, cerita silat
Bab 1 Agung Sedayu Terperdaya

Agung Sedayu Terperdaya 20

“Kebakaran itu benar terjadi, Ki Rangga,” sambung pengawal. ”Saat ini Sukra berada di pasar dan pengawal yang lain telah melaporkan kejadian ini pada Ki Gede.”

Agung Sedayu berpaling pada arah pasar pedukuhan induk. Dan memang benarlah berita yang disampaikan oleh pengawal pedukuhan.

“Pergilah ke barak! Katakan pada Ki Lurah Sanggabaya untuk menyiagakan pasukan,” perintah Agung Sedayu kemudian, ”ambillah salah satu kuda di belakang.” Usai berkata demikian, Agung Sedayu berlari kecil melewati pintu seketeng dan mengabarkan berita gawat itu pada Sekar Mirah dan Ki Jayaraga. Sekar Mirah lantas bergegas menuju banjar pedukuhan induk. Ia mempunyai tanggung jawab besar untuk mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang yang akan mengungsi untuk sementara waktu.

Sementara itu Ki Jayaraga berkata dengan sungguh-sungguh, ”Perbuatan mereka sangat membahayakan keselamatan setiap orang yang berada di Tanah Perdikan. Kita tidak dapat gegabah mengambil keputusan, Ngger. Boleh jadi kau akan berusaha menyelamatkan kitab warisan gurumu, namun kau tidak dapat mengabaikan bahaya yang mengancam Tanah Perdikan.“

loading...

Agung Sedayu menundukkan wajah kemudian dari bibirnya terdengar ia berkata, ”Kitab itu berada di Sangkal Putung. Namun saya merasa wajib untuk membuat kesan apabila kitab itu berada di rumah ini.” Ia menatap langsung sorot mata Ki Jayaraga yang berdiri di depannya dan seolah-olah Agung Sedayu sedang menghadapi gurunya sendiri, Kiai Gringsing. Lalu katanya, ”Saya kira dengan berbuat seperti itu maka keberadaan kitab akan tetap aman karena dalam pengawasan Adi Swandaru. Namun saya juga merasa bersalah karena orang-orang Menoreh kembali tertimpa musibah yang tidak seharusnya mereka tanggung.” Sorot mata Agung Sedayu sayu ketika ia menengok arah kebakaran.

“Tidak!” sahut Ki Jayaraga. ”Kau tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri. Meskipun segala sesuatu selalu mempunyai hubungan erat dengan pilihan yang pernah kau buat, namun semua akan baik-baik saja apabila Ki Garu Wesi tidak bersikap seenaknya.”

Setelah menarik nafas panjang, Agung Sedayu berkata, ”Baiklah, saya akan berkeliling memantau keamanan. Dan saya minta Kiai tetap berada dalam lingkungan sekitar rumah.”

“Aku setuju,” Ki Jayaraga mengangguk.

Sekejap kemudian Agung Sedayu telah berada diatas punggung kuda. Dengan disertai dua orang pengawal pedukuhan, ia menuju rumah Ki Gede Menoreh untuk memberitahukan rencananya. Bahkan Ki Gede menyerahkan tombak pendek dan segel sebagai Kepala Tanah Perdikan kepada Agung Sedayu. Maka dengan begitu, kekuasaan tertinggi untuk memulihkan keamanan dan segala hal yang terkait dengan ketertiban berada di tangan Agung Sedayu.

Setelah berada di dekat pasar pedukuhan induk, suara Agung Sedayu memecah ketegangan dan menghentak keberanian.

Ia berkata, ”Menyerahlah! Aku di sini sebagai wakil Ki Gede. Dan aku juga seorang senapati Mataram. Orang-orang Menoreh dapat bertempur di belakangku dan kalian dapat meletakkan senjata lalu kami mengampuni kalian semua.”

“Kau bukan Kepala Tanah Perdikan!” sahut seorang penjarah ketika Agung Sedayu memerintahkannya untuk menyerah.

“Ki Gede telah menunjukku sebagai pemimpin tertinggi. Jika kau keberatan dengan keputusannya, temuilah Ki Gede!” Seruan lantang Agung Sedayu disambut gemuruh orang-orang Menoreh. Mereka merasa lega setelah salah seorang yang disegani telah berada di tengah-tengah mereka dengan tanda kekuasaan dari Ki Gede,

“Maka aku harus membunuhmu!” teriak seorang pimpinan kelompok Ki Garu Wesi.

Namun malang baginya dan orang-orang yang tergabung dalam kelompoknya. Mereka harus melawan Agung Sedayu dan orang-orang Menoreh yang menjadi kuat seolah-olah mereka mendapatkan tenaga baru yang berlipat ganda.

Demikianlah kemudian Agung Sedayu sekali-kali turut mendesak kerumunan orang-orang yang melakukan penjarahan. Kehadiran Agung Sedayu di banyak tempat telah memberi rasa aman pada orang-orang Menoreh. Terlebih setelah ia membantu beberapa lelaki meringkus dua kelompok penjarah, maka gelora rakyat Menoreh untuk mempertahankan diri dan hartanya menjadi semakin kuat.

Wedaran Terkait

Agung Sedayu Terperdaya 9

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 8

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 7

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 6

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 5

kibanjarasman

Agung Sedayu Terperdaya 40

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.