Kemudian Yap Teng Jin bekata, ‘Jangan kau kecewa karena kegagalan rencanamu, Sie Liong. Engkau telah berbuat benar dan tepat. Kelompok Toa Sien Ting, meskipun hanya sekumpulan pengemis, namun mereka berada di bawah kendali majikan dari Chow Ong Oey. Sungguhpun perkumpulan itu selalu menamakan dirinya berjuang atas nama rakyat, tetapi mereka dapat bersikap bengis terhadap rakyat sendiri dan orang-orang pemerintahan. Apalagi kepada dirimu yang merupakan orang kepercayaan Kaisar Ning Tsung.
‘Mereka beralih ke Suku Jurchen karena Kaisar Ning Tsung tidak memberikan tempat kepada mereka. Oleh karenanya, orang-orang itu selalu menentang Kaisar Ning Tsung. Mereka akan menyebarkan kabar berita bahwa Kaisar Ning Tsung gemar menindas rakyat dan sering membuat rakyat menjadi sengsara.’
Kemudian Kao Sie Liong menutup ucapan lawan bicaranya. ‘Menteri Muda, berhentilah. Jangan teruskan untuk berbicara. Tubuh Anda akan menjadi semakin lemah.’ Kemudian ia memerintahkan seorang perwira yang berada di dekatnya untuk membawa Menteri Yap Teng Jin menuju istana kaisar melalui jalan memutar.
Sementara itu, Chow Ong Oey dan Toa Sien Ting telah tenggelam dalam pertempuran melawan barisan pengawal di lapisan pertama yang menjaga gedung perpustakaan. Kedua orang ini berkelebat sangat cepat di bawah terang nyala api yang masih membara. Begitu cepat mereka bergerak, sehingga yang tampak hanya bayangan-bayangan gelap yang berkelebat. Ilmu mereka tergambar dari desir angin yang timbul dari putaran senjata mereka.
‘Kau masuk dari sebelah kiri, sementara aku akan membuka jalan darah!’ seru Toa Sien Ting.
Mereka lantas berpencar denga gerakan yang sangat gesit dan ringan.
Gedung itu kini terancam selagi Kao Sie Liong menemui Menteri Yap Teng Jin yang terluka akibat panah berapi yang menyobek lambungnya.
Tiba-tiba tampak sinar putih menyibak api yang melingkar di depan pagar kayu gedung perpustakaan.
Sinar putih datang bergulung-gulung seperti ombak lautan. Toa Sien Ting yang kaget dengan terpaan dahsyat Kao Sie Liong dengan terpaksa membiarkan dirinya untuk sementara tenggelam dalam kepungan serangan tombak Kao Sie Liong. “Gila! Secepat itu ia memasuki tempat ini,” desisnya dalam hati. Tetapi ia tidak dapat membiarkan dirinya terkepung tombak lebih lama lagi, Toa Sien Ting dengan cepat melecutkan cambuknya untuk keluar dari serangan Kao Sie Liong.
Terdengar suara nyaring Toa Sien Ting yang dilambari dengan tenaga dalam. Suara yang sangat menusuk gendang telinga, Kao Sie Liong sedikit mengendurkan serangannya karena menahan rasa sakit yang timbul dari dalam telinganya. Tak lama setelah itu, tombak Kao Sie Liong menderu memburu dan mematuk Toa Sien Ting.
Lelaki bertubuh gemuk ini harus menghindarkan diri dari sambaran tombak lawannya. Ia melemparkan tubuh ke belakang. Kao Sie Liong dengan tangkas mengejar seraya menetakkan tombak menggapai sasarannya yang berguling-guling di atas tanah. Dengan susah payah Toa Sien Ting menggerakkan tangan dan cambuknya sesekali membalas serangan Kao Sie Liong.
Terdengar suara keras disusul bunga api berhamburan ketika ujung cambuknya berbenturan dengan ujung tombak Kao Sie Liong. Ternyata kemampuan mereka tidak terpaut terlalu jauh. Kao Sie Liong segera jungkir balik ke belakang untuk mengurangi daya dorong tenaga lawannya. Sedangkan Toa Sien Ting membelitkan cambuknya ke seorang pengawal gedung, sehingga dengan begitu tubuhnya tidak terpental jauh ke belakang.
‘Licik!’ seru Kao Sie Liong melihat tubuh pengawal itu roboh karena belitan cambuk Toa Sien Ting.
Pada masa itu, Kaisar Ning Tsung mengendalikan kekaisaran Tiongkok dengan sangat baik. Ia mengikuti leluhurnya yang telah mengirimkan pasukan ke tanah Jawa. Mengirimkan para saudagar melintasi batasan-batasan alam menembus rintangan untuk sebuah perdagangan yang saling menguntungkan.
Kaisar Ning Tsung sangat tegas menghadapi para pembesar kerajaan yang masih saja berusaha menindas rakyat dengan serangkaian pencurian dan perampokan melalui upeti-upeti yang sangat memberatkan. Dan belakangan ini Kaisar Ning Tsung sedang berencana untuk mengirimkan kembali utusan ke Jawa. Tujuan ini tidak lain guna mencari hubungan dengan kerajaan-kerajaan baru yang mungkin saja sudah berbeda dengan kerajaan yang didatangi oleh utusan datuknya. Rencana kaisar untuk membangun kembali hubungan dengan mancanegara mendapatkan perlawanan sangat keras dari sejumlah orang. Toa Sien Ting dan kawan-kawannya adalah alat untuk menghadang rencana itu.
Pengawal yang berada di lapisan kedua datang berhamburan dari sebelah kiri dan kanan Toa Sien Ting. Mereka sangat marah melihat seorang temannya menjadi korban kelicikan tokoh dari golongan hitam itu. Dengan sorak sorai yang keras, mereka menyerbu dari kanan kiri Toa Sien Ting. Kao Sie Liong tak kuasa mencegah kemarahan para bawahannya.