Bab 7 - Bara di Bukit Menoreh

Bara di Bukit Menoreh 76 – Putaran Tongkat Baja Sekar Mirah!

Sekar Mirah telah membuat keputusan penting!

Sekar Mirah telah memilih tempat untuk mempertahankan kehormatan suami dan harga diri kademangan, serta keselamatan putrinya. Bila berkelahi di sekitar bangunan, maka peluang lawan untuk berhasil menjadi lebih besar. Mereka tentu telah berlatih untuk pertempuran dalam ruang sempit. Lagipula, itu buruk bagi bayinya yang mungkin akan mengalami sesak napas dan udara yang pasti meningkat panas. Maka pertarungan di tempat terbuka menjadi satu-satunya jalan karena Sekar Mirah mempunyai pengalaman cukup menghadapi gelar-gelar perang, terutama dalam jumlah kecil!

Sekar Mirah, murid tunggal Ki Sumangkar, tampak begitu percaya diri menuruni undak-undakan. Tanpa gentar meski dengan bayi dalam pondongan, dia  menyambut serangan orang-orang yang kesetanan!

Tidak ada guna untuk menjajagi terlebih dulu karena segalanya mempunyai arti sangat penting.

Pada gebrakan awal, Sekar Mirah jujur mengakui bahwa kemampuan kelompok penyerangnya berada di atas rata-rata prajurit Mataram. Mungkin sedikit di bawah atau bahkan setara dengan kemampuan pasukan khusus, pikir Sekar Mirah. Tata gerak penyerangnya cukup mantap dan menggambarkan kepercayaan diri yang sangat kuat. Tapi itu bukan alasan Sekar Mirah menjadi gemetar! Murid Ki Sumangkar itu pun cepat memutar tongkat baja putih dengan sepenuh tenaga. Putaran yang sanggup menimbulkan suara menderu dan menggetarkan hati. =

Tanpa menampakkan kecemasan atas nasib anaknya, Sekar Mirah menebas datar lalu memukul lengan-lengan setiap lawannya dengan gerakan berani. Tentu itu mengundang rasa heran pada hati pengepungnya.

“Bagaimana perempuan ini bisa berkelahi seperti tak akan ada hari esok?” Pertanyaan itu muncul dalam pikiran orang-orang yang mengeroyok Sekar Mirah. Namun rasa heran itu seolah menjadi pendorong yang lebih kuat. Terlebih lekuk tubuh Sekar Mirah sedikit jelas di mata mereka. Hasrat untuk menaklukkan perempuan itu semakin kuat menggema dalam hati banyak lelaki yang cukup lama menahan diri. Bagi mereka, Sekar Mirah dapat menjadi hiburan untuk digilirkan khusus pada kelompok mereka. Maka, kadang-kadang tampak mereka sepeti sedang mempermainkan Sekar Mirah. Jari-jari setan terlihat berusaha menyentuh bagian tubuh yang terlindungi dan terhormat dari Sekar Mirah.

Sekar Mirah menggeram hebat. Cepat dia menanjak puncak kekuatan!

Seiring dengan itu, kemarahan Sekar Mirah pun terungkap bersamaan dengan tenaga cadangan. Sikap kasar dan ucapan kotor tiba-tiba berhenti. Orang-orang  yang mengeroyok Sekar Mirah mendadak merasa jantung mereka berhenti berdenyut! Mereka sadar bahwa Sekar Mirah sedang dilanda amarah yang cukup hebat tapi ternyata sama sekali tidak membuat perempuan itu kehilangan keseimbangan. Justru merekalah yang harus menerima akibat yang tidak terduga!

Bunija dan pengawal lainnya menderap makin cepat. Setiba di halaman belakang, satuan Bunija langsung menerjang orang-orang yang mengelilingi Sekar Mirah. 

Dapatkan dengan harga 10 ribu untuk kemasan 250 gr.

Para penyerang gelap itu terkejut mendapatkan serangan dari arah punggung mereka. Seketika keinginan untuk mendekap tubuh Sekar Mirah pun kandas! Sebagian dari mereka berloncatan surut, menyiapkan diri kemudian menyerang balik pengawal kademangan.

Kedatangan Bunija dan kawan-kawan sudah barang tentu melegakan hati Sekar Mirah. Dengan demikian dirinya pun membuat penyesuaian. Jumlah lawan sudah jelas berkurang maka pengerahan puncak kemampuannya pun tidak main-main meski hanya bertempur sebelah lengan saja! Beberapa saat kemudian, para pengeroyok Sekar Mirah pun sadar betapa mangsa mereka ternyata menyimpan kemampuan yang luar biasa.

Suara yang ditimbulkan tongkat berkepala tengkorak milik Sekar Mirah itu sanggup memenuhi rongga telinga lawan-lawannya. Mereka kesulitan mendegar suara selain bunyi seperti dengung lebah yang berputar-putar  di dalam lubang telinga. Ini ilmu setan! pikir anak buah Ki Garjita. Masing-masing tidak dapat mendengar kata-kata yang diucapkan kawannya. Apakah meerka harus membuka gelar atau berganti gelar? Para pengeroyok Sekar Mirah mendadak menjadi tuli seketika. Yang terjadi kemudian adalah mereka mengandalkan kemampuan pribadi untuk menahan gelombang serangan Sekar Mirah yang sulit dimengerti.

Tangis bayi yang nyaris tidak mempunyai jeda pun seakan makin menambah derita para pengepung Sekar Mirah. Dalam perkembangan ilmunya, Sekar Mirah mengasah bagian-bagian ilmu yang dapat menggabungkan dua atau tiga suara menjadi satu senjata yang berdaya rusak tinggi!

Tongkat baja Sekar Mirah berputar semakin cepat. Menyambar dan begulung-gulung seolah hendakmembelit setiap orang yang berusaha mendekati atau menyerangnya. Perlawanan yang luar biasa dari seekor singa betina yang dianggap paling lemah di antara seluruh kawanan oleh pengikut Raden Atmandaru. Maka gaung tongkat baja putih berkepala tengkorak menjadi terasa seperti mengiris dinding rongga telinga anak buah Ki Garjita. Sebagian dari mereka bekerja keras menahan sayatan dari gelombang suara melalui peningkatan daya tahan. Sebagian yang lain hanya dapat meloncat surut sambil menutup telinga dengan jari-jari tangan.

Perkelahian sengit yang tak kalah hebat juga terjadi pada bagian sayap kediaman Ki Demang Sangkal Putung. Lingkar pertarungan Ki Garjita yang coba diredam oleh Kyai Bagaswara bergeser tempat begitu cepat. Keadan yang nyaris gelap gulita sama sekalitidakmembuat dua orang itu terjerembab dalam keraguan saat menyerang maupun bertahan. Bisa jadi kemampuan mereka berada pada tingkat yang sama. Meski begitu, Ki Garjita mengakui bahwa dirinya terlalu menganggap remeh keadaan di rumah Ki Demang Sangkal Putung.

Sebelum memasuki lingkungan rumah pemimpin kademangan, Ki Garjita sempat mempertimbangkan, setelah Agung Sedayu maka tidak ada orang lain yang berkemampuan sedikit di bawahnya. Sekar Mirah pun tidak adalam keadaan terbaik untuk mengerahkan kemampuan olah kanuragan setelah melahirkan bayi putri beberapa waktu lalu. Sementara Pandan Wangi berada di luar pedukuhan induk dan Swandaru tetap harus diabaikan dengan segala kehebatannya. Tapi ternyata pada malam itu, kediaman Ki Demang justru memunculkan  satu kekuatan yang tidak terpantau oleh para petugas sandi Raden Atmandaru. Mereka melewatkan lelaki tua yang terlihat sehari-hari di sekitar rumah. Mereka menganggapnya sebagai salah satu orang yang bekerja untuk keluarga Ki Demang seperti kebanyakan orang lain di dalam rumah. Yah, benar, Kyai Bagaswara demikian apik menyembunyikan kemampuan olah kanuragannya.  Dia selalu menampilkan kepribadian yang lemah dengan kaki yang kerap tampak gemetar setiap bangkit dari duduk!

Kejutan yang nyaris serupa juga dialami oleh oarng-orang yang memisahkan diri dari lingkar perkelahian Sekar Mirah! Bunija yang memimpin kelompok penjaga kediaman Ki Demang ternyata mampu membuka perkelahian dengan cara yang mendebarkan jantung lawan-lawan mereka. Seolah-olah kemampuan para pengawal kademangan itu setingkat lebih tinggi daripada kelompok penyerang gelap. Kesan itu muncul bukan tanpa sebab sama sekali. Semuanya berawal dari perintah Agung Sedayu agar menambah lapis pertahanan dengan cara menggali beberapa lubang di sekitar bangunan kecil itu. Pandan Wangi dapat menangkap maksud Agung Sedayu, maka dia pun menambahkan beberapa petunjuk yang harus dilakukan para pengawal supaya benteng pendem itu dapat mendatangkan keuntungan dalam pertempuran!

Ketika ada penyusup yang terperosok ke dalam lubang, lalu melompat keluar maka dua atau tiga pengawal segera menekan dengan gempuran hebat. Dengan jumlah yang lebih banyak, maka pengawal kademangan dapat bertukar tempat satu sama lain untuk mengacaukan perhatian lawan. Maka yang kemudian dilakukan para penyusup ini adalah memaki-maki pengawal dengan menganggap itu adalah kecurangan! “Curang? Lalu, kau anggap apa bila menyerang perempuan yang sedang menemani tidur bayi pada malam hari?” sahut Bunija tak mau kalah. Beberapa pengawal segera tertawa dengan nada dibuat-buat. Maka api amarah pun segera menyala dalam hati masing-masing penyusup. Usaha mereka tampaknya berhasil. Bunija dapat menilai bahwa kekacauan sudah terjadi pada gelar lawan. Melalui kalimat tertentu yang hanya dipahami oleh pengawal, Bunija memberi perintah agar mereka segera menarik penyerang ke sudut halaman lalu menghimpit mereka di sana.

Kisah Terkait

Bara di Bukit Menoreh 58 – Sangkal Putung Menyalak!

kibanjarasman

Bara di Bukit Menoreh 53 – Utusan Khusus Agung Sedayu Itu Bernama Kinasih

kibanjarasman

Bara di Bukit Menoreh 15 – Kesiagaan Sukra Menghadang Penunggang Kuda

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.