Padepokan Witasem
KBA

Namaku Tobil (Katanya) 4

Matahari telah mendahului bayang-bayang ataukah aku salah memandang? Entahlah. Bahkan ketika aku tengadah wajah, matahari bahkan tidak berkisar sejengkal pun. Mungkin aku telah gila karena banyak mendengar kata-kata Tobil. Mungkin makhluk yang bernama waktu juga telah enggan beranjak. Mungkin aku dan saya memang telah sama gila dengan Tobil. Dan aku lebih memilih diam. Biarlah, biarkan ia berucap lebih banyak lagi.

“Aku mendengar sebuah kisah dari seorang lelaki tua. Mungkin dia berkata tentang dirinya. Tetapi aku pikir, ia sebenarnya tengah mencari belantara di dalam hatinya.

“Oh, mungkin aku salah menilainya. Bisa jadi ia memang bicara tentang dirinya. Atau…ah, sudahlah. Yang pasti dan tentu saja ia bicara tentang sesuatu yang aku tidak menyaksikannya.

“Ia berkisah padaku tentang ayam. Mungkin engkau tidak ingin mendengarnya,” pungkas Tobil. “Atau mungkin kamu lelah mendengarkan suara sumbang milikku.”

loading...

Menggeleng atau menjawabnya? Sementara aku lebih suka untuk diam. Seperti patung atau dinding yang tuli.

Tobil tersenyum melihatku. Ia berkata, “Salah satu kehebatan diam adalah ia dapat melahirkan emas.”

Aku tidak tahan lagi. Lalu aku bersuara, “Kehebatan lain adalah diam dapat menjawab kebodohan.”

“Kadangkala diam menjadi tanda kebodohan.”

“Itu tergantung sudut pandangmu.”

“Tidak. Itu adalah kenyataan yang disembunyikan.”

“Tobil,” aku sebut namanya, “tidak semua kenyataan harus dikabarkan. Orang bijak telah berkata, kata-kata mereka banyak ditiru oleh banyak orang.”

“Biarkan waktu yang menjawab?”

Aku sadar bahwa ungkapan itu adalah kalimat basi baginya. Baiklah, aku akan menunggunya bicara lebih lebar dan luas.

Wedaran Terkait

Wong Edan

admin

Terbit ; Novel Penaklukan Panarukan

kibanjarasman

Tanpa Tudung

admin

Satu Kata Saja

kibanjarasman

Rengkuh Ombak Panarukan

admin

Rahwana dan Wanita

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.