Gubah Baleman mempercepat kudanya, setelah ia berada di depan barisan, ia berbalik kemudian berkata,”Kita akan mengambil jalan simpang kanan yang sedikit menurun. Aku telah menerima laporan petugas sandi jika setelah jalan turunan itu akan ada sebuah padepokan kecil yang mempunyai kekuatan besar. Salah satu kekuatan mereka adalah mereka mempunyai bentuk kerja sama yang sangat kuat dan rapi di dalamnya. Namun jika kita mampu menghancurkan mereka saat ini, kelompok itu akan mati sebelum sempat maju selangkah.“
Ia menatap satu demi satu prajuritnya secara langsung kemudian pandangannya melihat sorot mata Toh Kuning, Gubah Baleman menganggukkan kepala. Ia berkata kemudian, ”Toh Kuning, kau akan bergabung dengan satu kelompok yang dipimpin Ki Lurah Trowani. Aku minta kau ikuti semua petunjuk dan perintah Ki Lurah.” Gubah Baleman menengadahkan kepalanya menatap langit. ”Kita harus segera dapat mencapai sepasang pohon ketapang yang menjadi batas yang berbahaya menurut petugas sandi. Aku minta kalian semua dapat menahan diri dan tetap berhati-hati.”
Toh Kuning dan prajurit lainnya mengangguk-anggukkan kepala.
Lalu Ki Lurah Trowani melanjutkan penjelasan Ki Rangga Gubah Baleman, ”Kelompok ini bukan sekedar kelompok penjahat biasa. Tetapi mereka juga bersiap untuk membakar kotaraja. Dan menurut petugas sandi, agaknya pemimpin kelompok ini pernah belajar dasar-dasar keprajuritan. Laporan para para petugas sandi menunjukkan bahwa mereka mempunyai susunan yang rapi dalam kelompoknya. Kita harus mengartikan jika kelompok ini, meskipun berjumlah kecil, namun mereka telah siap untuk menguasai kerajaan.”
Mereka yang mendengarnya menganggukkan kepala tanda mengerti. Dan tanpa ada yang memberikan perintah, serentak prajurit-prajurit itu meloncat turun dari kuda dan berkumpul melingkari Gubah Baleman. Tiga orang lainnya dengan cekatan menerima tali kekang dan menggiring kuda-kuda itu ke tempat yang tersembunyi.
Gubah Baleman cepat memberi petunjuk dan siasat yang mereka gunakan. Lantas dua kelompok segera terbentuk dan mereka bergerak cepat menuruni jalanan menuju padepokan kecil yang dimaksud.
Keterangan dari petugas sandi mengenai medan yang berada di lingkungan padepokan itu ternyata sangat membantu pergerakan dua kelompok pasukan Kediri. Mereka menyusuri jalanan sempit dan terjal dengan berpasangan dua atau tiga orang. Toh Kuning berpasangan dengan Ki Lurah Trowani menyisir bagian yang dekat dengan hutan. Padepokan itu terdiri dari empat bangunan yang tidak berjauhan letaknya. Deretan kayu dipasang sebagai dinding yang membatasi padepokan dengan alam sekitarnya.
Seorang prajurit yang mendahului mereka untuk melakukan pengamatan telah kembali dan menghadap Gubah Baleman. Dengan pandangan mata mengawasi keadaan sekitar, Gubah Baleman bertanya, ”Apakah kau sudah melihat seluruh kekuatannya?”
“Hanya terlihat segelintir orang berjaga-jaga di bagian depan padepokan. Dua orang berada diatas sebuah panggung.”
“Kau temani aku menemui mereka di regol padepokan,” kata Gubah Baleman. Ia kemudian menunjuk tiga orang prajurit, perintahnya, ”Kita kepung mereka dan usahakan untuk mencari pintu masuk yang mungkin disamarkan oleh mereka di bagian samping padepokan. Katakan pada Ki Lurah Trowani agar membuat keributan di bagian belakang bersama Toh Kuning.”
Beberapa prajurit bertukar pandang dengan raut muka menyimpan pertanyaan. Gubah Baleman melihat itu lalu ia berkata, ”Jangan sangsikan kemampuan Toh Kuning. Ia akan membuktikan bahwa ia memang pantas menjadi seorang prajurit. Keributan yang terjadi di belakang padepokan harus benar-benar menarik perhatian mereka. Sampaikan perintahku pada Ki Lurah jika keberhasilan serangan mendadak ini sangat tergantung pada kekacauan yang dilakukannya. Aku tahu rencana ini akan berhasil karena Toh Kuning dapat diandalkan untuk memancing sebuah keributan.”
Begitulah kemudian perintah Ki Rangga Gubah Baleman disampaikan secara berantai. Maka dengan cepat perintah itu telah diterima oleh Ki Lurah Trowani.
Ditemani lima orang prajurit yang bersenjata lengkap, Ki Rangga Gubah Baleman berjalan tegap dengan percaya diri mendekati gerbang padepokan.
“Ki Sanak, apakah benar ini Perguruan Kelabang Waringin?” suara lantang Gubah Baleman memecah kesunyian.
Seorang penjaga yang berada di atas panggung kemudian menjawab, ”Pergilah kalian! Tempat ini tidak mempunyai berita apapun yang kalian harapkan.” Sebatang anak panah kemudian meluncur menggapai dada Gubah Baleman. Namun Gubah Baleman memiringkan tubuhnya dan menangkap anak panah lalu mengamatinya dengan seksama.