‘Saya, Yang Mulia. Perintah yang akan saya berikan kepada perwira Zhe adalah untuk melacak tempat persembunyian mereka yang selama ini selalu berpindah-pindah. Bukan untuk bertempur, Yang Mulia. Dan nantinya, saya akan memimpin sendiri untuk menangkap mereka.’
‘Baiklah, perwira Kao. Aku memberimu restu untuk itu. Aku akan laporkan pembicaraan ini kepada Kaisar Ning Tsung.’ Menteri Zhang bangkit dari duduknya, lalu berkata, ‘Sesungguhnya keadaan mereka penuh rahasia. Aku meyakini mereka telah menempatkan beberapa orang di istana kaisar. Bahkan mungkin mereka juga berada di sekitarku, tetapi aku sendiri pun mengalami kesulitan untuk menarik garis batas antara mereka yang setia pada kerajaan dan penentang kerajaan. Selama ini aku hanya mendengar dari kabar yang beredar. Tentu saja engkau tahu bahwa kabar yang beredar itu dapat menjadi jebakan untuk kita.’ Ia diam sejenak. Setelah menarik napas panjang, Zhang melanjutkan, ‘Aku mendapatkan berita, bahwa tempat mereka bersembunyi dan mengatur sejumlah gerakan melawan pemerintah itu berada di sebuah pantai. Letaknya berdekatan dengan sebuah hutan yang benar-benar lebat. Aku sarankan engkau untuk mengirim Zhe Ro Phan ke Wuxi. Sebuah teluk kecil yang dikeliling hutan sangat lebat agaknya sangat memadai menjadi tempat bersembunyi.’
‘Perwira Kao,’ kata Menteri Zhang menambahkan, ‘aku minta kepadamu untuk sungguh-sungguh membantu perwira muda Zhe mempersiapkan diri. Perjalanan mereka akan menempuh kesulitan yang tidak sedikit. Gangguan dapat terjadi jika Tung Fat Ce mendengar berita keberangkatan pasukanmu. Rahasiakan rencana ini. Tidak boleh ada seorang pun yang tahu tentang tujuan kita kali ini. Hanya engkau dan Zhe Ro Phan yang mengetahui, selain aku tentunya.’
Ikuti Sejarah : Pemujaan Bukit Tandus
‘Tung Fat Ce?’ Terbelalak mata Kao Sie Liong setengah tidak percaya. Mendengar nama itu disebut oleh sang menteri, Kao Sie Liong hanya menundukkan kepala. Betapa tidak, ia mengenal Tung Fat Ce sebagai orang yang pernah mengajarinya sedikit tentang ilmu peperangan. Tung Fat Ce adalah seorang menteri di zaman kaisar Zhao Dun.
Dengan adanya Tung Fat Ce yang berada di belakang Perkumpulan Api Angin, tentu saja rencana ini dapat digagalkan melalui perintah Kaisar Ning Tsung. Kao Sie Liong sendiri memahami bahwa beberapa pejabat memang terlibat dalam gerakan yang dilakukan oleh Perkumpulan Api Angin. Segera terbayang olehnya kesulitan yang akan menimpa pasukan yang akan dikirimkan ke Wuxi. Namun Kao Sie Liong adalah orang yang keras kepala, ia telah bertekad akan menumpas gerombolan itu.
Meskipun merahasiakan rencana besar Menteri Zhang Xun Wei seperti sulit dilaksanakan, tetapi Kao Sie Liong mempunyai keyakinan bahwa tindak keprajuritan ini akan berjalan sesuai keinginan Menteri Zhang.”
Lalu untuk beberapa lama Resi Gajahyana berdiam diri, kemudian katanya lagi, ”Angger berdua datang ke Tanah Jawa untuk mengejar Tung Fat Ce dan yang lainnya. Tetapi sebelumnya, aku minta Angger berdua mengamati lebih dahulu ke dalam diri kalian sendiri. Memisahkan keinginan untuk menangkap dengan kebencian terhadap mereka. Merenungkan kembali ke bagian dalam diri untuk mengenali kemarahan-kemarahan yang membara dalam sukma.
“Empat orang itu telah berada cukup dekat. Angger harus berjalan setapak demi setapak, sejengkal demi sejengkal dengan tetap berharap kebijaksanaan akan terbit dari matahari yang ada di balik dada mereka. Sebenarnyalah mereka bukan orang yang sangat jahat atau buruk badan. Seluruhnya dari kita semua adalah orang yang menyandang api hitam. Aku, kalian, Ki Sangkilan dan yang lain juga mempunyai kesempatan mengubah bara hitam itu menjadi cahaya pagi.”
Resi Gajahyana menarik napas dalam-dalam. Ia mengetahui pusaran yang mulai bergemuruh di dada Kao Sie Liong dan Zhe Ro Phan. Namun Resi Gajahyana membiarkan dua orang asing itu tenggelam dalam upaya untuk meredakan pusaran yang menghantam sukma mereka.
Dengan tekad dan semangat pengabdian pada negaranya, Kao Sie Liong tidak ingin membuang waktu untuk mencari mereka. Dalam pikirannya, Kao Sie Liong membuat perkiraan bahwa para pelarian dari negaranya tidak akan sanggup bertahan hidup sederhana. Mereka akan mencari jalan untuk mendekati pusat kekuasaan atau orang-orang yang dapat dimanfaatkan sebagai kendaraan. “Setidaknya mereka akan kembali pada kehidupan yang megah,” katanya dalam hati. Hal itu sudah dibicarakan bersama Zhe Ro Phan dan mereka sepakat akan membantu keamanan Pajang sambil mencari tahu keberadaan para pelarian.
Sejak kedatangan mereka di Pajang lalu mempelajari dan mengamati keadaan, mereka sudah menetapkan hati untuk menjadi pelayan yang baik bagi tuan rumah. Maka dalam keseharian, Kao Sie Liong dan Zhe Ro Phan lebih banyak menghabiskan waktu untuk membantu orang-orang di sekitar padepokan. Kadang mereka terlihat di kebun, tak jarang mereka tampak di tanah persawahan. Meski demikian, dalam kesederhanaan itu, mereka berusaha menjalin hubungan dengan laskar Pajang dengan memberikan pelatihan kanuragan. Hal itu memang diharapkan oleh Resi Gajahyana, dan telah disampaikan pula pada Bhatara Pajang. Maka, latihan-latihan kanuragan yang diberikan Kao Sie Liong dan temannya benar-benar mampu meningkatkan kemampuan prajurit selapis lebih tinggi.
Dengan adanya berita yang beredar mengenai kedatangan Ki Nagapati dan pasukannya, Kao Sie Liong merasa heran dengan alasan yang memayungi Ki Nagapati. “Bagaimana mungkin dapat diterima nalar ketika seseorang yang terbukti kesetiaanya justru menjadi pesakitan? Sudah tentu dan nyaris dapat dipastikan bahwa ada usaha yang sedang melindungi kepentingan tertentu di balik pengusiran itu,” kata Kao Sie Liong pada Zhe Ro Phan dalam sebuah kesempatan.
“Dan tidak patut bagi kita untuk menyelami pokok persoalan itu, Jenderal.”
“Benar. Kita hanya pengembara dan semoga kehadiran kita tidak menambah beban bagi Resi Gajahyana maupun Bhatara Pajang.”