Ada rasa tak percaya dalam diri Lembu Jati menyaksikan hasil akhir pekerjaan Arya Penangsang. “Sungguh, anak Surawiyata itu seperti jelmaan iblis yang berbuat tanpa dapat terlihat! Ilmu apakah yang digunakannya?” geram Lembu Jati dalam hati dan juga merasa dibodohi Arya Penangsang. Namun, dia harus menyampingkan kegeramannya dan tak perlu berpikir lagi ketika Arya Penangsang tiba-tiba muncul membelah kerapatan debu dengan serangan yang menghancurkan!
Pada perkelahian itu, senjata bukan menjadi alat utama untuk mengalahkan lawan. Sebaliknya, mereka berdua bertumpu pada tangan kosong! Lembu Jati segera mengerahkan tenaga dari kedalaman yang nyaris tak terukur. Tenaga yang keluar dari sepasang tangannya mampu menjangkau benda-benda yang berjarak empat sampai enam langkah darinya. Tenaga yang kekuatannya mampu memotong besi itu menimbulkan suara yang tak kalah berisik dari pusaran ilmu Arya Penangsang.
Suara gaduh yang muncul akibat lompatan ilmu Lembu Jati sanggup menembus kerapatan dinding tenaga Arya Penangsang. Sepasang lengan Lembu Jati berputar-putar. Dia berloncatan menyambar pemimpin Jipang itu dengan kecepatan yang mengagumkan. Adipati Jipang yang tidak pernah melupakan Pangeran Benawa dalam hatinya itu benar-benar waspada. Secepat serangan Lembu Jati mengarah padanya, secepat itu pula pula Arya Penangsang membuat gerakan-gerakan yang tak kalah hebat. Membungkuk, bergulingan lalu tiba-tiba melontarkan tubuh lebih tinggi dari lawan semuanya dilakukan dengan tata gerak yang sangat indah. Sedemikian jauh serangan lembu Jati belum mengenai sasaran! Berhadapan dengan lawan seperti Arya Penangsang menjadikan Lembu Jati seakan lupa dengan tujuan semula yaitu membunuh Adipati Jipang.
Ketika serangan demi serangannya gagal dituntaskan, Lembu Jati seolah menemukan keceriaan yang diimpikan dalam waktu lama. Dia tidak merasa putus asa atau geram pada dirinya sendiri. Dia pun dengan cepat mengubah aliran serangannya. Dari pusaran lengan yang menimbulkan gemuruh ibarat angin lesus menjadi tusukan-tusukan yang membidik bagian tubuh yang tidak berbahaya.
Arya Penangsang terkejut! Ini serangan yang janggal. Lawan yang aneh, pikirnya. Pada perkelahian yang mempertaruhkan nyawa, mengapa Lembu Jati justru seperti bermain-main dengan serangan-serangan yang seakan tidak penting atau jauh dari tujuannya? Jika Lembu Jati menginginkan kematiannya, mengapa hanya memukul tulang atau anggota tubuh yang tidak akan membuatnya terluka bagian dalam? Meski demikian, Arya Penangsang memancang diri bahwa dia tidak boleh lengah. Dalam pertarungan, siasat dapat berubah setiap saat dan semuanya adalah bagian dari tipu daya demi sebuah kemenangan. Demi mengimbangi sepak terjang aneh Lembu Jati, maka Arya Penangsang pun turut mengalihkan tata geraknya. Dari loncatan-loncatan pendek atau bergulingan menjadi kaki-kaki yang bergeser mendatar, melindungi diri dengan cara menyerang balik tubuh lawan bagian atas.
Lembu Jati tertawa keras. Suaranya memekakkan telinga. Dia seperti sangat mengharap Arya Penangsang mengubah caranya bertanding. Lagi-lagi putra Pangeran Surawiyata itu pun dibuat terkejut. Dia belum mengerti alasan Lembu Jati yang agaknya benar-benar berubah. Pertanyaan pun muncul dalam hati Arya Penangsang, “Apakah perubahan ini akibat dari pergeseran ilmu atau akibat dari penguasaan ilmu yang salah?”
Dalam waktu itu, Lembu Jati sadar bahwa peralihan tata geraknya masih cukup sulit mengoyak pertahanan Arya Penangsang. Pada perkelahian berjarak atau tanpa jarak, dia masih sulit menembus benteng Adipati Jipang itu. Bahkan, semenjak dia mengubah tata cara bertarung, maka semakin sulit baginya menghindari serangan balasan Arya Penangsang yang kerap dilontarkan secepat kilat. Sambil menyimpan kemarahan, sebelum terjadi pertemuan dengan Arya Penangsang, keinginan Lembu Jati untuk membalas atas kegagalan membunuh Mas Karebet itu cukup besar. Dia selalu dibayangi keinginan untuk merobek-robek tubuh Arya Penangsang yang pasti dapat dikalahkannya. Tetapi pada hari itu, Lembu Jati seperti melupakan bahwa dia pernah menyimpan dendam pada Arya Penangsang. Kegembiraan membuncah di dalam dadanya. Terlebih lagi bila dia berhasil memutus nyawa putra Pangeran Surawiyata, maka kegembiraan akan menjadi berlipat-lipat.
Laga Arya Penangsang benar-benar sangat kuat dan cepat. Sepak terjangnya terangkum dalam satu kata ; dahsyat! Juluran sepasang tangannya seperti cambuk yang mampu menyengat dan merobek kulit lawan sekalipun dilapisi ilmu kebal seperti Lembu Sekilan atau Tameng Waja. Tapi yang menjadi lawannya adalah Lembu Jati yang memiliki kesaktian yang tidak kalah hebat dengannya. Maka gelar pertarungan itu pun berkembang menjadi luar biasa.
Malam yang suram seolah tidak menjadi penghalang bagi dua orang tersebut. Penglihatan mereka sudah jauh melampaui mata orang biasa. Meski sama-sama bergerak sangat cepat, namu mereka masih dapat melihat kedudukan masing-masing. Adipati Jipang yang masih mempunyai hubungan darah dengan Raden Trenggana memperlihatkan ketenangan serta kepercayaan diri yang tinggi sekalipun tata gerak lawannya cukup aneh. Sikap tenang itulah yang kemudian membuatnya dapat melihat kelemahan Lembu Jati. Ditopang ketajaman nalar dan kemampuannya berpikir cepat, Arya Penangsang menerjang maju dengan gerakan kilat. Lalu secara mendadak dia menyorongkan tubuh ke samping kemudian menggempur Lembu Jati dengan cara yang tidak kalah aneh! Gempuran demi gempuran yang dilakukan sangat hebat itu benar-benar tidak diduga oleh kawan dekat Kyai Rontek.
Sungguh! Akibatnya Lembu Jati terdesak hebat sekali. Gila! Itu sangat jauh dari perkiraannya yang tidak mengira Arya Penangsang pun memiliki keberanian untuk melakukan tata gerak nyeleneh seperti dirinya. Lembu Jati seketika merasa tulang belulangnya berderak. Kulitnya seperti sangat dekat dengan tungku api yang menyala-nyala. Rasa sakit tidak terkira mendadak menjalar ke sekujur tubuhnya. Dia melontarkan tubuh agar dapat menjauh dari pusat lingkaran perkelahian. Lembu Jati berharap tekanan Arya Penangsang kemudian menjadi berkurang seperti kegembiraannya yang tiba-tiba tergerus banjir bandang.
Arya Penangsang adalah pemburu yang tidak mudah melepaskan mangsa yang sudah berada dalam jangkauan. Apalagi rasa sedih dan geram akibat kemalangan yang menimpa Raden Trenggana masih kuat mencengkeram hatinya, maka harapan Lembu Jati pun menjadi debu yang membubung tinggi lalu lenyap begitu saja. Keadaan sudah tidak lagi berimbang. Lembu Jati nyaris tak mempunyai kuasa memberi perlawanan seperti sebelumnya.
Di bawah gempuran hebat Arya Penangsang, Lembu Jati benar-benar tersiksa. Kedudukan pertarungan, dalam sekejap, berubah sepenuhnya. Arya Penangsang menguatkan hati untuk mematek pukulan terbaiknya yang sejenis dengan Brajamusti. Sebenarnya Adipati Jipang tersebut berkeinginan memeras keterangan dari Lembu Jati tentang orang-orang yang berada di belakangnya, dan juga ingin menggali kedalaman tentang orang-orang yang menentang Raden Trenggana menjadi raja Demak. Tapi Arya Penangsang tidak mempunyai waktu yang lebih. Maka dia mengerahkan segenap perhatian supaya perkelahian segera usai.
“Paman Trenggana, sepertinya aku tidak mempunyai waktu lagi bila pagi telah menyapa,” kata Arya Penangsang dalam hati. Dia mengumpulkan segenap tenaga lalu menghentak hingga puncak tertinggi kemudian menekan lawannya dengan lebih hebat!
Lembu Jati kesulitan melepaskan diri dari serangan hebat Arya Penangsang yang sangat gencar. Upayanya pun cukup lemah untuk menyerang balik. Yang dapat dilakukannya hanyalah menghindar, menghindar dan terus menghindar hingga mempunyai jalan untuk meninggalkan gelanggang. Lembu Jati tidak menduga bahwa Arya Penangsang pun dapat menemukan titik terlemah dari tata geraknya dengan cepat. Oleh karenanya, dia tidak mempunyai kesempatan dan waktu untuk beralih pada tata gerak. Merendahkan tubuh untuk sekedar melindungi bagian lambung pun tak sempat dilakukannya. Maka hantaman demi hantaman Arya Penangsang yang dilancarkan dengan kekuatan penuh pun sanggup menjebol pertahanannya yang cukup hebat.
Teg jleger! Sekalipun pukulannya tidak tepat mengenai bagian bawah pusar Lembu Jati tetapi kerusakan yang ditimbulkan sudah dapat dipastikan. Bila ingin meluapkan marah, Lembu Jati telah mengalami gangguan pada bagian sekitar pusat tenaga inti. Denyut pukulan berderap melintasi jalan-jalan darah, memenuhi saluran pernapasan dengan gumpalan-gumpalan tenaga yang tak tampak mata. Lembu Jati terpelanting, melayang, lalu terbanting dan tidak bergerak lagi.
================
Seluruh bacaan di blog Padepokan Witasem dapat dibaca bebas biaya. Maka dari itu, Anda dapat mendukung kami agar tetap semangat berkarya melalui rekening BCA 8220522297 atas nama Roni Dwi Risdianto. Konfirmasi tangkapan layar dapat dikirim melalui Hanya WA Selanjutnya, kami akan mengirimkan tautan/link untuk setiap tayangan terbaru melalui nomer WA yang tersimpan. Terima kasih.