Padepokan Witasem
cerita silat jawa, bara di borobudur, cerita silat majapahit, cerita silat bondan, cerita silat kolosal
Bab 7 Taring yang Mengancam

Taring yang Mengancam 6

Sebaliknya Ki Langu Reja telah mempunyai penilaian sendiri terhadap Ki Juru Manyuran. Selain berwawasan luas dan berilmu tinggi, orang ini ternyata mempunyai kecakapan perang yang cukup mumpuni untuk sekedar merebut istana Pajang, pikir Ki Langu Reja.

Pada waktu itu,  Ki Juru Manyuran memanggil orang yang bekerja di dalam rumah  agar mempersiapkan gandok kanan yang akan digunakan tiga tamunya selama berada di Pajang. Sejenak kemudian, Ki Juru Manyuran menyilahkan mereka bertiga untuk segera beristirahat. “Ruangan telah dibersihkan, silahkan Ki Sanak bertiga beristirahat di dalam gandok. Besok kita akan bekerja lebih keras setelah apa-apa yang kita bicarakan malam ini,” kata Ki Juru Manyuran pada Ki Langu Reja serta dua orang lainnya.

Bertiga mereka menganggukkan kepala, Ki Langu Reja menyempatkan diri untuk berbincang ringan dengan Ki Juru Manyuran sambil berjalan beriringan menuju gandok kanan. Sementara Ki Wisanggeni beranjak bangkit, berjalan cepat ke arah timur kademangan.

Seusai mengantar tiga tamunya di depan pintu gandok, Ki Juru Manyuran dengan langkah lebar berjalan menyusur jalan setapak sepanjang dinding rumah. Agaknya ia ingin menemui Ki Marta yang tinggal di bangunan kecil yang terletak di sisi kanan sanggar tertutup. Sesampainya di pekarangan belakang, obor kecil terlihat menerangi tanah sekitarnya dan seseorang tampak sedang duduk di bale-bale yang terbuat dari bambu.

loading...

Seketika orang itu berdiri menyambut kedatangan Ki Juru Manyuran.  “Ki Juru!” sapanya sambil berdiri dan sedikit membungkukkan badan.

“Ki Marta, belum tidur rupanya,” berkata Ki Juru Manyuran sambil meletakkan tubuh di atas bale-bale.

“Belum terdengar kokok ayam, Ki Juru.” Ki Marta tersenyum.

“Agaknya memang seperti itulah kebiasaan orang-orang yang berumur seperti Ki Marta,” timpal Ki Juru. Kemudian dengan raut muka sungguh-sungguh, dia berkata lagi, ”Ki Marta, sudah tentu kau telah mengetahui kemampuan orang yang bernama Ki Langu Reja. Benar begitu?”

Ki Marta mengangguk kecil.

“Jadi begini, aku ungkapkan untukmu, kedatangan mereka kemari mempunyai tujuan seperti yang pernah aku katakan padamu sebelum ini. Mereka akan membantu Ki Wisanggeni untuk meningkatkan kemampuan olah kanuragan setiap orang yang bergabung dengan gerakan ini. Agar tidak terjadi salah paham atau gesekan yang dapat terjadi di antara anak-anak muda, aku ingin Ki Marta segera memilih beberapa orang yang harus dilatih secara khusus di padepokan.” Tajam tatap mata Ki Juru memandang Ki Marta. Kemudian dia meneruskan, ”Kita tidak dapat sepenuhnya mempercayai setiap orang yang terlibat dalam urusan ini. Termasuk orang asing yang sedang berada di Kademangan Grajegan.”

“Oh! Ki Juru jgua mengetahui empat orang asing itu?” bertanya Ki Marta.

“Aku telah mengutus seseorang membicarakan itu secara khusus dengan Ki Wisanggeni. Dan nanti akan ada pembicaraan antara kita dengan mereka. Sementara ini, aku telah meminta Tumenggung Ragapdma untuk mengirim satu atau dua orang agar melatih orang-orang kita tentang cara bertempur bersama kelompok,” jawab Ki Juru Manyuran.

Ki Marta menatap tanah yang terlihat terang di bawah sinar obor kecil, dia memanggutkan kepala lalu berkata pelan, ”Ki Juru Manyuran telah berbuat sejauh itu, sementara kemampuan orang-orang di sini masih belum begitu mapan untuk menghadapi prajurit Pajang.”

“Aku tahu itu, Ki Marta,” terdengar tegas ucapan Ki Juru. Agaknya dia telah memperhitungkan segala sesuatu dengan cermat dan teliti. Lalu katanya, ”Bahkan aku juga telah menghitung kemampuanku dalam membiayai usaha ini.” Dia berdiri lantas berjalan mendekati tiang kayu yang menyanggah atap serambi bangunan. Setelah menarik napas dalam, katanya, ”Aku telah memiliki segala yang menjadi impian kebanyakan orang. Menjadi saudagar dengan kekayaan berlimpah bukanlah keinginanku yang tertinggi, Ki Marta. Namun ketika melihat sepak terjang Bhre Pajang dalam mengatur wilayah yang begitu luas ini, aku pikir sudah  tiba waktunya bagiku untuk mengabdikan diri pada rakyat Pajang.”

Wedaran Terkait

Taring yang Mengancam Pajang 9

kibanjarasman

Taring yang Mengancam Pajang 8

kibanjarasman

Taring yang Mengancam Pajang 13 – Kata-Kata Bijak Seorang Guru

kibanjarasman

Taring yang Mengancam Pajang 12 – Kehadiran Rahasia Ki Nagapati yang Mengkhawatirkan

kibanjarasman

Taring yang Mengancam Pajang 11 – Pertemuan dengan Resi Gajahyana

kibanjarasman

Taring yang Mengancam Pajang 10 – Hari Baru di Balik Ancaman

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.