Belasan langkah di belakang Bondan adalah Bhre Pajang. Pemimpin Pajang ini sengaja mengikuti jejak Bondan. “Aku yakin dia mampu melakukannya. Dan sebaiknya memang aku tidak
Hanya saja keseimbangan itu yang harus diraih dengan luka-luka dan darah. Belati kecil yang terikat pada ujung cambuk Ki Kebo Saloka mampu mematuk dan menyengat
Resi Gajahyana, sepeninggal tiga orang yang telah diajaknya bicara, tengah duduk bersila. Mata hatinya memandang lautan yang bebas dari jangkauan. Ia mengarungi kembali sebuah kenangan.
Meski demikian, Ki Sanden Merti yang termasuk orang yang mampu melihat diri jauh ke dalam sehingga tata gerak asing yang diperagakan Agung Sedayu pun menjadi
Pangeran Selarong adalah lelaki muda yang sulit dicari bandingannya pada masa itu untuk yang sepantaran dengannya, puji Ki Kebo Saloka dalam hati. Tapi pujian itu
Resi Gajahyana menggeleng. Kao Sie Liong dan Zhe Ro Phan hanya menunggu Bondan berkata-kata lagi. “Saya akan menemuinya malam ini,” Bondan berujar sambil mengusap dua
Pertarungan tangan kosong itu sudah berlangsung cukup lama. Kesabaran masing-masing orang sama-sama mendapatkan ujian. Ki Sanden Merti sepertinya mempunyai ketahanan jiwani yang memadai dengan tetap
Sambil menggempur dan berusaha menerobos orang-orang yang melingkari Panembahan Hanykrawati, Ki Sawala berseru, “Pergilah! Aku adalah teman kalian. Aku tidak berurusan dengan kalian. Pergilah, pergi!”
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.