Padepokan Witasem
Pajang, Gajahyana, majapahit, Lembu Sora, bara di borodubur, cerita silat jawa, padepokan witasem, tapak ngliman
Bab 2 Penolakan di Kaki Merbabu

Penolakan di Kaki Merbabu 11

‘Memang sebaiknya aku sendiri turun tangan mengusirmu,  Tuan Chow. Sebenarnya apa sulitnya untuk menangkapmu dan membasmi kelompokmu sebagai pemberontak?’ tanya lelaki muda itu penuh kegagahan.

‘Perwira muda Zhe, tentu engkau sudah tahu tentang siasat dalam peperangan. Ada saat terbaik untuk menyerang, ada pula saat untuk mundur dan ada saatnya untuk menanti kesempatan baik. Malam ini adalah satu siasat yang baik untuk menyerang dan mengepung istana. Jadi, sudah jelaskah bagi kalian bahwa malam ini kalian semua akan menemui kematian?’ tukas Chow Ong Oey. Sebenarnya Chow Ong Oey merasakan kegelisahan yang menyesakkan dadanya. Betapa ia melihat Toa Sien Ting terdesak oleh serangan Kao Sie Liong, sedangkan para pengikutnya juga mengalami keadaan yang tidak jauh berbeda dengannya.

‘Chow, kau dan kelompokmu telah mengambil sikap bermusuhan dengan kaisar. Sekarang aku minta engkau untuk menyerah. Mata-mata kaisar telah mendapatkan petunjuk arah yang akan kalian tuju untuk bergerak membawa negara ini.’ Perwira muda Zhe Ro Phan adalah orang yang berpendirian keras. Ia tidak suka berkata terlalu lama dan berbelit. Demikian ia mengatupkan bibir, tubuhnya menerkam Chow Ong Oey. Sebatang golok yang cukup besar tiba-tiba berada di dalam genggamnya. Sinar berkilat bergulung-gulung susul menyusul menghantam Chow Ong Oey dari delapan penjuru angin. Perwira muda itu dalam beberapa jurus berhasil mendesak lawannya.

Chow Ong Oey tidak ingin ditundukkan dengan mudah maka ia cepat mundur. Dengan memutar tubuh satu putaran penuh, ia menebaskan tombak ke perut Zhe Ro Phan. Perwira  Zhe sudah memperhitungkan serangan balasan ini maka ia dengan cekatan melontarkan tubuhnya ke belakang. Perwira Zhe merupakan salah satu dari anak buah Kao Sie Liong yang mempunyai kecepatan gerak yang sangat mengagumkan.

loading...
Ki Buyut, yang juga dikenal sebagai Ki Kebo Kenanga, menatap jauh menembus kabut pagi yang tipis. Ia mengenang kembali kehadiran Pangeran Benawa dalam kehidupannya. Dan terasa olehnya bahwa Pangeran Benawa telah menjadi tumpuan untuk mewujudkan harapannya di masa mendatang.

Pangeran Benawa - Berhitung

Tiba-tiba, secepat anak panah, ia kembali menyambut bahaya yang dikirim oleh Chow Ong Oey. Golok besar perwira Zhe bergulung-gulung menutup setiap serangan Chow Ong Oey. Chow hanya dapat menghindar dengan memutar tombaknya lebih cepat sepenuh tenaga. Bentakan yang sangat keras menggetarkan jantung Chow Ong Oey, ia sedikit lengah. Mendadak, tanpa diketahui arah datangnya, satu tusukan golok menyusup melalui celah yang terbuka di bawah putaran tombaknya mengarah ke ulu hati. Meskipun Chow Ong Oey sangat terkejut dengan tusukan golok itu, ia masih mempunyai kesiagaan yang cukup untuk meloncat mundur. Pengal aman Chow Ong Oey telah menuntunnya untuk melihat sisi yang terbuka pada bagian dada ZHe Ro Phan. Ia kemudian menebaskan tombaknya ke dada perwira Zhe.

Namun goloknya terlambat untuk ditarik kembali, meski demikian, perwira Zhe cukup lihai untuk menggeser kakinya ke kanan dan memiringkan tubuhnya. Tebasan tombak itu luput dan hanya melewati bagian kosong. Perwira Zhe lantas menggulingkan tubuhnya, lalu bangkit dan menyusulkan serangan dengan tebasan mendatar menyilang bertubi-tubi susul menyusul.

Chow Ong Oey meleletkan lidah menyaksikan kecepatan Zhe Ro Phan yang ternyata setingkat berada di atas dirinya. Ia bergerak mundur beberapa langkah. Tetapi pergerakannya kurang dapat menyamai kecepatan Zhe Ro Phan. Sebuah tebasan mendatar golok perwira Zhe menembus kain dan membuat luka pada lambungnya meskipun hanya goresan tipis. Ketika ujung goloknya nyaris meninggalkan sentuhan pada kulit Chow Ong Oey, tiba-tiba  Zhe Ro Phan memutar goloknya. Sehingga ujung goloknya yang melengkung itu sedikit masuk lebih ke dalam dan hampir membuat kulit yang sudah terbuka itu semakin menganga lebar.

Chow Ong Oey dengan cekatan melayangkan tendangan ke pangkal siku perwira Zhe. Sehingga mau tidak mau, Zhe Ro Phan harus menghindari tendangan itu agar lengannya tidak menjadi patah.

Para pengawal gedung yang telah selesai dengan lawan masing-masing menjadi terbelalak dan juga kagum. Mereka tidak menyangka perwira Zhe ternyata mampu mengimbangi kelihaian Chow Ong Oey dalam perkelahian hidup mati itu. Dari segala kemungkinan yang ada, sebenarnya Chow Ong Oey ingin segera memasuki dan menguasai gedung perpustakaan, tetapi kehadiran perwira Zhe telah memaksanya untuk mengubah rencana.

Tubuhnya merunduk dengan satu kuda-kuda yang kokoh. Matanya menatap tajam Zhe Ro Phan seakan api yang membakar jantung perwira Zhe. Tubuhnya tergetar hebat dan kekuatan yang besar terpancar darinya. Bibirnya bergetar dan mulai mengeluarkan siulan seperti seruling. Zhe tahu bahwa lawannya tengah mengerahkan tenaga inti yang dapat membunuh setiap orang yang berada di dekatnya. Segera ia memberi perintah kepada para pengawal gedung untuk segera menjauhi tempat perkelahian antara dirinya dengan Chow Ong Oey.

Wedaran Terkait

Penolakan di Kaki Merbabu 9

kibanjarasman

Penolakan di Kaki Merbabu 8 – Pengepungan Istana Berubah Mematikan Saat Pemimpin Pemberontak Turun Tangan

kibanjarasman

Penolakan di Kaki Merbabu 7

kibanjarasman

Penolakan di Kaki Merbabu 6

kibanjarasman

Penolakan di Kaki Merbabu 5

kibanjarasman

Penolakan di Kaki Merbabu 4

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.