Padepokan Witasem
api di bukit menoreh, mataram, kiai gringsing, kiai plered, panembahan hanykrawati, agung sedayu
Bab 6 Geger Alas Krapyak

Geger Alas Krapyak 44

Di seberang barisan tempat Glagah Putih bertarung, Pandan Wangi justru mengalami keadaan yang berbeda dengan panglima yang menjadi lawannya. Penguasaan Mangesthi pada ilmu-ilmu yang rumit telah menggelisahkan Pandan Wangi. Meski pada awalnya, Pandan Wangi ingin mempersingkat waktu perkelahian, nyatanya, Mangesthi adalah batu hitam yang sulit dipindahkan. Perempuan muda yang memperoleh ilmu dari Ki Sekar Tawang itu benar-benar mengeluarkan tandang yang mengerikan. Kecantikan wajahnya tidak berbanding lurus bagi seseorang yang menganggap keindahan ada pada wajah yang cantik. Mangesthi memberi bukti lain dan kenyataan yang bertentangan dengan anggapan banyak orang. Ia membuat gebrakan yang kerap berubah unsur secara berulang-ulang dan lambat laun mulai membenamkan Pandan Wangi dalam keraguan.

Di bawah gencetan Mangesthi yang semakin kuat, dalam keadaan itu,  Pandan Wangi tampak sedang berusaha keras mengubah tata geraknya. Meski sepanjang pertarungan Mangesthi belum dapat membuat luka secara langsung pada Pandan Wangi melalui ujung sepasang senjatanya, namun gerak tempur Mangesthi benar-benar mengurung lawannya dari segala penjuru. Pandan Wangis setapak demi setapak terdorong surut walau kadang masih terlihat mampu mendesak musuh, hanya saja, itu tidak berbanding seimbang dengan gerak mundurnya.

Perbedaan usia sepertinya mempunyai pengaruh penting pada perkelahian Pandan Wangi. Dari segi pengalaman dan wawasan, Mangesthi memang jauh berada di bawahnya tetapi kehebatan perempuan itu sangat cepat menarik Pandan Wangi ke dalam kesulitan.

Tenaga cadangan Pandan Wangi sudah memancar tiga jengkal dari ujung pedang, tetapi udara di sekitar Mangesthi berpusar dan terasa begitu tebal sehingga serangan balik Pandan Wangi kerap terhisap oleh pusaran tersebut. Pada waktu itu, secara keseluruhan, pengawal Gondang Wates telah berhasil mencapai kemajuan pada garis serangan mereka. Dengan demikian, selain bertanggung jawab untuk menjaga semangat pasukan Gondang Wates, Pandan Wangi juga harus dapat menjaga garis serang agar tidak terdesak mundur. Oleh karena itu, Pandan Wangi kemudian beralih pada tata gerak yang jarang dikeluarkan pada perkelahian sebelumnya. Maka  pertarungannya meningkat lebih tajam dan sengit. itu pun menjadi semakin sengit. Pandan Wangi mulai memusatkan perhatiannya pada perkelahiannya.

loading...

Sejalan dengan perubahan tata gerak Pandan Wangi yang menggeliat, membebaskan diri dari serangan Mangesthi yang datang dari berbagai arah, medan perang berangsur-angsur seimbang karena pasukan berkuda Raden Atmandaru tidak lagi berada di dalam gelar perang yang teratur. Namun itu bukan berarti mereka mengendurkan ancaman. Tandang mereka tetap ganas dan trengginas, hanya saja, Mangesthi tidak lagi berada di dalam barisan pasukan berkuda. Perkembangan itu akhirnya membuat pengawal Gondang Wates tidak mengalami pergeseran surut, ditambah Ki Demang Brumbung yang cakap mengendalikan jalannya peperangan sehingga garis serang dapat terjaga.

Seperti gelombang pasang naik dan surut yang bergantian timbul tenggelam, begitu pula keadaan di medan peperangan. Kadang-kadang pengawal Gondang Wates hanyut dalam gelar lawan, tetapi mereka pun kerap membalas serangan. Ketika Ki Demang Brumbung sudah dapat mengenali keadaan pasukan yang diserahkan padanya, gelar perang Binelah Ombo makin memperlihatkan kemajuan yang berarti. Pasukan lawan perlahan-lahan bergeser semakin jauh dari gerbang pedukuhan, setapak demi setapak. Bahkan, mereka nyaris bertempur di luar Karang Dawa.

Namun pencapaian pengawal Gondang Wates tidak berjalan beriringan dengan perkelahian yang melibatkan para pemimpin mereka.

Sabungsari, yang bertempur mati-matian melawan Ki Astaman, benar-benar menemui lawan yang sangat tangguh. Pergerakan lamban Ki Astaman seolah memberi kesan bahwa ilmunya sulit diukur kedalamannya.  Kelambatan gerak itu menjadi landasan yang sangat kuat untuknya ketika secara terus menerus mengungkapkan tenaga cadangan. Dengan demikian, Sabungsari bertahan dengan segenap kesungguhan dalam menerima terjangan kekuatan yang seolah tidak akan dapat susut.

Dalam waktu itu, Ki Astaman telah membuat perhitungan bahwa akan banyak kemungkinan yang dapat terjadi dalam peperangan. Meski mereka tampak berkelahi satu melawan satu, tetapi setiap saat satu atau lebih pengawal dapat memasuki perkelahian dengan tiba-tiba. Dalam suasana kacau seperti yang terjadi di segala medan perang, setiap orang dapat menjadi gelap mata lalu menyerang lawan secara membuta. Oleh karenanya, Ki Astaman membuat keputusan dengan cepat ; perkelahiannya harus segera diselesaikan. Bagaimana akhir dari peperangan di Karang Dawa? Itu bukan urusannya. Ki Astaman tidak mempunyai kepentingan atau keinginan jangka panjang. Ia mencukupkan diri dengan sebuah tindakan, yaitu menghukum Sabungsari. Dan, begitulah yang kemudian terjadi! Ki Astaman mendadak mengerahkan kecepatannya hingga lapisan puncak yang dikuasainya. Ia bergerak lebih lincah dan lebih cepat dari Sabungsari. Ki Astaman berloncatan, mengurung lawannya dari segala penjuru diselingi kerisnya yang berputar-putar diikuti suara angin yang menderu kencang!

Arya Penangsang berjalan dengan ayunan mantap menuju kemah Ki Tumenggung Prabasena. Dia kerap berhenti untuk sekadar menyapa atau menengok kerumunan orang-orang yang terlihat belum dapat meredakan rasa geram. – Arya Penangsang

Sabungsari, dengan segala ketenangan dan kemapanan yang ada di dalam jiwanya, mengikuti peningkatan ilmu yang dihentakkan oleh lawannya. Nyatalah bahwa para prajurit yang bertempur pun menghindari terjangan liar agar mereka tidak mati sia-sia di medan pertempuran. Betapa tidak, sambaran keris Ki Astaman atau pedang Sabungsari selalu disertai tenaga cadangan yang terungkap lalu membelah udara dengan cara yang luar biasa. Mau tidak mau, agar tidak ada luka-luka atau kematian yang terjadi karena serpihan ilmu yang berhamburan liar, maka prajurit yang bertempur bersama mereka kemudian menjauh.

Wedaran Terkait

Geger Alas Krapyak 99 – Panembahan Hanykrawati : Bahaya di Celah Sempit

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 98 – Pengawal Panembahan Hanykrawati: Pertemuan Puncak dan Ancaman Musuh

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 97 – Panembahan Hanykrawati Berjalan Menuju Bahaya : Agung Sedayu dan Pangeran Selarong Bersiaga Meski Gelap Gulita

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 96 – Singa Betina yang Bernama Kinasih

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 95 – Kegagahan Lurah Mataram

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 94 – Tantangan Muncul saat Pengejaran Raden Mas Rangsang

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.