Demikianlah kemudian ketegangan yang terjadi keadaan dalam barak berangsur-angsur mulai mencair. Ternyata Gubah Baleman telah memberi perintah adanya percampuran antara prajurit lama dan prajurit baru untuk menempati bilik yang sama. Perintah yang dikirim secara rahasia oleh petugas penghubung itu dimaksudkan agar mereka semakin cepat untuk saling mengenali dan menghilangkan persaingan, yang mungkin, akan tumbuh tidak sehat. Perintah itu pun telah memberi gambaran bagi kedua pemimpin tinggi di barak bahwa Gubah Baleman telah melihat lebih jauh dari dugaan mereka.
Hari demi hari kemudian dijalani oleh Toh Kuning sebagai prajurit. Ia mengawalinya dengan menjalankan tugas ronda. Sesekali ia tergabung dalam pasukan untuk menyergap kelompok perampok di Jalur Banengan.
Tak terasa lima tahun telah dilewati oleh Toh Kuning sebagai anggota pasukan khusus di Selakurung. Pada waktu itu, Toh Kuning menempati kedudukan sebagai seorang lurah prajurit atas prestasi yang luar biasa. Toh Kuning memperoleh penilaian baik dari kawan-kawan yang satu angkatan dengannya, dan bahkan lebih dari iru. Ia sering mendapat pujian dari prajurit yang lebih lama darinya. Lantas, ketika sebuah pengumuman dari Ki Tumenggung Mahesa Wunelang yang menyatakan : ia diangkat sebagai lurah prajurit maka tiada ada seorang pun di barak pasukan khusus yang menyatakan keberatan.
Saat musim tanam memasuki masa akhir, dalam lawatan yang biasa ia lakukan, di Selakurung, Ki Gubah Baleman mendapatkan laporan yang sangat mengejutkan.
“Apakah mereka benar-benar telah dipastikan sebagai prajurit Kediri?” bertanya Ki Gubah Baleman.
“Tanda pangkat dan pakaian mereka menjadi bukti nyata dan sulit dibantah, Ki Rangga. Dan Sri Baginda telah memutuskan bahwa tugas melacak jejak dan menangkap mereka yang membunuh para prajurit Kediri menjadi tugas pasukan khusus Selakurung,” petugas penghubung memberi jawaban.
Ki Gubah Baleman menerima perintah dengan kening berkerut. Kemudian katanya, “Baiklah. Kau dapat mengambil istirahat sejenak di barak. Aku akan mempelajari laporan itu dan mulai mengumpulkan bahan-bahan agar segera dapat dilakukan pengejaran. Sepeninggal petugas penghubung, Ki Rangga Gubah Baleman mengumpulkan seluruh pemimpin kelompok prajurit di dalam bilik khususnya.
Di hadapan para pemimpin prajurit, Ki Gubah Baleman mengulang perintah Sri Baginda Kertajaya lalu menguraikan pokok persoalan yang dihadapi. Pertemuan itu berlangsung lama, tetapi tidak ada yang dapat memberikan pendapat yang meyakinkan tentang kematian banyak prajurit di bukit Katu.
Pada saat itu Toh Kuning merasa gelisah karena mempunyai gambaran tentang kelompok penyerang. Sebagian kecil tanda-tanda yang telah diperiksa oleh prajurit Kediri menjadi pesan yang dianggap Toh Kuning sebagai tanda khusus.
“Ini akan menjadi teka-teki yang membutuhkan waktu panjang untuk dipecahkan, Ki Rangga,” kata Ki Dali Ireng.
Ki Gubah Baleman mengangguk lalu katanya, ”Dan untuk tujuan itu, kita harus membentuk kelompok yang secara khusus akan menangani peristiwa mengerikan itu. Aku mempunyai kesan bahwa kejadian tersebut betujuan untuk mencoreng kehormatan Kediri.”
Usai mengucapkan kalimat itu, Ki Gubah Baleman bangkit dan tegak berdiri sambil menebar pandang. Sebagai orang yang mempunyai pengalaman matang dan penglihatan tajam atas sebuah persoalan, ia memandang Toh Kuning penuh kesungguhan.
Lalu Ki Gubah Baleman berkata, ”Toh Kuning, aku melihat sinar matamu mempunyai arti yang lain. Aku tidak dapat menjelaskan dengan tepat. Itu sepenuhnya hanya engkau yang mengerti. Tetapi, aku tidak ingin dinilai buruk oleh raja, maka, ini yang aku katakan padamu : sebagai orang yang baru diangkat sebagai lurah prajurit, kau mempunyai hak untuk menolak perintah apabila aku mengangkatmu sebagai pemimpin satuan khusus. Namun aku mengerti kau sebenarnya mengetahui sedikit banyak persoalan yang berhubungan dengan peristiwa Bukit Katu. Yang harus kau ingat adalah penolakan itu merupakan pengecualian. Aku tahu engkau mempunyai ikatan khusus dengan Bukit Katu.”
Orang-orang di dalam ruangan memalingkan pandangan pada Toh Kuning dengan raut muka tegang. Para perwira yang berpengalaman jauh di atas Toh Kuning tidak dapat menduga secara tepat maksud ucapan Ki Rangga Gubah Baleman.