Kue itu..
Merah..
Kenyal..
Orang kata dia lengket dan dari ketan..
Tapi dia tak peduli.. Kamu ingat bahwa separuh masa kau goncang sampan dengan alunan kata..
Kau urai setiap gulungan ombak dengan hangat sinar mata..
Kamu tahu?
Tak ada air yang memasuki celah lantai sampan..
loading...
Kering.
Kamu tahu?
Berdiri di atas sampan itu sulit. Walau tak sesulit menenun uap air menjadi awan..
Kamu tahu?
Aku lakukan itu.
Lalu kamu desahkan nafas, ”Untuk aku?”
Gagak Panji membuang muka. Selintas kenang tegar Nusa Barung menjulang di lepas pantai. Dia mencoret angin dengan ujung kail. ”Kalau ada kata yang dapat aku gores di permukaan laut ini, tentu hanya dia yang mengerti.”