Karena memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi disertai dendam, ketika Agung Sedayu dan Ki Tunggul Pitu benar-benar tidak ada pergerakan walau sekejap, Ki Sekar Tawang...
Ki Patih Mandarakan tidak dapat membiarkan dirinya terus menerus berada di bawah maut yang ditebar Ki Sekar Tawang melalui Kiai Plered. Sulit untuk bertahan dengan...
“Aku pikir tidak baik dengan membiarkan Agung Sedayu mati dengan jiwa melayang- layang mengitari kademangan. Baiklah, aku penuhi kehendakmu,” kata kawan Ki Tunggul Pitu dengan...
Perhatian Agung Sedayu dan Ki Patih Mandaraka sulit teralihkan meski udara yang menggema di dalam telinga mereka makin jelas terdengar seolah suara bergumam. Keadaan sangat...
Agung Sedayu mengendapkan napas, udara begitu halus masuk dan keluar dari rongga hidungnya, pada saat itu pikirannya benar-benar menimbang keselamatan Ki Patih Mandaraka. Ia tidak...
“Rupanya pertemuan ini memang dirancang Agung Sedayu agar Anda mempunyai rasa iba padanya,” kata penggenggam Kiai Plered yang jelas mendengar percakapan dua orang di depannya....
Detak jantung Agung Sedayu meningkat tajam. Bibirnya mengatup rapat dengan rahang terlihat mengeras. Meski demikian, belum ada keinginan darinya untuk membantah. “Benarkah ucapan itu, Ngger?”...
Agung Sedayu menggeleng dan hanya menggeleng. Mungkinkah hanya bahasa itu yang dikuasainya? Perhatian suami Sekar Mirah tertuju pada kata-kata orang pertama penghadang mereka. Pikirnya, keberadaan...
Ki Patih Mandaraka tidak mengucapkan sepatah kata, sepertinya ia sedang menunggu perkembangan. Menurut Ki Patih, tentu sesuatu yang penting dan mungkin juga menentukan apabila orang...
Menepikan Swandaru? Apakah itu berarti menyingkirkan keberadaannya untuk selamanya? Atau hanya sekedar melumpuhkan Swandaru bila perang tiba? Ruang pikiran Agung Sedayu berubah menjadi gelap. Tiada...
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.