Pagi-pagi sekali Agung Sedayu telah berada di bilik khususnya di barak pasukan. Telah hadir tiga lurah prajurit yang siap memberi laporan padanya. Ki Rangga Agung Sedayu mengangguk-angguk ketika mendengar laporan tiga lurah prajurit termasuk lurah khusus yang membawahi petugas sandi.
Pemimpin prajurit sandi itu berkata, “Mereka telah berada di tempat itu sekitar tiga hari yang lalu. Saya akan melaporkan tentang itu tetapi Ki Rangga tidak berada di barak. Dan saya telah menghitung jika dari segi keseimbangan kekuatan perang, jumlah orang dan dukungan persediaan agaknya orang-orang itu tidak bersiap untuk waktu yang lama. Jadi kemungkinan yang terjadi adalah mereka akan menjarah tempat-tempat persediaan makanan milik orang Menoreh. Untuk itu kita harus membicarakan jalan keluarnya bersama Ki Gede.”
Di Tanah Perdikan Menoreh, kehidupan memang terasa lebih tenang dan setiap orang merasa bahagia menjalani hari. Semakin hari semakin jarang terdengar kejahatan dan pertengkaran yang biasanya disebabkan oleh pembagian air yang dirasakan tidak merata. Setiap orang Tanah Perdikan mengisi hari dengan pekerjaan yang baik-baik dan penuh semangat. Mereka ingin mengejar bagian-bagian yang mereka anggap tertinggal dari daerah sekitar mereka.
Pembicaran terus berlanjut seusai Sekar Mirah dan dua wanita lainnya membereskan peralatan makan. Hingga kemudian satu per satu bebahu minta diri untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda pada hari itu.
Seluruh bacaan di blog Padepokan Witasem dapat dibaca bebas biaya atau gratis. Kami hargai dukungan Anda atas jerih payah kami. Donasi dapat disalurkan melalui rekening BCA 8220522297 atau BRI 3135 0102 1624530 atas nama Roni Dwi Risdianto atau dengan membeli karya yang sudah selesai. Konfirmasi tangkapan layar pengiriman sumbangan dapat dikirim melalui Hanya WA
Terima kasih.