Padepokan Witasem
Prosa Liris

Puisi : Harapan

 

Harapan

Penulis :
Dyanik, Dini, Dora, Dyna
Eka, Esti, Frida, Lela
Lia, Tri K, Winy, Erma

Di ujung daun, sisa kabut enggan beranjak. Ia ingin mendekap pagi meski matahari datang menghampiri. Aku tidak ingin engkau pergi, aku mendengarmu! Aku tahu itu karena kau adalah belah jiwaku. Engkau berkisah tentang seorang pangeran yang dikutuk menjadi katak.

loading...

Engkau sangat bahagia, aku mengingatnya!

Bahagiamu membuat aku tersentuh. Merasakan bahagia melingkupi hati.
“Ceritakan lagj untukku cerita lain,” aku selalu meminta padamu.
Pendar bahagiamu membawaku terbang tinggi di antara awan.

Saat menyentuhmu, ada getar indah dalam kalbu.

“Pagi, jangan cepat kau pergi, kerinduanku belum usai.” Aku menatapmu penuh harap.

Saat malam pergi, itulah yang aku tunggu. Meninggalkan mimpi, menjemputmu bersama hangat matahari. Tetaplah bersamaku sepanjang hari.

Kau berlayar bersama angin, menjauh dari hatiku yang merapuh.

Lalu gundah menyapa, aku menatapmu sebagai bayang yang ada dan meniada.
Aku yang tengah terluka merasa sulit memelukmu.

Gundah itu semu. Karena inginmu yang tak teraih. Kau tahu? Itu belum tentu untukmu. Bersyukurlah. Daun gugur ke atas bumi karena restu Illahi. Sadarilah!

“Lepaskan ketakutanmu, berpeganglah pada keyakinan.” Kau berbisik dibalik gelisahku. Senyum tipis merona di wajahku, kau membangkitkan kembali gairahku.

Saat kecewa hadir memeluk jiwa, langkahmu bergeming. Kau torehkan luka, tidak pada lengan kekarmu saja tetesan darah mengalir, tetapi luka dalam harapku. Jangan biarkan usia mudamu pergi tanpa aroma karsa. Merenggut mimpi yang kau titip pada semesta.

“Pegang tanganku, penyejuk jiwa. Buang semua percikan murka hati!” pintaku.

Dobrak tirani resahmu, bangun pondasi asa yang berpegang pada Penguasa Alam. Dia akan merengkuhmu. Percayalah!

Duka akan sirna, yakini kehadiranku. Masih ada cahaya pagi yang hangat mendekap. Meski malam kadang melarutkan sinarnya, yakinlah ia pasti kembali.

Dan kini, aku tahu. Setiap duka yang menimpaku, mengajarkan aku arti bahagia.

Jangan engkau putus harapan! Tidak ada kesulitan kecuali beriringan dengan kemudahan. Kau adalah hangatnya mentari kala pagi menyapa. Kau tersenyum saat aku tersesat.

“Teruslah melangkah, jangan menyerah! Di ujung sana cahaya menyambutmu dengan cinta.” Kau menerobos lorong pekat, menarik tanganku yang tenggelam dalam lumpur.
Aku tersentak! Kau belai lembut wajahku hingga hilang semua resah.

Kawan, sejauh mata memandang, sejauh itu pula ada harapan.

Wedaran Terkait

Songsong Bukan Puisi

admin

Sikil nJeber..

admin

Puisi :Peluk Senja di Lereng Lawu

admin

Puisi :  Aku Dalam Birumu

amazingdhee

Puisi : Tertikam Rasa/Lina Boegi

admin

Puisi : Temaram/Winy

admin

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.