Padepokan Witasem
Prosa Liris

Liris : Putra Anjani

Aku putera Anjani. Lahir dari selembar daun asam di tengah telaga. Namaku harum di tengah bara api.

Aku Hanoman, tercipta dari air mani Bhatara Guru yang melintasi telaga. Akulah putra Bhatara Bayu, yang besar di goa Kiskenda. Junjunganku adalah Sugriwa. Tapi, pada Rama aku mengabdi untuk menemukan belahan jiwanya.

Maka detik itu, aku memimpin para Wanara untuk menyisir seluruh belahan dunia. Menemukan Shinta adalah keniscayaan, bagiku tak ada jalan pulang sebelum Shinta ditemukan.

Takdirku bertemu Shinta di taman Asoka, di kedalaman taman-taman diseluruh Alengka.
Seorang perempuan, yang menjauh dari riuh bahagia beribu perempuan cantik yang tinggal di dalamnya. Satu-satunya perempuan yang bermuram durja di relung istana yang memuliakannya.

loading...

Aku melihat kesedihan yang mendalam dari raut mukanya, kesedihan yang mampu menggelapkan sekitarnya. Matanya sayu dengan mendung menggantung, seakan badai siap membuncah melantakkan dunia.
Harinya kelam tanpa cahaya, kegelapan yang membuatnya kian waspada dan enggan memejamkan mata.

“Cahaya seluruh dunia berada dalam genggamanmu Dewi, dan jangan padamkan duniamu.
Kamulah muara cinta terbaik bagi para kesatria di jagad raya ini. Meski bagimu, hanya Sang Rama yang menguasai seluruh bilik hatimu.”

Aku melihatnya mendongak ke arahku. Matanya menyimpan telaga yang siap menumpahkan air di dalamnya.

“Apa yang kau inginkan dariku?”

Dalam suaranya yang bergetar, tak kutangkap sedikitpun gentar di sana. Sang Dewi tetap tangguh dalam kesunyiannya.

“Aku Hanoman. Akulah penolongmu. Akulah hambamu yang diutus penguasa hatimu.”

Kuulurkan tanganku kepadanya dan kubuka genggamanku seketika. Pendar cahaya dari cincin Sang Rama segera menyilaukan matanya. Aku melihat air telaga yang menganak sungai di pipinya. Membuncah bahagia terpancar dari senyum tipisnya.

“Pergilah denganku Junjunganku. Hadirmu sudah ditunggu Sang Rama.”

Dia kembali menatapku dan menyimpan lagi senyumnya. Ada luka yang terbuka di hatinya.

“Hanya Rama yang bisa membawaku pergi dari sini Hanoman. Dia yang harusnya menemukanku di sini. Dialah yang akan datang dan menghancurkan para pecundang yang sudah menculikku ke sini! Kesatria sejati akan menjemput cintanya sendiri, dia akan berjuang, mempertahankan dan melawan segalanya untuk memenangkan cintanya. Kau pergilah. Katakan pada Junjunganmu, Aku akan tetap di sini untuk menunggunya.”

Aku tidak lagi melihat Shinta yang merana karena penculikannya. Tapi aku sedang melihat Perempuan yang terluka dan kecewa. Hingga kesedihan kembali menenggelamkannya. Aku melihat Perempuan dengan sayatan dan puing-puing di hatinya. Hatinya membiru, gelap dan beku, hingga tak ada cahaya yang mampu menembusnya.
Dialah Perempuan yang berulang kali menguji cinta junjunganku, Perempuan dengan telaga di matanya yang mampu menengelamkan seluruh kesatria dalam dekapannya.

Aku terbang meninggalkannya dalam palung pilu yang di buatnya sendiri. Melanjutkan tugasku, membuat gentar seluruh isi Alengka.

 

 

Karya Mulya Indra dalam pemenuhan tugas bacaan kelas lanjutan, Ramayana

#Prosaliris
#Kepaksayapangsa
#RoniRisdianto
#PictureTakeFromGoogle

Wedaran Terkait

Songsong Bukan Puisi

admin

Sikil nJeber..

admin

Puisi :Peluk Senja di Lereng Lawu

admin

Puisi :  Aku Dalam Birumu

amazingdhee

Puisi : Tertikam Rasa/Lina Boegi

admin

Puisi : Temaram/Winy

admin

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.