Mentari masih malu menampakkan cahayanya tapi aku sudah duduk dekat tungku, walau ada resah itu namun harapan tak pernah padam mengintip dari celah dedaunan. Sementara...
Liris ini disusun secara terpisah. Berawal dari tugas yang saya berikan melalui WA status. Tiap cantrik mentrik mengirim bait-bait di bawah melalui jalur pribadi. Mereka...
Tanpa sunting..Berlangsung begitu saja..Alamiah.. ===== Jilat api tak mampu gapai kulit pohon talok.. Percik api melejit rendah bagai kunang-kunang.. Kalimat elok bukan aksara tak berbalok.....
Dia terbahak-bahak. Menggema. Menggetarkan pohon-pohon kering di pekarangan Pak Kemplo. “Eladalah (kata seru Jawa)! Tobat tobat!” seru Pak Kemplo berlarian dengan dua tangan memegang kening....
Masih belum jemu membuat prosa liris secara keroyokan..dengan semangat 45, serombongan emak kembali menggelar liris yang lumayan panjang..berpeluh mata dan keringat dingin, bara menyala tuntaskan...
Tak mudah terbakar. “Aku gelisah”, ucapnya ketika rusa menelannya bulat-bulat. Aku bukan pencabut nyawa. Riang manusia melukis tubuhku. Bahkan mereka mengandalkan aku saat musim hujan...
Judul : Kala Abang Terbenam (Karya keroyokan oleh serombongan orang kemalalman dalam Kelas Prosa Liris. Kelas handal yang diselenggarakan oleh Wonderland) Mentari setapak menuruni lereng...
Lisan yang tak terbantah Tak ampuni khilaf Ego bersinggasana di puncak Mahameru Menyiksa hati meronta jiwa namun berujung diam Aku berisik dalam sepi Patuhi titah...
Lampu jalan memanjang tak terang. Sudut kota dipenuhi kerlip kunang-kunang. Redup lampu belakang motor di depan seolah berkata padaku, “Tidakkah kau teringat padanya?” Aku alih...
Kue itu.. Merah.. Kenyal.. Orang kata dia lengket dan dari ketan.. Tapi ia tak peduli.. Kamu ingat bahwa separuh masa kau goncang sampan dengan alunan...
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.