Padepokan Witasem
geger, alas krapyak, api di bukit menoreh, mataram, kiai gringsing, kiai plered, panembahan hanykrawati, agung sedayu
Bab 6 Geger Alas Krapyak

Geger Alas Krapyak 78

Kinasih sadar bahwa ia tidak sedang berjalan-jalan keliling menikmati suasana malam di kotaraja. Lawan yang dihadapinya masih terbungkus rapat di balik tirai bambu yang tertutup rapat. “Tidak ada waktu untuk dapat membedakan kawan dan lawan pada malam ini,” bisik Kinasih dalam hati. Berapa orang yang dapat menjadi ancaman baginya? Kinasih hanya dapat menjawab pertanyaan yang melintas di dalam pikirannya dengan tetap berjalan tenang. Kinasih bergerak mengikuti petunjuk gurunya agar berusaha mendekati kerumunan yang tidak terlalu banyak orang. Mungkin ada lawan yang sedang menyusup lalu lepas pembicaraan sehingga ada rahasia yang dapat didengarnya, meski demikian ia tidak dapat menempatkannya sebagai satu-satunya harapan.

Berita bahwa banyak orang berkepandaian tinggi dan menempati kedudukan berpengaruh yang mendukung gerakan Raden Atmandaru pun sudah diketahui oleh Kinasih. Bahkan perempuan muda itu sempat melibatkan diri pada batas akhir perkelahian sengit di Slumpring. Kiansih menghentikan langkah, lalu mendekatkan diri pada sebatang pohon agar terhindar dari pendar oncor yang berada di sisi timur alun-alun. Kinasih melihat bahwa semua gardu terisi beberapa prajurit jaga. Dari tempatnya, Kinasih dapat merasakan bahwa para penjaga seakan telah mendapatkan perintah agar lebih waspada. Hanya saja, menurut Kinasih, mengapa tidak ada orang yang menjadi penghubung di antara gardugardu yang tersebar di sekeliling jantung kotaraja?

Sementara itu, ketika Ki Patih Mandaraka memberikan pesan-pesan pada Agung Sedayu dan Kinasih di Kepatihan, sedikit orang sedang berbicara sungguh-sungguh di sudut halaman kraton Mataram.

“Apakah engkau sudah dapat memetakan kekuatan lawan?” tanya Panembahan Hanykrawati pada orang muda yang berada di depannya.

loading...

“Kami sudah memilah-milah orang, Ayah. Beberapa jalur di sekitar Sangkal Putung dan Menoreh telah berada di bawah pengawasan paman Purbaya,” jawab Raden Mas Rangsang.

Panembahan Hanykrawati menganggukkan kepala, lalu berkata. “Aku melihat banyak kesibukan di antara perwira. Apakah mereka sibuk dalam pembicaraan atau dalam pekerjaan?”

Raden Mas Rangsang lantas memalingkan wajah, memandang orang yang lebih muda usia darinya yang duduk lebih rendah dari mereka berdua. Merasa sedang menjadi perhatian salah seorang pangeran Mataram, orang itu kemudian berkata, “Mereka sibuk membuat dugaan, namun belum ada tindakan sebelum Mas Pangeran menjatuhkan perintah.”

Panembahan Hanykrawati bergumam. Setelah berpikir sejenak, sambil menatap lekat pada Raden Mas Rangsang, ia bertanya, “Apakah pernah ada keinginan darimu untuk meringkus orang-orang yang dicurigai akan membuat kekacauan di dalam istana atau kotaraja?”

“Ayah,” kata Raden Mas Rangsang, “saya belum mendapatkan bukti cukup. Segalanya berkembang dari kasak kusuk yang tidak dapat dipastikan kebenarannya. Kami berhubungan dengan cara rahasia, begitu pula para penghubung yang masuk dan keluar dari lingkungan ini. Saya dapat memastikan  bahwa Raden Atmandaru pun tidak akan sadar bahwa orang yang berjalan di depan hidungnya adalah senapati Mataram.”

“Andaikata, seandainya tiba-tiba mereka datang menyerbu kraton atau Kepatihan, apakah kau sudah persiapkan jalan keluarnya?”

“Jika para penyerbu berjumlah kurang dari sepuluh orang, saya dapat melumpuhkan sebelum mereka dapat berjalan melintasi alun-alun. Namun jika mereka lebih banyak dari itu, para petugas sandi pasti mengetahui titik awal serangan,” ucap Raden Mas Rangsang dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Pokok bahasan selanjutnya adalah tentang pertempuran sengit yang terjadi di dekat Kepatihan. Kemunculan Nyi Ageng Banyak Patra benar-benar mengejutkan Raden Mas Rangsang. Sedikit yang diketahui olehnya mengenai perempuan yang masih berhubungan darah dengannya. Pada sisi lain, Raden Mas Rangsang dapat merasakan longgarnya pernapasan karena ada orang yang mendampingi Ki Patih Mandaraka yang telah memasuki gerbang senja kasepuhan.

Setelah melepaskan kegeraman dengan kata-kata pada Ki Panji Secamerti yang berbalik badan, Panembahan Hanykrawati berucap lirih, “Mereka sepertinya sedang menungguku keluar pada musim berburu yang memang sudah masuk waktu.”

“Saya pun berpikir demikian,” kata Raden Mas Rangsang.

“Apakah kalian sudah mendapatkan kabar mengenai Ki Ramapati?” bertanya Panembahan Hanykrawati.

Dua orang yang mendapatkan pertanyaan itu kemudian saling beradu pandang. Ki Ramapati adalah orang yang dikabarkan sedang menunggu di sudut gelap bangunan kraton siang dan malam. Belum ada orang yang dapat melacak jejaknya sejak dirinya terlibat dalam serangan yang membahayakan hidup Ki Patih Mandaraka di Slumpring. Mereka sempat membicarakan itu sebelum bertemu dengan Panembahan Hanykrawati. Dua pangeran Mataram tersebut sama-sama sadar bahwa mereka dapat disalahkan karena Ki Ramapati seakan lenyap dari muka bumi. Namun sebelum raja Mataram menjatuhkan keputusan mengenai segala yang terhubung dengan Ki Ramapati, Pangeran Pringgalaya menyarankan agar mereka bersikap terbuka pada ayah mereka.

Bumbu Pecel Madiun Sumber Makmur.

Atas pertanyaan tersebut, Raden Mas Rangsang mengambil kedudukan sebagai penanggung jawab keamanan, maka ia berkata, “Kami benar-benar kehilangan jejaknya di kota ini, Ayah. Saya adalah orang yang bertanggung jawab jika sudah terhubung dengan orang itu.”

“Anakmas,” ucap Panembahan Hanykrawati lembut, “bila kau inginkan hukuman, itu adalah perkara yang dapat ditunda. Tidak ada yang lebih penting pada saat sekarang selain meredam pergerakan makar yang digagas oleh Raden Atmandaru.”

“Sungguh, ucapan Ayah terdengar indah dan menyenangkan,” kata Pangeran Pringgalaya sambil menundukkan kepala.

Panembahan Hanykrawati menegakkan punggung, kemudian katanya, “Bagaimana dengan keadaan Ki Patih dan yang lainnya di Kepatihan? Apakah mereka mendapatkan atau sedang merencanakan sesuatu?”

“Kami sudah menerima beberapa pesan dan berita dari Kepatihan,salah satunya adalah Agung Sedayu sudah berada di Kepatihan pada hari-hari belakangan ini,” jawa Pangeran Pringgalaya.

Secercah cahaya membinar dari sorot mata Panembahan Hanykrawati. “Agung Sedayu,” katanya mengulang, “orang ini memang dapat diandalkan. Kemampuannya serta ketajaman nalarnya telah memukau eyang kalian, Panembahan Senapati.” Selang sejumlah waktu, Panembahan Hanykrawati seolah larut dalam kenangan. Lalu dengan garis wajah sungguh-sungguh,  ia bertanya, “Bagaimana isi pesan dari Kepatihan?”

Raden Mas Rangsang segera meminta Pangeran Pringgalaya menjelaskan siasat yang dijalankan Ki Patih Mandaraka. Maka Pangeran Pringgalaya pun mengurai dengan rinci rencana Ki Patih Mandaraka, termasuk peran serta Nyi Ageng Banyak Patra.

Ketika disebut nama Agung Sedayu oleh Pangeran Pringgalaya, Panembahan Hanykrawati langsung memotong, “Agung Sedayu akan ke sini?”

“Seperti itulah yang berada di dalam rencana Eyang Patih, Ayah,” jawan Raden Mas Rangsang.

“Kapan rencana itu mulai dilakukan?” bertanya Panembahan Hanykrawati.

Raedn Mas Rangsang melepaskan wajah menghadap langit yang tidak terlalu banyak ditaburi bintang-bintang. Ia menarik napas panjang, lalu berkata, “Bila sesuai rencana, selambatnya, Agung Sedayu akan memasuki istana pada akhir malam atau lebih dekat lagi dengan waktu sekarang. Untuk itu, Adi Pangeran akan mengamankan benteng istana karena Raden Atmandaru pasti sudah menempatkan telinga dan mata pada bagian tertentu pada dinding benteng.”

Sejenak kemudian, permbicaraan berlangsung lebih ketat. Suara mereka tak lagi mampu didengar orang biasa dari jarak lima langkah.

“Hmmm, baiklah. Jika mereka menungguku keluar dari istana, seberapa cepat kau siapkan pengawal  raja untuk sebuah pertempuran?” tanya Panembahan Hanykrwati pada Raen Mas Rangsang yang juga menempati kedudukan sebagai senapati khusus pasukan pengawal raja.

“Segera, mungkin tidak sampai separuh malam,” jawab Raden Mas Rangsang.

Wedaran Terkait

Geger Alas Krapyak 99 – Panembahan Hanykrawati : Bahaya di Celah Sempit

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 98 – Pengawal Panembahan Hanykrawati: Pertemuan Puncak dan Ancaman Musuh

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 97 – Panembahan Hanykrawati Berjalan Menuju Bahaya : Agung Sedayu dan Pangeran Selarong Bersiaga Meski Gelap Gulita

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 96 – Singa Betina yang Bernama Kinasih

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 95 – Kegagahan Lurah Mataram

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 94 – Tantangan Muncul saat Pengejaran Raden Mas Rangsang

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.