Padepokan Witasem
arya penangsang, jipang, penaklukan panarukan, panderan benawa
Bab 1 - Serat Lelayu

Serat Lelayu 15

“Tuntaskan tanggung jawab kalian,” ucap lantang Arya Penangsang menantang. Nada suaranya terdengar lebih tajam daripada ujung keris Kyai Setan Kober.

Ki Bejijong mendengarkan ancaman itu dengan kulit meremang. Mengerikan, batinnya. Meski dilontarkan biasa saja, tanpa tenaga inti yang mengapung pada getar suara, tetapi bulu tengkuknya berdiri seketika. Ini bukan peringatan yang bukan sekedar gertakan. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Ki Bejijong benar-benar merasakan kemarahan Arya Penangsang. Dia memang banyak mendengar mengenai ketinggian ilmu Adipati Jipang tersebut, dan kali ini kemampuan Arya Penangsang akan tergelar di hadapannya. Dia banyak mendengar bahwa Arya Penangsang sering kali mendapatkan perlindungan yang sulit dikenali, dan kali ini dia akan membuktikan kebenaran kabar itu.

Dan pantaslah jika Ki Bejijong merasa dicengkeram oleh kengerian yang luar biasa. Tatap mata Arya Penangsang  seperti sedang mengeluarkan pengaruh yang mampu  menguasai pikiran lawan.  Walau demikian, Ki Bejijong paham bahwa itu bukanlah pancaran dari sejenis ilmu sihir tetapi pendaran kekuatan luar biasa yang tersimpan dalam diri Adipati Jipang itu.

“Siapakah Arya Penangsang sesungguhnya?  Aku banyak mendengar dirimu sebagai perebut kekuasaan orang. Atas alasan itulah, aku akan melawanmu di tempat ini!” pekik lantang Ki Bejijong. Dia menghentak serangan. Pedangnya menghilang pandangan mata dalam gerakan yang sangat cepat.

loading...

Arya Penangsang menghindar tetapi bukan untuk mengelak dari serangan lawan, tetapi menyerang Ki Maja Tamping yang bersiap beberapa langkah di sampingnya. Kecepatan Arya Penangsang tidak memberi kesempatan Ki Maja Tamping sekalipun hanya selangkah menghindar. Gerakan Adipati Jipang itu secara mengejutkan telah menutup bentangan jarak.

“Setan! Gila!” seru Ki Maja Tamping. Begitu pun Ki Bejijong yang mengumpat kasar lalu meludah ke arah Arya Penangsang. Mereka berdua tidak mempunyai kesempatan dan waktu lebih banyak untuk menjajagi serta mengukur kekuatan Arya Penangsang. Benturan pertama telah dapat dijadikan ukuran yang paling mendekati kemampuan sesungguhnya dari lelaki yang tumbuh di bawah asuhan Ki Patih Matahun itu. Tata gerak kanuragan Arya Penangsang yang gemulai ternyata memiliki banyak keunggulan yang tidak terduga oleh para lawannya. Bahkan, menurut penilaian Ki Maja Tamping sepanjang perkelahian sebelumnya, Arya Penangsang mampu mengubah kerumitan kanuragan menjadi sebuah keindahan yang sukar dilukiskan kata-kata.

Dalam perkelahian menghadapi dua orang yang mengeroyoknya, Arya Penangsang tidak lagi bertarung dengan tangan kosong. Hanya sedikit waktu yang dapat digunakan untuk membuat perkiraan kekuatan gabungan dua lawannya, maka dia memutuskan lebih cepat untuk meraih sebilah tongkat milik lawan yang tergeletak. Sabetan demi sabetan serta arah putaran tongkat yang kerap berubah ternyata memancing sumpah  serapah dari Ki Maja Tamping dan Ki Bejijong. Sebilah tongkat yang cukup membingungkan dua lawannya. Arya Penangsang kerap mengubah letak pegangan, kadang-kadang menggunakan hulu sebagai ujung serangan, dan tak jarang bagian ujung lainnya. Sebenarnya dua ujung tongkat itu mempunyai ukuran dan penampakan yang sama, tetapi keduanya dapat tiba-tiba menjadi awal yang mematikan di tangan Arya Penangsang.

Keterampilan yang luar biasa sehingga pergerakan tongkat pun sulit diikuti oleh pandangan mata orang-orang terlatih seperti Ki Maja Tamping dan Ki Bejijong.  Mereka menemui kebuntuan sekalipun berulang-ulang menyerang Arya Penangsang secara bersamaan. Kecepatan yang luar biasa diungkapkan oleh Adipati Jipang itu di dalam ruang ekdai yang tak lagi terasa longgar. Kecepatan gerak penguasa sebuah kadipaten itu menjadikannya seperti tampak di banyak tempat. Kecekatannya memainkan tongkat pun kerap meluruhkan pertahanan dua pengeroyoknya. Sungguh, andaikan Arya Penangsang ingin memintas waktu, maka mudah baginya untuk membunuh lawan-lawannya.

Ketika mulai merasakan sempitnya waktu guna menarik napas meski terbatas, maka dua lawan Arya Penangsang berpikir untuk segera menghentak perkelahian hingga menembus batas. Mereka menimbang lebih matang, menunggu waktu yang tepat untuk melepaskan serangan pamungkas yang dilambari puncak ilmu masing-masing.

Tiga percobaan Ki Maja Tamping dan Ki Bejijong menemui kegagalan ketika Arya Penangsang bergerak sangat cepat seakan menguap ke udara. Pada keadaan itu, Arya Penangsang mengetahui bahwa dua lawannya sudah tidak sabar lagi untuk mengakhiri pertarungan. Tanpa menganggap enteng kemampuan dua pengeroyoknya, Arya Penangsang sadar bahwa dia akan mengalami kesulitan bila hanya mengandalkan kecepatan.

“Ini membahayakan,” pikirnya.

Wedaran Terkait

Serat Lelayu 9

kibanjarasman

Serat Lelayu 8

kibanjarasman

Serat Lelayu 7

kibanjarasman

Serat Lelayu 6

kibanjarasman

Serat Lelayu 5

kibanjarasman

Serat Lelayu 4

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.