Padepokan Witasem
Bab 2 Benih

Benih 6

Dalam hati Ki Bekel, ia merasa bangga dengan sikap yang dimiliki oleh Ki Jagabaya. Selain itu, ia sendiri tidak menyangka jika ilmu Ki Jagabaya sedemikian tinggi – menurut kesaksian para pengawal pedukuhan. Lalu ia bergumam dalam hatinya, ”Agaknya aku tidak boleh lagi mempunyai keraguan pada kesetiaan dan kemampuan Ki Jagabaya. Apalagi saat ini keadaan pedukuhan telah bertambah dengan tiga orang yang mempunyai kemampuan lebih baik daripada aku sendiri.”

Ia berkata kemudian, ”Dan sekarang, setelah semua menjadi jelas bagiku dan Angger Sayoga, aku berharap bantuan Ki Wijil untuk berada di pedukuhan ini barang sejenak.”

Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam, kemudian bangkit dan berdiri lalu berkata, ”Pedukuhan sedang berjalan di atas sebuah bara. Sejumlah peristiwa terjadi silih berganti tanpa pernah kita ketahui alasan-alasan yang ada dibelakangnya. Untuk itulah, aku dan Ki Jagabaya mengharap mendapat masukan berupa bahan-bahan yang dapat diolah menjadi sebuah persiapan yang matang.”

Ketiga orang di dekatnya saling berpandangan sejenak. Mereka melihat kesungguhan yang tersirat dari raut muka Ki Bekel. Lalu Ki Bekel berkata lagi, ”Pada dasarnya adalah aku telah mempunyai rencana yang ingin segera aku jalankan bersama dengan Ki Jagabaya. Maksudku adalah aku berencana untuk menyelinap memasuki perkampungan kecil yang letaknya berada sedikit masuk ke dalam hutan di luar pedukuhan.

loading...

“Dan terus bergantian dengan Ki Jagabaya untuk melakukan hal itu. Tetapi keterbatasan kami dari segi jumlah agaknya menjadi penghalang utama, karena aku menduga orang-orang yang berada di perkampungan itu mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada para pengawal yang ada.”

Katanya lagi, ”Aku sendiri belum mempunyai bayangan atas maksud mereka sebenarnya karena bisa dikatakan tidak ada kerugian besar yang diderita oleh penduduk pedukuhan ini. Hanya saja sikap mereka telah menimbulkan rasa khawatir dan saling curiga di antara penduduk.” Ia berhenti dan menghela nafas panjang. Sementara itu Ki Jagabaya bertukar pandang dengan Ki Wijil lalu keduanya saling menganggukkan kepala.

“Ki Bekel, saya akan menggantikan Anda untuk menyusup masuk ke perkampungan itu. Tentu saja dengan begitu Anda  tetap berada di pedukuhan agar penduduk merasa aman dengan kehadiran Ki Bekel,” kata Ki Wijil.

“Baiklah Ki. Aku harus berterima kasih atas hal itu. Untuk kemudian kita akan meneruskan pembicaraan tentang rencanaku selanjutnya,” kata Ki Bekel gembira. Kemudian atas pertimbangan dari Ki Jagabaya, akhirnya Ki Bekel meminta Ki Wijil dan keluarganya untuk tinggal di rumah Ki Bekel.

Tak lama kemudian setelah gandok yang berada di sebelah kanan telah siap, Ki Bekel mempersilahkan ketiga tamu dari Menoreh untuk beristirahat. Namun kata Ki Wijil, “Ki Bekel, Ki Jagabaya. Saya akan sedikit berlatih dengan Sayoga di dekat sungai.” berkata Ki Wijil. Kedua perangkat pedukuhan itu menganggukkan kepala berbarengan.

Sementara itu Ki Jagabaya yang berencana kembali ke rumahnya, menyahut ucapan K Wijil. Katanya, “Saya akan mengantar kalian.” Sejenak kemudian ketiga orang itu berjalan meninggalkan rumah Ki Bekel.

Beberapa langkah dari regol halaman rumah Ki Bekel, Ki Wijil berkata pada Sayoga, ”Anakku, usiamu yang masih muda bukan alasan untuk tidak berhitung dalam setiap keputusan. Langkah-langkah yang akan kau tempuh dan jalan yang akan kau lalui mungkin berbeda dengan keadaan di masa kami berdua saat masih muda. Dan kau juga harus mengingat bahwa keadaan sekarang ini dan di masa mendatang bukan terjadi dalam satu dua hari.

“Tetapi melalui pertumbuhan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti sebuah pohon di dalam hutan, pandangan dan sikap yang terjadi di sekitar kita sudah mulai terbentuk dalam ukuran waktu yang panjang dan berbagai perbedaan. Oleh karena itu, setiap keinginan yang ada dalam dirimu sebaiknya dan memang sudah seharusnya tidak melepaskan jati diri yang ada dalam diri kita sebenarnya.”

** SELESAI **

panembahan tanpa bayangan meleburkan bagian selanjutnya dalam kisah :

 Kitab Kiai Gringsing

Wedaran Terkait

Benih 5

kibanjarasman

Benih 4

kibanjarasman

Benih 3

kibanjarasman

Benih 2

kibanjarasman

Benih 1

kibanjarasman

2 comments

Koen 20/08/2021 at 06:53

Assalamu’alaikum
Nyuwun pangapunten, kok mboten lanjut?

Matur nuwun

Saking penikmat Adbm lan carios ingkang ngembet.

Koen

Reply
kibanjarasman 22/08/2021 at 17:08

Wa alaikum salam.
Tesih dereng angsal wekdal ingkang lerem, ki. Ngapunten. Panembahan Tanpa Bayangan digabung dateng Kitab Kiai Gringsing.

Matur nuwun rawuhipun.

Reply

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.